Cara Membuat Cerita Film
- Caecilia Sherina
- 1 Sep 2015
- 3 menit membaca
Kali ini gue mau jelasin caranya bikin konsep cerita untuk film. Konsep ini bisa diaplikasikan ke film bentuk apapun. Sok dah kita bahas!
1. Idea
Apapun yang terjadi, kamu harus utamakan ide filmnya dulu. Jangan terlalu asik mikirin mau pakai kamera apa, tempat di mana, talent siapa, atau cerita yang kayak begimana. PIKIRIN DULU IDENYA!
Nah, apa itu ide? Ide yang gue maksud di sini adalah pesan yang ingin lo sampaikan dalam film. Film yang baik memiliki pesan. Pesan tidak harus positif, tidak harus bermoral, dan tidak harus berbobot. Tapi yang jelas, film yang "bagus" adalah film dengan ide yang berbobot (dan cenderung berdampak positif). Film ini akan meninggalkan pertanyaan bagi para penontonnya, dan sebuah topik yang asik didiskusikan dengan teman sebangkunya. Kalau pesan lo negatif, misalnya malah mendorong orang untuk bunuh diri, biasanya akan ada banyak kaum yang protes dan nyuruh lu belajar agama lagi.
2. Premise
Setelah lo udah tau apa yang mau lo sampaikan, maka saatnya membuat premise. Kalau ide adalah jantung film, maka premise adalah tulang rusuknya. Premise biasanya dibuat dengan rumus seperti ini: TENTANG + SUBJEK + MAU MELAKUKAN/MENCAPAI SESUATU. Udah! Sesimpel itu ajah!
3. Basic Story
Lo udah tau ide dan premise, kini saatnya menambah tulang punggung supaya kerangkanya semakin jelas! Pada tahap ini, lo cukup mengembangkan cerita dari premise sesingkat mungkin. Bahkan kalau bisa dalam satu paragraf aja.
Rumusnya kira-kira begini:
Protagonis + Jelasin sosoknya sesingkat mungkin + mau ngapain + terus ada AntagonisĀ + menghalangi kemauan dia + dengan cara bagaimana + sehingga akhirnya protagonis ini berhasil/tidak berhasil mencapai keinginannya.
Apabila si protagonis berhasil mencapai keinginannya, maka film dikatakan happy ending. Kalau nggak berhasil ya jadi sad ending.

CONTOH:
Ide: Korupsi dimulai sejak pendidikan dini
Premise: tentang seorang anak SD yang ingin menghentikan aksi pencontekan saat ujian
Basic Story:
ANGGA (11), siswa SD yang jujur. Pada hari ujian akhir, Angga tidak menggunakan kertas contekan yang ia dapatkan dari temannya. Angga juga tidak meneruskan kertas itu ke meja lainnya sebagaimana yang telah dilakukan semua teman Angga. Setelah selesai mengerjakan dan izin keluar dari kelas, IBU GURU (40) menemukan kertas contekan Angga di atas meja, dan memberikan kertas itu ke siswa lain yang belum selesai mengerjakan ujian di kelas.
(FYI, contoh cerita ini gue ambil dari film pendek yang menang di SCTV Short Film Competition.) Setelah menonton film dengan cerita seperti di atas, gue jadi manggut-manggut, "Bener juga dia, korupsi itu emang udah mendarah-daging di Indonesia. Sedari kecil anak-anak sudah membiasakan dirinya mencontek, dan kebiasaan itu ironisnya (kadang) dikondisikan oleh pengawas ujian/guru mereka sendiri."
Dari film ini jelas protagonisnya anak SD dan antagonisnya adalah si ibu guru, karena dia berusaha menggagalkan keinginan protagonis. Ending-nya sad, karena si protagonis gagal menghentikan aksi pencontekan di kelasnya.
Ide dalam film nggak perlu disebutkan dalam dialog. Tapi setelah melihat rangkaian gambar yang disusun menjadi film, pastikan penonton bisa menyimpulkan bahwa ide kamu tuh 'itu'.
Nah, setelah membuat ketiga poin di atas, maka kamu bisa melanjutkan mengembangkan konsep ceritamu dengan membuat sinopsis. Dalam sinopsis, basic story yang singkat tadi dipaparkan sedetil-detilnya. Kalau bisa pembaca sampai mampu mengimajinasikan film kamu hanya dengan membaca kata per kata yang kamu tuliskan dalam sinopsis.
Pada akhirnya, meskipun kita tahu rumus membuat konsep cerita, hal ini tidak menjamin cerita yang kita buat akan bagus. Itu alasannya kenapa seorang filmmaker harus berwawasan luas dan cerdas. Dia harus tahu caranya bikin penonton "percaya" bahwa film fiksi yang dia tonton ini memungkinkan untuk terjadi di dunia nyata. Untuk bikin cerita yang believable, berbobot, dan menarik, tentu kamu harus riset yang baik dan berpikir kreatif dalam menyajikannya.








Komentar