top of page

Pertama Kalinya Print Buku Rekening

  • Gambar penulis: Caecilia Sherina
    Caecilia Sherina
  • 30 Agu 2012
  • 3 menit membaca

Diperbarui: 3 Jan

Hari itu Bank Mandiri tidak ramai. Gue berdiri mengantre di salah satu loket di lantai 2 dengan gelisah. Gelisah karena gue masih bocah, dan bawannya selalu grogi ke tempat asing.


"Pak, kalau mau print buku di sini kan?" tanya gue tiba-tiba pada seorang bapak di belakang. Dia kaget dan langsung menjawab, "Iya, di sini bisa." Kemudian situasi kembali hening. Gue lupa mengucapkan terima kasih dan hanya diam terpaku saking groginya.


Tulisan ini awalnya dipublikasikan di Blog "Ma Vie est un Film" pada 30 Agustus 2012 saat saya masih berusia 18 tahun. Beberapa kata yang kurang tepat / patut telah direvisi secukupnya tanpa menghilangkan keaslian cerita dan pemikiran saya di usia tersebut.


Ketika akhirnya tiba giliran maju, seorang teller bertanya, "Bisa dibantu, Mbak?"


"Saya mau print buku rekening."

"Rekening sendiri?"

"Ya," jawab gue seraya menyerahkan buku tabungan kosong. Teller itu pun mengambilnya dan segera mengetikkan sesuatu di komputer, sementara gue berharap cemas menanti buku itu terisi.


Tidak lama kemudian buku itu kembali ke tangan gue. Teller itu tersenyum dan gue pun mengucapkan, "Terima kasih," lalu keluar dari antrian dan duduk di salah satu kursi di pojok. Gue tersenyum sumringah. Hari ini bukan hari yang gue tunggu-tunggu, tapi hari ini adalah salah satu dari sekian hari yang begitu membahagiakan buat gue. Gue sangat bangga hari ini.


Entah terdengar sombong, norak, atau apapun, tapi gue sangat bangga dengan diri gue hari ini. Gaji ketiga gue turun kemarin, jadi hari ini gue pengen lihat tabungan gue di bank sudah berapa. Syukurlah, nilainya cukup untuk hidup di Jepang selama 10 hari. Hahahaha... Ini adalah angka yang gue tunggu-tunggu dari 3 bulan yang lalu. Bangga, puas, bahagia, semua campur aduk dalam hati.


Akhirnya gue menutup buku itu dan bergegas pulang. Gue ingin cepat tunjukkan ke ibu. Ibu gue yang (hampir) selalu mengizinkan apapun yang gue minta, jadi dia perlu tahu apa yang bisa gue capai atas apa yang telah dia izinkan selama ini—atas kepercayaan dia selama ini.


Waktu ibu gue lihat isinya, dia tersenyum. Dia bilang tolong tabung uang ini karena sementara ayah gue belum bisa kasih uang harian. Ketika gue bilang mau beli laptop pun, ayah gue bilang pakai aja bekas dia. Tabung dulu uangnya, pakai untuk biaya hidup sementara ini.


Okelah, jadi gue akan simpan uang ini untuk biaya hidup dan kosan. Cukup untuk 5 bulan kayaknya, dengan catatan: gue nggak ngapa-ngapain dan kuliah gue nggak aneh-aneh.


Oh ya, gue juga pengen terima kasih ke perusahaan tempat gue bekerja dan segenap karyawannya atas 3 bulan yang sangat berharga ini. Besok hari terakhir gue kerja karena gue diterima kuliah di IKJ. Gue akan merindukan suasana keluarga di ruang produksi pastinya. Apalagi kegiatan makan malam pakai daun pisang! Nggak akan gue lupain pelajaran yang udah dikasih semua senior. Termasuk ketika gue dikerjain pakai telepon salah sambung, pas tas gue diiketin kabel data, dan pas gue dijodoh-jodohin, semuanya nggak akan gue lupain!


TERIMA KASIH BANYAK!!!


Buku Rekening pertamaku

Catatan tahun 2024:

Buat yang pengen tahu aja sih, gaji gue saat itu sekitar 2 juta per bulan, plus dapat makan 1x per hari. Durasi kerja 9 jam, masuk 5-6 kali per minggu. Tidak ada uang lembur. Tapi gue sangat bahagia pernah bekerja di sana, karena itu adalah pengalaman pertama gue bekerja.


Gue sebenarnya tidak resign, tapi diberhentikan karena perusahaannya bangkrut di Agustus 2012 dan dibeli oleh stasiun televisi lain yang juga akhirnya bangkrut pada tahun 2023. Saat itu, gue ditawarkan untuk lanjut ke perusahaan yang baru, tapi karena gue mau fokus kuliah di IKJ, jadi gue tolak.

Komentar


Date

Let's connect on my social media!
  • Threads
  • Instagram
  • LinkedIn
  • YouTube
bottom of page