Taiwan, Thailand, Hiking!
- Caecilia Sherina
- 6 Sep 2016
- 6 menit membaca
Jalan-jalan paling asik adalah jalan-jalan last minute!
Kebetulan weekend kemaren gue mendadak diajak ke museum oleh seorang kawan, dan mendadak pula diajak hiking oleh kawan lainnya. Berhubung gue pengen dua-duanya, akhirnya gue gabunglah mereka atas alasan COUCHSURFING!
Buat yang belum tahu Couchsurfing itu apa, bisa klik aja kata tersebut. Couchsurfing adalah website yang menyatukan para backpackers dari seluruh dunia untuk mencari tempat tinggal gratis maupun teman jalan yang asik.
Balik ke cerita, temen gue yang mau ke museum dan temen gue yang mau hiking ini sama-sama couchsurfer, tapi mereka belum kenalan. Yang satu orang Taiwan asli, dan yang satu lagi pendatang dari Thailand. Setelah chat bolak-balik, akhirnya Willy (Taiwan) dan Max (Thailand) setuju untuk bergabung, ditambah temennya Max dua orang: Dustin (Taiwan) dan seorang American girl.

Pagi itu hari Minggu (9/4) gue jalan dulu sama Willy ke SMA lamanya, Jianguo High School, keliling sebentar, baru deh ke National Museum of History. Btw, kalian nggak perlu tourguide untuk mengunjungi kedua tempat tersebut. Di hari Minggu, SMA negeri khusus pria ini terbuka lebar bagi siapapun dan bisa kamu kunjungi untuk sekadar foto-foto ala anak sekolahan. Gedungnya antik banget, katanya bekas penjajahan Jepang.
Museum sejarah yang gue maksud terletak persis di seberang SMA Jianguo. Biaya masuknya juga murah banget, hanya NT$ 15 untuk pelajar dan NT$ 30 untuk publik. Kalau dirupiahin sekitar Rp6.150,00 untuk pelajar. Di dalamnya terdapat berbagai lukisan, patung bersejarah, dan eksibisi lainnya (tergantung kapan kamu datang). Sayangnya pas aku datang, pamerannya lagi nggak asik alias membosankan. Jadilah kita cuma lihat-lihat sebentar dan langsung pindah ke Taipei Botanical Garden.

Sialnya (lagi) dikarenakan cuaca musim panas kali ini super panas yakni 34°C, akhirnya kita cepet-cepet masuk dan cepet-cepet keluar. HAHAHA... (ANJIR PANAS GILA!) Oh ya, masuk taman ini gratis dan masih sebelahan dengan museum sejarah. Jadi bisa disatukan dalam itinerary kalian.
Puas terbakar matahari, kita naik taksi kuning ke Gongguan untuk mencari restoran seafood kesukaan Willy yang ternyata... eng ing eng... tutup. Terpaksalah kita ganti rencana dan makan di restoran jejepangan. Kita pesan sashimi set lengkap dengan nasi, secangkir teh tawar (bukan ocha), potongan buah jeruk dan clear soup (it wasn't even miso soup, makanya gue sebut jejepangan). Well, meskipun nggak memuaskan hasrat kejepangan gue, tapi yasudalah semangkuk ikan segar NT$ 200 tetep masuk perut dengan lancar sentosa.
Setelah makan dan istirahat, kita langsung tancap ke Xihu station untuk bertemu dengan Max jam 3.30 pm. Waktu itu gue sama Willy udah nguap-nguap terus karena ngantuk. Kita sempet mau bail out, tapi kalau dipikir-pikir lagi sayang juga yah... Bosen kalau cuma ke museum atau makan-makan doang. Nggak apa deh panas-panas nyobain hiking ke Jīn Miàn Shān (金面山), katanya pemandangan Taipei-nya a lot better than Xiàng Shān (象山).
Waktu kami tiba di Stasiun Xihu, syukurlaahhh angin bertiup sepoi-sepoi dan cuaca nggak begitu panas. Kita langsung disambut oleh Max, dan tinggal menunggu Dustin menyusul. (Kemudian diketahui bahwa Dustin gagal mengajak American girl-nya karena terlalu mendadak.)
Dari Xihu Station Exit 1, kita langsung jalan kaki menuju gerbang masuk Jin Mian Shan. Gue kira si Max ini rajanya hiking, ternyata dia juga belum pernah ke situ. Alhasil mereka semua pakai Gmaps buat nyari pintu masuknya. Nggak gampang loh. Mesti masuk ke perumahan orang gitu, terus papan petunjuknya kecil banget warna pink dan dalam Bahasa Mandarin. Kalau gue nggak jalan sama orang lokal, mungkin makan waktu sejam nemuinnya. Saking nggak gampangnya nemuin pintu masuk, anak-anak ini sampai bilang, "Bro, lebih gampang nyari pakai Pokemon Go! Ada 2 gym di puncak Jin Mian Shan! Gue mau nge-gym dulu ah entar."
Finally we found the entrance gate! Dari sini ke check point pertama hanya perlu naik tangga aja. Gunung kecil ini sudah didesain ramah bagi para turis mancanegara. Di gunung ini juga sudah ada papan dalam Bahasa Inggris, sudah ada tangga, dan banyak pula orang Taiwan yang bawa anjing-anjingnya. Jadi iri...
Kocaknya sebelum perjalanan dimulai, Max selaku ketua geng menghentikan kita semua, "Guys, I brough mosquito repellent, some Thai medicine if you guys hurt yourself, water, and..."
"Lo kenapa jadi nyokap begini, Max?" potong Dustin sambil ngakak, tapi ujung-ujungnya dia kesenengan juga nyemprotin anti-nyamuk ke kakinya. Gue yang megangin kamera ikutan ketawa-ketawa aja karena dua anak ini kocak mampus.
Setelah selesai bersiap-siap kita pun memulai pendakian. (Sebenernya ini pendakian gampang banget kok, cuma sejam kurang juga udah nyampe, tapi gue lebayin dikit. Hahaha...) Perjalanan menuju tempat peristirahatan pertama memakan waktu kurang lebih 30 menit. Gue berjalan di depan, diikuti Willy, Max, dan Dustin di belakang. Gue nggak nyangka ternyata gue jalannya kecepatan (asiikkk), sampai-sampai si Willy nyeletuk, "At first I thought I should be worried about you, now I think I should be worried about myself." Lalu kita ngakak garing, dan gue kembali jalan terlalu cepat.
Di check point pertama ada ayunan dari ban dan tali. Seru sih, tapi aku malu main sendirian. Jadilah para pria-pria ini duduk, dan aku berdiri saja. Aku takut kalau sudah duduk, nanti susah angkat pantat aku lagi.

Perjalanan dilanjutkan. Kali ini semakin curam. Tidak banyak lagi tanah yang bisa dipijak, hanya ada batu, batu dan akar pepohonan. Untungnya sudah dipasangkan tali yang super safe. Jadi nggak perlu takut, lu gelayutan aja di tali itu, nggak bakal mati. Tapi makin lama beneran makin curam dan makin menyeramkan (which means makin seru!).
Sambil mendaki bebatuan itu, kamu juga sudah bisa mulai melihat pemandangan kota Taipei di sore hari yang cukup breathtaking. Ditambah angin sepoi-sepoi, segar sekali meski wajah basah kuyup keringetan.
Masuk check point kedua, ada gubuk dan sumber air buatan manusia. Lu bisa cuci-cuci di situ. Terus kocak ya di drum airnya ditempelin kertas bertuliskan, "DILARANG PIPIS, ADA ULAR BERACUN!" (dalam Bahasa Mandarin). Gue tentu saja tidak bisa membaca tulisan itu. Gue cuma diceritain sama si Max yang tertawa terpingkal-pingkal sambil mencoba memperagakan pipis di depan drum air.
Di check point kedua ini kita beristirahat lebih lama dan mulai mengobrol tentang Taiwan, Thailand, dan Indonesia. Gue waktu itu nyaranin mereka ke Pulau Maratua karena mereka suka banget camping di pantai. Terus kocak gitu pada nggak bisa nyebut kata Maratua.
Setelah selesai beristirahat, kita mendaki lagi ke puncak dan HOPLA! Ada serangga biru gede dan serem banget! Gue yang berada di barisan depan langsung lompat mundur ke belakang.
"What's wrong? What's wrong?" semua ikutan panik karena gue teriak. (Padahal daritadi udah jaim banget, berusaha kelihatan paling kuat dan tegar.)
Setelah mereka bertiga melihat serangga yang saya maksud, mereka pun takjub, terpana dan mulai foto-foto si serangga.
"This place is a perfect one for protecting woman," kata Dustin dengan gaya sok iyenya.
Terus tiba-tiba si serangga terbang dan dia beserta Max lompat melarikan diri. Gue sama Willy pun ngakak mampus. Makan tuh protection! Hahaha... Si kampret Dustin habis itu pura-pura ngelempar serangganya ke gue sampai gue jejeritan.
"Dustin, you just failed at protecting women. Hahaha..." sahut Max sambil ngetawain kita semua.
Ternyata di puncak gunung Jin Mian Shan udah banyak banget orang lagi foto-foto. Nggak heran sih, summer memang the perfect season for holiday and hiking. Jadilah kita kudu ngantri buat foto di the best spot.

Sedikit saja salah melangkah, maka kupastikan nyawamu tak kan selamat
Pas giliran kita tiba, Willy mengundurkan diri secara teratur karena takut ketinggian, sementara Dustin masih berjuang membuktikan keberaniannya. Sayang, di batu kedua, Dustin hampir menyerah.
"Udah, Bro, udah, gue tidur siang aja di sini," teriak Dustin yang super ketakutan buat merangkak ke batu terakhir. Waktu itu gue sama Max udah di ujung batu dan setengah mati nyemangatin ini orang!
"DUSTIN YOU CAN DO IT, MAN!!!"
Dan Dustin tetap tidak bergeming, dan juga tidak mau dibantu pegangan. Ia benar-benar ingin menunjukkan kejantanannya. Yaudalah gue bantu pegangin HP-nya ajah biar dia bisa fokus menyeberang.

Setelah Dustin akhirnya berhasil, which took about 30 minutes! Akhirnya semua orang yang ngantri pun tepuk tangan dan bersorak ria. Hahahaha... Anjir lagian ni orang lama banget, bikin emesh... Terus kita foto-foto deh. Setelah kita selesai, giliran si Willy merasa terpanggil. Akhirnya dia mencoba menaiki batu tertinggi tersebut dan bergaya ala Rafiki yang menggendong Simba. Kita semua ngakak sambil fotoin doi.

Pulangnya kita menuruni gunung sambil cerita hantu dan bernyanyi. Eh, ternyata gue lagi paling penakut. Langsung ngibrit ke depan. Sial, bro, itu gunung kalau udah malam nggak ada lampu, lumayan gelep yah. Ngeri.
"Back to civilization!" sahut Max lega setelah menapakkan kaki di entrance gate.
Kemudian malam itu pun kita tutup dengan makan cumi, ayam, udang, kodok, rebung, dan beer Taiwan. Nikmat sekali, dompetku pun terkuras buanyak... NT$ 1520 makan berempat. Hahaha... Kenyang sih kenyang....
Anyway, besok paginya gue muntah lantaran kecapekan. Hahahah... DASAR ANAK LEMAH!








Komentar