top of page

I'm Not Afraid of Rejection

  • Gambar penulis: Caecilia Sherina
    Caecilia Sherina
  • 7 Jul 2012
  • 2 menit membaca

Diperbarui: 3 Jan

Akhirnya pengumuman SNMPTN ya?


Gue sih nggak ikut, tapi gue ikut deg-degan juga mikirin temen-temen yang antusias ngebuka website-nya. Akan ada yang diterima dan ada yang enggak, alias mendapatkan rejection. Buat temen-temen yang keterima, selamat ya! Pasti seneng banget diterima di universitas kece hahaha... Buat yang dapat rejection, ya udah jangan nangis. This is not the end.


Tulisan ini awalnya dipublikasikan di Blog "Ma Vie est un Film" pada 6 Juli 2012 saat saya masih berusia 18 tahun. Beberapa kata yang kurang tepat / patut telah direvisi secukupnya tanpa menghilangkan keaslian cerita dan pemikiran saya di usia tersebut.


Caecilia

Ngomong-ngomong soal SNMPTN, gue jadi teringat ketika gue apply ke Humber College buat kuliah. Gue nggak diterima, lantaran nilai TOEFL gue khusus bagian listening kurang 2 poin. Itu rasanya sakiiiittt banget. Nyesek banget. Bayangin cuy cuma masalah kurang 2 poin gue langsung di checkmate nggak bisa kuliah di situ. Sebenernya gue bisa aja ulang lagi tes TOEFL-nya, tapi kan mahal!


FYI, nilai TOEFL IBT gue pada saat itu di tanggal 26 November 2011 adalah 87 dengan rincian sebagai berikut:

  • Reading 20

  • Listening 18

  • Speaking 24

  • Writing 25


Jadi yah ditolak itu memang menyakitkan. Kadang-kadang impian kita belum bisa dicapai dengan jalan yang kita mau. Mungkin kita harus puter balik, dan kembali ke persimpangan, ambil jalan yang lain. Mungkin jalannya lebih berliku-liku, lebih berlubang, lebih berbahaya, tapi mungkin kalau kita kuat dan terus berjalan, kita bisa sampai ke tujuan yang tadi kita impikan. Yang penting kita tetap mengejarnya. That's my theory.


Makanya, impian gue kan sebenernya kuliah di luar negeri. Dulu gue coba jalur beasiswa AFS dan gagal, gue juga coba jalur bayar sendiri buat S1 di luar negeri juga gagal. Mungkin suatu hari nanti gue coba lagi pas S2. Kalau S2 gue juga gagal... Ya nanti gue pikirin lagi caranya gimana. Sekarang gue fokus dulu kuliah di Indonesia, berkarya di negeri sendiri dan terus berlatih. Supaya kalau suatu hari nanti, gue beneran S2 di luar negeri, gue nggak ketinggalan sama yang lain. :)


It was very hard though to wake up and face the fact that I failed the test. But I know and I always believe, there will be other ways to get what I want.Ā 


Catatan tahun 2024:

Hi guys, kuliah di luar negeri beneran sesusah itu untukku. Khususnya ketika kita nggak punya dukungan dana yang besar untuk bisa membiayai sendiri. Aku nggak berhenti mencoba apply beasiswa S2, dan bahkan di usiaku yang sudah mau kepala tiga ini pun aku masih berusaha. Buat kalian yang juga sedang berjuang, tetap semangat mengejar mimpi.

Komentar


Date

Let's connect on my social media!
  • Threads
  • Instagram
  • LinkedIn
  • YouTube
bottom of page