top of page

Pindah Kosan ke Matraman

  • Gambar penulis: Caecilia Sherina
    Caecilia Sherina
  • 5 Okt 2014
  • 3 menit membaca

Diperbarui: 14 Jun 2024

Eh, udah lama gue nggak cerita soal kosan.


Awal semester 5 ini gue pindah gitu dari kostan di Gang Tembok - Kali Pasir ke Kramat Jaya Baru - Johar. Alasannya simpel, pengen sekostan ama kawan-kawan dekat gue. Kan gue sering nginep di kostan mereka, ya sekalian ajalah gue pindahan ke sana. Taunya baru sebulan pindah, gue pindah lagi ke Matraman.


Hah Matraman? Kok jadi makin jauh dari kampus?

Iya nih, soalnya gue dan kawan-kawan ngontrak rumah gitu. Terus rumah kontrakan di deket kampus itu mahal-mahal banget. Akhirnya si Try dan Maning dapet yang murah di Matraman. Mereka tim paling lelah deh. Mereka yang cari, negosiasi, sampai bersihin. Gue kayak tinggal terima beres gitu. Parah banget kan?


Pagi-pagi pas pindahan, gue beliin mereka nasi telor sebagai ucapan terima kasih sekaligus maaf karena nggak banyak ngebantu. Terus gue bikin lagu tentang rumah baru gue. Coba disimak, kayaknya suara gue agak serak-serak seksi gimana gitu. Wkwkwk.



For the first time in forever

I am living with two girls

For the first time in forever

I will never be aloonneee~


Lirik di atas adalah gambaran kehidupan gue di Jakarta sebagai mahasiswa separuh baya (idih apaan sih separuh baya?). Jadi gitu deh, akhirnya gue ngontrak bareng dua sahabat gue: Try dan Maning. Ini adalah pengalaman baru buat gue dan keluarga besar gue.


Waktu nyokap pertama kali denger, doi langsung nanya, ā€œEmang kamu bisa tinggal sama orang lain?ā€


BAA-DUMMSS!

Ibu gue sangat tidak percaya kalau gue bisa bergaul dengan manusia lain. Parah kan? Jadi menurut doi, gue ini anaknya jutek dan pendiem, nggak friendly sama sekali dan nggak bisa diandalkan dalam urusan rumah. Waduh, meskipun pada faktanya itu benar, tapi gue mau loh berubah!


ā€œTinggal sama orang lain itu nggak gampang. Dari temenan bisa jadi musuhan,ā€ ujar kakak gue menambahkan. Memang betul perkataan dia itu, tapi tenang, gue sudah mempertimbangkan semuanya. Gue nggak sembarangan memutuskan ketika gue bilang mau tinggal sama orang lain, dan gue tau betul diri gue kayak apa. Sejak awal gue kenalan sama Try dan Maning, gue udah tau hal apa saja yang harus gue kompromi demi tinggal dalam damai bersama mereka.


ree

Awal kami pindahan, kita speak heart to heart (cailah). Kita sepakat untuk saling jujur dan kalau mau marah ya marah aja, nggak usah dipendam-pendam; atau kalau bisa ya santai aja, be tolerant. Jadi semuanya saling mengerti dan menghargai cara hidup masing-masing. Maning berkali-kali bilang ke gue,


ā€œBuat apa lo takut dengan pertengkaran, Cil? Kalau bertengkar ya bertengkar aja. Itu wajar kok, namanya juga manusia.ā€

Lucu, sekaligus benar. Buat apa gue takut bertengkar dengan orang lain? Kalau begitu ya tidak perlu berteman sekalian. (FYI, gue seringkali menjaga jarak dengan banyak orang karena takut bertengkar dan merusak hubungan yang sudah indah dibangun.) Akhirnya, gue mengubah mindset gue. Gara-gara dua kawan gue ini, gue belajar banyak sekali hal.


Living with two girls itu rasanya seru banget. Yang satu ahli perkakas terus yang satu lagi ahli memasak. Sementara gue? Hahaha… gue ahli jadi tim hore. Sumpah deh, kalau gue pikir-pikir lagi, gue beneran belum becus jadi ibu rumah tangga. Jauh deh kalau dibandingin kedua kawan gue ini.


ā€œCil, jangan kebanyakan mikir!ā€ teriak Maning memecahkan konsentrasi gue dalam belajar.


ā€œIya, Cil, malam Jumat nih, masak masih belajar juga. Besok libur, woy, libur!ā€ Try menambahkan sambil bermain game di handphone-nya. Sementara gue masih sambil mengetik, gue jawab mereka, ā€œGue nggak ahli memotong dahan pohon kayak lo, Ning, atau memasak berbagai jenis masakan tanpa resep kayak Try. Cuma ini yang gue ahli kerjakan: berpikir.ā€ Dan kami semua pun tenggelam dalam tawa membahana.


Syukurlah temen-temen gue ini mau mengerti diri gue yang secara fisik kurang berguna dan cuma bisa ngabisin makanan ringan. Semoga ke depannya kami tidak akan bertengkar sampai berlarut-larut dan terus bersahabat hingga tua nanti.


(Sebenarnya post ini sudah ditulis sejak 10 Oktober 2014 silam, cuman berhubung internet gue mati lantaran terjadi kebakaran hebat di Matraman, gue jadi nggak bisa nge-post online deh.)


Postingan Terkait

Lihat Semua
Dimarahin Ibu Kos

Paling seru itu ngegosipin ibu kost sama Manink. Karena baru-baru ini gue kena marah gara-gara 4 hal: motor, rokok, pagar, dan jam malam.

Ā 
Ā 
Ā 

Komentar


Date

Let's connect on my social media!
  • Threads
  • Instagram
  • LinkedIn
  • YouTube
bottom of page