Kiat Sukses Praktika Terpadu
- Caecilia Sherina
- 25 Jan 2015
- 5 menit membaca
Asiikk... Judulnya kedengeran keren gitu ya. Btw, tips ini berdasarkan pengalaman gue bersama angkatan 2012 yang melakukan praktika di tahun 2015. Mungkin sudah tidak relevan dengan generasi sekarang.
Pendahuluan dulu bagi yang tidak kuliah di IKJ, jadi begini, di IKJ itu ada mata kuliah yang namanya Praktika Terpadu. Matkul ini berbobot 4 SKS, dan entah kenapa telah menjadi momok bagi semua mahasiswa yang ingin lulus dengan bahagia. Di matkul ini lo bakal melakukan praktek dengan budget Rp6.000.000,00 (dibiayai kampus) dan bekerja sesuai mayor yang lo miliki. Mahasiswa yang gagal mendapatkan mayor belum bisa mengambil matkul ini.
Berhubung gue udah dapet mayor as an editor, jadi gue boleh ambil Praktika dan dikelompokkan secara acak oleh pembimbing Praktika. Gue dapet sekelompok dengan Gill sebagai produser dan Puput sebagai sutradara. Kami hanya bertiga, jadi sisa profesi yang nggak ter-cover seperti penulis skenario dll. perlu kami tutup dengan mencari bantuan dari adik kelas. Tapi tetep kami bertiga yang bertanggung jawab. Jadi si Puput sutradara merangkap penulis skenario dan DP, si Gill produser merangkap sebagai production designer, sementara gue editor merangkap sound designer.
Nah, di bawah ini adalah kiat sukses menurut gue pribadi:

1. Berdoa sebelum Koordinator Praktika menentukan anggota kelompokmu
Sistem pembentukan kelompok dalam mata kuliah Praktika dibuat berdasarkan jumlah sutradara yang tersedia. Di kelas Praktika gue saat ini ada 24 sutradara, sehingga jumlah kelompoknya otomatis menjadi 24. FYI, jumlah ini adalah jumlah terbanyak sepanjang sejarah Praktika. Lo perhatiin aja tuh dari sutradara-sutradara yang tersedia, yang mana yang brokap dan yang mana yang punya visi. Berdoa sama Yang Maha Esa biar lo nggak dikelompokin sama yang brokap. Hahaha...
2. Being multi-talented is a plus
Sejarah menunjukkan bahwa jumlah sutradara selalu lebih banyak ketimbang jumlah produser, editor, dll. Sehingga dapat dipastikan bahwa akan ada kelompok yang tidak memenuhi ketujuh peminatan. Misalnya ada kelompok yang punya produser, tapi nggak ada editor. Terus ada yang punya editor, tapi nggak punya produser. Di sinilah gunanya memiliki banyak talenta. Jadi sebaiknya JANGAN MALAS belajar dari sekarang caranya mengedit film, mengedit suara, mengaransemen musik, atau yang lainnya karena peminat di bidang ini super sedikit dan lo bakal mampus nyari temen yang bisa bantuin di saat kepepet!
3. Stop being a bitch; deal with it
Kalau kelompok udah ditentuin, dan lo dapet temen yang brokap, TENANG. Koordinator nggak akan ngumpulin brokap jadi satu. Pasti dibuat seimbang, dan lo pasti bisa atasi kebrokapan temen lo. Haha. Jadi berhenti mengeluh, ngatain partner, atau pun menangisi keadaan, karena life must go on. Kalau lo nggak lulus Praktika, lo nggak bisa lulus kuliah. Kalau partner lo bener-bener nggak kerja, laporin aja ke Koordinator. Jangan baper, jangan emosian, be logical. Kalau gue sih sukanya emosian, abisnya gemesh.


4. Jangan main-main dengan Praktika
Mungkin selama ini lo anggap kuliah kayak maen-maen, lantaran dosen lo suka gabut, cabut mendadak, atau lo-nya emang males kuliah. Tapi untuk Praktika, gue saranin lo hati-hati. Jadwal Praktika selama satu semester pasti akan di-provide oleh Koordinator, jadi keep aware of time. Jangan sampai telat ngumpulin apapun itu karena dampaknya adalah langsung gagal Praktika. Meskipun ada yang namanya "negosiasi", tapi proses birokrasi ini sangat melelahkan dan makan waktu, yang meskipun lo berhasil diizinkan lanjut Praktika, belum tentu lo bisa kembali menata jadwal dengan baik.
5. Siapkan waktu yang banyak untuk Praktika
Jangan ambil SKS banyak-banyak atau pun kerja part-time. Gue aja cuma ambil 18 SKS masih mau mampus. Soalnya Praktika bukan sekadar nulis laporan, syuting, bikin pelem, terus kumpulin. Nggak, Bro, nggak sesederhana itu. Ada segenap proses yang harus ditempuh demi naik ke tahap berikutnya.
Proses itu adalah bimbingan, script conference, bimbingan, dan sidang. Bimbingan itu bisa berkali-kali tergantung kebrokapan film lo, dan bimbingan itu tak kenal waktu ataupun tempat. Bahkan di hari Minggu yang damai pun, lo bisa mendadak disuruh nemuin pembimbing di Depok jam 9 malem. Sialnya, bimbingan itu wajib. Kalau lo nggak bimbingan, lo nggak dapet tanda tangan, kalau lo nggak dapet tanda tangan, lo nggak bisa maju ke tahap berikutnya, on the other hand, Praktika lo the end!
6. Biarkan sutradara membuat film yang dia suka
Ini adalah saran dari temen baik gue pada saat gue bertempur habis-habisan sama sang sutradara, lantaran gue nggak suka satu pun ide cerita dia. Menurut gue, lebih baik debat di awal (dan selesai), mumpung belum keluar duit daripada nyesel di akhir.
Kalau emang lo nggak setuju dengan ide cerita temen lo, bilang; SAY IT OUT LOUD with logical reason. Film selalu dinilai dari segi ceritanya dulu, baru ke aspek yang lain. Meskipun gambarnya aje-gile, atau ada animasi 3D super canggih, kalau ceritanya brokap, nggak logis dan maksa, maka film lo fix to the max gagal.
TAPI, ada baiknya lo tetap membiarkan selera sutradara mendominasi. Soalnya kalau sutradara nggak suka ngerjain filmnya, film lo bakal brokap. Inget, bahwa sutradara punya tanggungan lebih berat, jadi sebaiknya dia bener-bener suka dengan apa yang dia kerjain.



7. Buat cerita yang feasible
Feasible yang gue maksud adalah memungkinkan untuk dibuat dengan anggaran seminim mungkin. Jangan bikin cerita yang terlalu hebring, soalnya deadline kalian mepet-pet-pet. Tapi juga jangan bikin cerita yang terlalu sederhana, soalnya nanti nilai kalian jelek. Kalau kalian memang merasa mampu membuat film yang membutuhkan banyak teknik, maka kerjakan, and stick with it, karena kalau berhasil, nilai kalian bakal tinggi. Tapi kalau ragu banget, udah drop it aja.
Tips dari abang-abangan gue dulu adalah buat cerita yang hanya membutuhkan satu lokasi. Soalnya yang namanya pindah lokasi itu nggak cuma keluar biaya di penyewaan tempat, tapi juga transportasi. Inget bahwa yang mesti lo bawa itu nggak cuma 10 manusia, tapi puluhan manusia beserta puluhan alat besar dan kecil yang nggak boleh hilang atau rusak. Terus di tempat yang baru juga harus ada basecamp buat naro barang-barang yang belum terpakai dan buat talent duduk nunggu giliran syuting. Jadi hati-hati dengan imajinasi liarmu!
8. Jangan sembarangan memilih PRODUSER!
Nah, ini nih tips paling dahsyat yang gue nyaris lupa. Buat kelompok yang nggak dapet anak mayor produksi, sebaiknya pilih satu orang yang benar-benar bisa diandalkan, rapi dan smart. Sutradara tidak disarankan merangkap sebagai produser, soalnya kerjaannya bakal terlalu banyak dan umumnya untuk anak yang masih dalam tahap belajar, akan sangat berat, ditambah deadline yang sempit.
Produser itu kerjaannya bukan cuma soal duit, tapi juga perizinan, jadwal, dan hampir semuanya dari tahap awal hingga akhir. Kalau sutradara memimpin tim produksi buat bikin film sesuai visinya, maka produser adalah orang yang men-supply semua kebutuhan sutradara dalam merealisasikan visinya tersebut. Contohnya, sutradara pengen protagonisnya diperankan oleh Joe Taslim, maka produser yang bakal kocar-kacir nyari manajer Joe Taslim dan nego sampe gila buat merealisasikan permintaan si sutradara.
Terus yang ngurusin transportasi, akomodasi, konsumsi, peralatan, dll. itu ya produser. Jadwal juga produser. Biar kata dibantu asisten juga tetep aja susah! Berat banget. Jangan dianggap kerjaannya enteng. Sekali dia salah bikin deal, langsung brokap semua.


Ini Hasil Praktika Terpadu Kami
Menurut gue nggak bagus, tapi pada saat itu dengan segala keterbatasan dan pengetahuan kami yang masih awam, ini udah keren banget. Perjuangannya gila-gilaan. Jadi gue tetep bangga udah pernah menciptakan karya ini bersama teman-teman gue yang keren-keren. Terima kasih sudah bekerja sama denganku, kawan!








Komentar