JENESYS 2.0: Anime Japan Expo (Day 2 of 9)
- Caecilia Sherina
- 9 Apr 2014
- 3 menit membaca
Diperbarui: 25 Jan
Hari kedua, tanggal 23 Maret 2014 jadwal gue adalah berpindah hotel ke Tokyo dan menerima lecture dari dosen Universitas Meiji mengenai sejarah animasi Jepang. Seru ya kedengarannya? Gue excited banget meskipun masih ngantuk. Gue bangun pagi dan berkewajiban membangunkan Gaby yang susah banget disuruh bangun!!!

Sesampainya di Tokyo, semua peserta JENESYS 2.0 menginap di Harumi Grand Hotel. Letaknya masih jauh dari pusat keramaian kota dan temperatur di Tokyo masih 10°C juga, jadi gue tetep bar-bir-burrr kedinginan. Di hotel ini kami akan mendengarkan kuliah “History and Current Status of the Animation Field in Japan” dari Mr. Renato Rivera Rusca, assistant professor, Meiji University School of Commerce.

Singkat saja, si dosen menceritakan sejarah animasi, budaya menggambar, dan bagaimana aksi pemerintah dalam melestarikannya dalam Bahasa Inggris karena dia seorang British. Beliau juga menjelaskan program "Cool Japan" di mana pemerintah berusaha agar anime dan manga menjadi produk industri internasional, meskipun di Negara Jepang sendiri, anime dan manga hanyalah sebuah subculture. Artinya penggemar anime dan manga di Jepang tidak sebesar di luar negeri. Alasannya cukup banyak, nah, gue berkesempatan bertanya, "Mengapa anime hanya menjadi subculture, sementara K-pop serta kartun Korea lebih terkenal di Jepang?"
"Korean movies are shown at 3 p.m. The males are working and the kids are at school. Who's watching? Housewives. Korean movies are actually still a subculture. But because there are more old people than teenagers in Japan, they become more visible and give an impression of a mainstream culture."
Okay, gue bisa ambil kesimpulan bahwa, anime dan manga itu lebih dinikmati oleh anak muda. Sementara anak muda di Jepang nggak banyak. Kalau lo nonton televisi Jepang, lebih banyak acara reality show atau talk show. Acara anime begitu sulit ditemui. Gue nggak tau jam berapa. Tapi yang pasti di jam orang nganggur nggak ada anime diputar.

Setelah mendengarkan lecture, kami makan siang di Hotel Harumi dan menunya lebih sedikit dari Hotel Nikko. Hiks... Begitu makan siang beres, semua peserta langsung berangkat ke Japan Anime Expo 2014 di Tokyo Bigsight. Waw, ini acara bergengsi! Tapi karena semuanya dalam Bahasa Jepang, gue jadi nggak ngerti dan nggak bisa menikmati acaranya dengan maksimal. Di sini peserta dikasih tiket 1,500 yen untuk masuk dan bebas berkelana. Gue jalan-jalan bareng Gaby dan kami senang sekali membeli gacha! Hahaha itu loh mesin yang tinggal dimasukin koin 200 yen, nanti keluar bola. Kalau bolanya dibuka, isinya random. Gue beli gacha yang isinya gantungan kunci One Piece, Anpanman, LINE, dll. SERU BINGITS!
Oh iya, ada satu hal menarik yang gue lupa bilang. Di Jepang, pemerintah berusaha keras mengurangi pembajakan anime maupun manga. Caranya gimana? Caranya adalah menanamkan rasa bangga membeli barang original dan menjelaskan akibat-akibat pembajakan, seperti matinya animator dan mangaka favorit.




Kami diberi waktu 3 jam untuk berputar-putar mengelilingi gedung Tokyo Bigsight yang luas sekali. Sepulang dari sana, semua orang menenteng tas belanja besar, tapi isinya cuma brosur-brosur. Hahaha... Sebenernya gue pengen beli kaos One Piece, tapi harganya mahal banget. Satu kaos itu bisa 3,000-5,000 yen (sekitar 330.000 hingga 550.000 Rupiah dengan kurs pada saat itu). SADIIISSS!!!
Sepulang dari sana, kami makan malam di food court Triton dekat hotel. Tinggal jalan kaki 5 menit. Setiap anak diberikan kartu dengan pulsa 1,000 yen untuk membeli makanan sesuka hatinya. Gue langsung beli ini, atas saran Takagi-san. Enak sih rasanya, tapi... ikannya banyak banget tulangnya! Bikin kesel. Akhirnya nggak habis karena kebanyakan. Gue beli itu seharga 550 yen, sisanya gue pakai lagi untuk beli cheese cake dan karaage. Oh iya, di Jepang semua air keran bisa diminum. Jadi air keran itu gratis.

Habis makan banyak, gue, Gaby, Novri dan Opic jalan-jalan di sekitar hotel. Kami menemukan mall dan berbagai toko yang sudah tutup. Kampret semuanya tutup jam 8! Tiba-tiba Opic menghilang dan Novri mencarinya. Gue bersama Gaby bermaksud mengikuti jejak Novri, tapi berhubung kami melihat supermarket masih buka, kami jadi tergiur untuk masuk dan belanja. Di sana gue beli beberapa makanan. Nyes enak. Makan lagiiii~ (Pada akhirnya Novri dan Opic kembali ke hotel sementara kami masih berkutat di supermarket.)








Komentar