top of page

Apa Bedanya Produser dan Sutradara Film?

  • Gambar penulis: Caecilia Sherina
    Caecilia Sherina
  • 13 Feb 2015
  • 3 menit membaca

Gue baru sadar bahwa pertanyaan ini adalah pertanyaan yang selalluuuu ditanyakan semua orang, baik yang berminat menjadi mahasiswa perfilman maupun yang cuma sekadar numpang lewat.


"Apa bedanya produser dan sutradara?"

Pertama, kita lihat dulu definisi dari kedua profesi terkece dalam perfilman ini.


FILM PRODUCER

Sebuah profesi dalam bidang perfilman yang bertugas memimpin tim produksi untuk memproduksi sebuah film.


FILM DIRECTOR

Sebuah profesi dalam bidang perfilman yang bertugas memimpin tim produksi untuk memproduksi sebuah film.


Loh, definisinya sama aja. Terus bedanya apa? Kok pemimpinnya ada dua?

Let me explain, they lead in different aspects, Gaes.


Film producer memimpin tim produksi dari aspek finansial; penjadwalan waktu; pengadaan kru, talent, alat, lokasi syuting, akomodasi, transportasi, dan konsumsi. Sementara film director memimpin tim produksi dari aspek kreatif, untuk menciptakan film sesuai visi dan konsepnya dalam kurun waktu yang ditentukan oleh produser, serta dengan segala ketersediaan dan kebutuhan yang telah disepakati bersama. Jadi tim yang dipimpin kedua orang ini berbeda dan kepentingannya tidak saling bertabrakan.



Lo ngemeng ape sih, ane nggak paham.

Uhm... Maksud gue gini. Gue kasih contoh ya. Waktu gue mau bikin film "IMPAS" buat Praktika Terpadu, gue dan kelompok gue melewati proses Development terlebih dahulu. Di situ kita cari ide cerita. Ide cerita nggak mesti dateng dari sutradara atau pun produser. Ide cerita boleh dari siapa saja asal yang punya ide setuju idenya dipakai buat jadi film.


Terus kita dapet ide nih, "Gimana kalau kita bikin film tentang seorang anak yang mencuri ayam tetangganya? Kita bikin film yang menunjukkan bagaimana sebuah proses balas dendam itu kayak lingkaran setan." Nah, berangkat dari situ, sang sutradara mulai berkhayal, "Oh, gue mau filmnya kayak film Petualangan Sherina nih—drama keluarga. Terus kameranya handheld, warna filmnya agak yellowish, terus anak ini tinggal di perkampungan Betawi, di mana warganya banyak miara ayam jago."


Mendengar imajinasi sang sutradara, mulailah produser membelah otaknya. Hahaha... Yak, dia mesti pikirin gimana caranya itu film jadi sesuai visi si sutradara. Dia mesti pikirin kita syuting di mana yang bisa terlihat kayak perkampungan Betawi; pikirin siapa aja kru tambahan buat bantuin kita merealisasikan visi itu; pikirin sewa steadycam di mana biar handheld kameranya lembut; terus estimasiin anggaran buat bikin film itu sampai didistribusikan; terakhir, doi kudu bikin jadwal dari meeting, casting, hunting, syuting, termasuk jadwal editing gambar dan suara serta distribusi film.


Udah sedikit nangkep kan bedanya mereka berdua?


Dari pengalaman gue selama bikin tugas kuliah sih, gue belajar bahwa faktor kesuksesan sebuah film yang pertama jatuh pada produser. Oke, lo dapet sutradara mantep, kru lain mantep, tapi kalau produser lo brokap. Masya Allah, man, film lo bisa brokap dan pengeluaran bisa bengkak nggak terkontrol.


Terus kalau produsernya mantep, tapi sutradaranya nggak mantep, gimana dong?

Film lo bisa jadi ambigu, terhimpit di antara kebrokapan dan ketidakbrokapan.


Eh, bentar, brokap itu apaan sih?

Uhm, gini, brokap adalah sebuah kata sifat tidak baku yang berasal dari Bahasa Inggris broke up, atau broken. Brokap digunakan untuk menyatakan sesuatu yang hancur, tidak benar, atau menyedihkan. Contohnya lo lagi kena musibah: diputusin pacar, nilai kuliah anjlok, tawaran kerja seret, maka lo bisa bilang, "Gue lagi brokap nih."

Mari kembali ke topik, kalau begitu sutradara dan produser sama pentingnya dong?


Nggak, Bro, masalahnya meskipun lo dapet sutradara bagus, kalau produsernya nggak bener, filmnya bisa hancur. Anyway, this happened to my friends. Their team used to be great. Gue ngiranya kesuksesan mereka berkat kecerdasan sang sutradara. Ternyata setelah grupnya dipecah, (masing-masing kerja sama tim yang lain) yang sukses dapet nilai A cuma 1 orang, dan dia adalah sang produser.


Sejak itu gue semakin yakin kalau dapet produser yang berkualitas sangaaatt membantu kesuksesan sebuah film, khususnya dalam skala perkuliahan di mana anak-anak masih baru belajar dan coba-coba. Sekian deh post saya.


Oh iya, this post was dedicated for Ricky, anak sialan yang bilang muka gue kayak anak SMA, yeay! It was fun to have a Q&A session with him. Semoga lulus UN ya!

Comments


Date

Let's connect on my social media!
  • Threads
  • Instagram
  • LinkedIn
  • YouTube
bottom of page