top of page

Mengenal Departemen Penyutradaraan

  • Gambar penulis: Caecilia Sherina
    Caecilia Sherina
  • 12 Okt 2013
  • 4 menit membaca

Dalam divisi penyutradaraan, ada yang namanya:

  • Sutradara (Director),

  • Asisten Sutradara 1 (First Assistant Director),

  • Asisten Sutradara 2 (Second Assistant Director),

  • dan seterusnya.


Kalau lo pengen jadi sutradara, lo bisa kerja di stasiun televisi, kerja sendiri, atau gabung ke Production House (istilahnya PH). Tapi tentunya seorang pemula agak sulit untuk langsung jadi sutradara. Biasanya dimulai dari asisten dulu. (Kecuali lo yang bikin perusahaan sendiri dan lo sendiri yang bikin filmnya.)


Astrada 1 itu biasanya ngurusin rundown, laporan dan perihal administrasi. Denger-denger kalau di luar negeri, Astrada 1 ini cikal bakal produser.


Astrada 2 lebih mengurus talent (atau artis, yang biasanya lo sebut begitu). Astrada 2 yang koordinasiin jadwal syuting talent dan mempersiapkan mereka untuk standby di lokasi syuting, termasuk mengatur blocking dan akting talent.


Sutradara mengatur keseluruhan film look, bagaimana film itu akan tampil di hadapan penonton dan dirasakan oleh penonton. Sutradara biasanya duduk agak jauh dari lokasi syuting, di depan sebuah Broadcast Monitor atau Director's monitor, berkomunikasi lewat HT ke asisten-asistennya yang berdiri di lapangan.


Jadi sutradara itu nggak identik dengan kekayaan. Kalau film lo nggak laku, ya lo nggak tajir. Gampangnya sih gitu.


Tulisan ini awalnya dipublikasikan di Blog "Ma Vie est un Film" pada 12 Oktober 2013 saat saya masih berusia 19 tahun. Beberapa kata yang kurang tepat / patut telah direvisi secukupnya tanpa menghilangkan keaslian cerita dan pemikiran saya di usia tersebut.


Pada saat kuliah, saya belum banyak paham mengenai posisi sutradara. Izinkan saya menambahkan beberapa poin penting dari pengalaman kerja saya selama ini. Silakan dikoreksi jika anda punya pendapat lain.


Sutradara itu posisi pemimpin dari segi kreatif. Dia yang bertugas pertama kali membuat konsep film atau videonya mau terlihat seperti apa. Dia yang bertanggung jawab membuat Shot List. Dan dari shot list tersebut, departemen lain mulai bekerja sesuai arahan dan permintaan sang sutradara.


Setiap kali sebelum syuting dimulai, sutradara yang harus mengecek Director's monitor, apakah posisi kamera dan penataan lampu serta artistik sudah sesuai dengan vision yang ia bayangkan? Ia memberikan final approval secara internal apakah sesuatu sudah cukup OK atau belum. Meskipun berikutnya produser dan klien bisa saja menentang dan mengubah konsep sang sutradara (kasus ini tergantung jenis proyek ya).


Urutan kerja yang umum dilakukan sutradara adalah:

  1. Menerima brief dari produser.

  2. Membaca skenario yang ditulis script writer.

  3. Membuat Director's Treatment (konsep perencanaan bagaimana ia akan membuat film tersebut, mulai dari segi visual atau mise-en-scene, audio, storytelling, hingga mood, dll.)

  4. Menulis Shot List berdasarkan interpretasinya dari skenario. Shot list ini akan membantu storyboard artist menggambarkan visi sutradara dalam bentuk visual.

  5. Mengarahkan dan berdiskusi dengan semua departemen produksi hingga pasca-produksi sebelum memulai syuting supaya satu visi.

  6. Datang pada saat recce untuk memastikan lokasi yang diinginkan sudah sesuai dan paham betul bagaimana cara eksekusinya saat hari syuting nanti.

  7. Kadang, turut serta mengaudisi dan mengarahkan talent. Dalam beberapa kasus, hal ini bisa saja diurus oleh casting director dan astrada.

  8. Kadang, sutradara juga turut menentukan lensa kamera untuk mencapai look yang ia inginkan.

  9. Pada hari syuting, selalu memastikan semuanya sudah sesuai perencanaan lewat Director's monitor. Sutradara harus menonton dari monitor, dan bukan dari melihat langsung ke lokasi syuting, karena yang perlu ia nilai adalah gambar yang akan ditayangkan. Sutradara harus lihat di monitor apakah wajah talent terlihat jelas, tidak blur, penataan artistik sudah sesuai brief, penerangan cukup, dan termasuk apakah gerakan dan angle kameranya sudah pas. Kalau dia lihatnya langsung di lokasi syuting, dia jadi nggak bisa menilai lighting dan camera. Sebab apa yang mata kita lihat di lokasi dan apa yang ditangkap mata lensa itu berbeda!

  10. Saat syuting berlangsung, mata sutradara harus memperhatikan Director's monitor sambil mendengarkan audio dari headphone. Dia yang memulai dengan aba-aba ACTION dan menentukan akhir dengan kode CUT. Sutradara tidak boleh mendengarkan syutingan hanya dengan telinga telanjang, karena ia harus turut memastikan apakah soundman merekam suara dengan baik. Siapa tahu mic di talent kresek-kresek kan? Di situ sutradara berhak untuk cut dan retake.

  11. Setelah selesai syuting, sutradara turut mengarahkan tim pasca-produksi. Biasanya lewat Director's note. Jadi editor sudah tahu mana shot yang OK dan NG (not good) berdasarkan catatan tersebut.

  12. Itulah sebabnya ketika sebuah film dinyatakan sukses oleh penonton, yang ditepuk-tangan pertama kali adalah sutradaranya. Karena emang perjuangan dia dari pra hingga pasca untuk merangkai konsep hingga mengawasi eksekusinya sangat-sangat melelahkan dan makan waktu panjang.


Lucunya, proses ini nggak selalu terjadi di dunia nyata. Banyak gue temuin sutradara yang bengong, nggak bikin shot list, mata kurang jeli atau kurang kompeten. Yang paling umum terjadi adalah setelah syuting, sutradara cabut ngurusin next project. Jadi tinggal produser dan tim pasca yang ngurusin filmnya. Ya, sah-sah aja sih kalau memang semua pihak maunya gitu.


Bocoran dikit mengenai gaji di tahun 2024: jika kamu kerja di televisi, gajimu tergantung kemampuan perusahaan, biasanya sampai dua digit per bulan; jika kamu kerja di perfilman, bisa sampai tiga digit per film layar lebar; dan jika kamu kerja di agensi periklanan, bisa dua sampai tiga digit per project. Info aja, sebagai produser, gue pernah menggaji seorang sutradara muda (masih 20-an) sebesar 40 juta Rupiah untuk kerjain 1 project selama 4 bulan (ini tidak intensif ya gengs! Syutingnya cuma 4 hari) dan dia hampir nggak ngapa-ngapain sampai gue marah besar. Cuma mau info aja bahwa gajinya bisa segitu besarnya for the very little things he did, and nobody bats an eye.


Good luck bagi kalian yang ingin menjadi sutradara. Banyak-banyaklah latihan untuk memperhatikan sesuatu dengan detail dan peka terhadap emosi yang timbul dari warna, gerakan, dll. supaya hasil karya kalian semakin ciamik.

Comments


Date

Let's connect on my social media!
  • Threads
  • Instagram
  • LinkedIn
  • YouTube
bottom of page