Kupas Tuntas Cara Kuliah S2 di Jerman
- Caecilia Sherina
- 12 Jun 2024
- 7 menit membaca
Diperbarui: 25 Apr
Kabar baik bagi kalian yang bukan orang kaya, tidak banyak berprestasi, tapi ingin sekali kuliah S2 di luar negeri. Karena apa? Karena kuliah di Jerman pada umumnya GRATIS. Berikut akan aku jabarkan pengalamanku dan bagaimana caranya bisa kuliah gratis di Jerman.
Anyway secara garis besar, kalau kamu sudah yakin mau kuliah S2 di Jerman, berikut yang perlu kamu lakukan secara berurut:
Cari kampus dan beasiswa di website DAAD.
Baca dulu persyaratan Visa Nasional Jerman yang terbaru, karena biasanya mirip-mirip sama syarat kuliah (supaya sekalian prepare semuanya sedini mungkin).
Persiapkan paspor yang masih berlaku selama 2-3 tahun ke depan dan masih banyak lembar kosong.
Persiapkan apostille ijazah terakhir, transkrip nilai (makan waktu 1 minggu).
Terjemahkan semua dokumen berbahasa Indonesia ke Bahasa Jerman lewat penerjemah tersumpah yang diakui Kedutaan Jerman (daftar tahun 2023) dari sekarang karena ini bisa makan waktu 6 bulan!
Persiapkan dokumen ANABIN kampusmu (harus entsprich atau gleichwertig) dan VPD sesuai kampus yang dituju.
Persiapkan sertifikat Bahasa Inggris atau Jerman, tergantung persyaratan kampus tujuan.
Persiapkan kartu kredit dan dana, karena akan ada banyak hal yang harus dibayar di awal, seperti misalnya biaya VPD, biaya pendaftaran kuliah, dll.
Bulan Mei, semua kampus buka pendaftaran untuk winter season. Siapkan semua dokumen supaya bisa segera daftar.
Sambil menunggu LoA dari kampus, saatnya mencari tempat tinggal, asuransi dan blocked account untuk keuangan di Jerman nanti.
Berapa total estimasi biaya yang diperlukan? Kurang lebih 220 juta (aku bahkan menghabiskan lebih dari itu). Mari kujabarkan prosesnya (menurut pengalamanku di September 2024).
Kok Bisa Kuliah Gratis?
Setahu aku, Jerman adalah satu-satunya negara yang mengizinkan warga negara manapun untuk mengenyam pendidikan secara gratis di seluruh universitas publik / pemerintah di Jerman. Biasanya negara lain itu pilih-pilih, kayak misalnya cuma warga Eropa yang boleh gratis, atau harus miskin, atau harus berprestasi, dll. Di Jerman, mereka nggak peduli kamu tajir, miskin atau apapun. Pokoknya gratis ya gratis. Dan ini berlaku untuk S1 maupun S2.
Tapi tetap ada biaya administrasi ataupun kontribusi ya, dan jumlahnya tergantung dari pihak kampus. Ada yang mewajibkan ā¬70 per semester ada juga yang ā¬150. Semuanya tergantung kebijakan kampus!
Dan ingat pula, kata kuncinya adalah universitas publik, bukan swasta (private). Jadi tetap ada universitas di Jerman yang berbayar, yakni swasta. Dan kamu bisa cek semua itu dengan mudah di website DAAD ini (klik linknya).
Di website tersebut, kamu bisa filter mau cari S1 atau S2, mau biaya berapa, bahasa pengantar apa, dan jurusan apa. Jadi kamu bisa dengan cepat mengetahui universitas yang pas untuk kebutuhanmu.
Catatan:
Beberapa negara bagian di Jerman mulai memberlakukan biaya kuliah sekalipun itu adalah universitas publik. Jadi silakan cek lagi dengan kampus yang kamu tuju.
Kuliah di Jerman Pakai Bahasa Apa?
Kuliah di Jerman tidak selalu berbahasa Jerman. Ada kok S1 dan S2 yang berbahasa Inggris, banyak bahkan! Cumaaann... meskipun bahasa pengantarnya Inggris, seringkali Bahasa Jerman tetap menjadi persyaratan untuk mendaftar kuliah.
Gunakan website DAAD tadi untuk mencari yang bahasa pengantarnya Inggris, dan berdoa aja semoga persyaratannya nggak meminta Bahasa Jerman. Tapi kalaupun diminta, pihak kampus biasanya memberikan fasilitas belajar Bahasa Jerman gratis di kampus mulai dari level A1-B1. Jadi jangan buru-buru spend money untuk bayar les di Indonesia!!! Mahal, mendingan kamu baca dulu persyaratan kampus.
Dalam kasusku, aku memang sudah bisa Bahasa Inggris. Jadi aku tinggal ambil lagi ujian TOEFL (karena hasil ujian TOEFL itu cuma berlaku selama 2 tahun, dan punyaku yang dulu sudah expired). Maka aku harus merogoh sekitar 3,7 juta untuk ujian lagi TOEFL iBT. Hasil ujian akan kamu dapatkan setelah 1 minggu. Syukur pada Allah, nilai aku 105 dari 120. Jadi bagus banget, dan hasilnya lebih dari cukup untuk kuliah di kebanyakan kampus di Jerman.
Kebetulan waktu itu aku memang pengen bisa Bahasa Jerman sebelum tiba di sana, jadi aku ambil les intensif (3 jam per hari) di Kukche Pondok Indah selama 4 bulan. Biayanya sekitar 22,9 juta sudah termasuk 4 buku fisik Studio 21 untuk level A1 dan A2.
Kamu bisa ambil les di Goethe Haus Menteng dengan biaya yang sedikit lebih murah, dan akan dapat diskon saat mengambil ujian Goethe. Tapi buat aku waktu itu, Goethe terlalu jauh. Aku bakal mahal di ongkos.

Biaya ujian Bahasa Jerman Goethe level A2 sebesar 2,3 juta Rupiah. Again, kalau kamu les bahasa di Goethe, kamu akan mendapatkan diskon. Hasil ujian akan kamu dapatkan secara digital setelah 4 minggu. Tapi waktu itu aku ujian tanggal 24 Juni dan sudah menerima hasil tanggal 5 Juli. Untungnya aku lulus A2 dengan nilai 79 dari 100.

Susah Nggak Daftar Kuliah di Jerman?
Jujur, untuk aku susah. Yang perlu kamu ketahui juga adalah Jerman sangat menjunjung tinggi pendidikan dan karir yang linear, artinya satu jurusan dan tidak pindah-pindah. Jerman paling nggak suka orang yang S1-nya Ekonomi, tiba-tiba S2 mau ke Teknik. Waduh, nggak bisa. Udah pasti ditolak atau perlu pembuktian lebih lanjut seperti misalnya pernah ambil ausbildung atau pekerjaan yang sejurusan. Dan itupun kemungkinan besar tetap akan ditolak. Bah!
Itu adalah hal yang aku alami. Jurusan S1 aku itu "Produksi Film dan Televisi", masuknya ranah seni dan komunikasi. Sementara S2 film di Jerman itu muahal banget, nggak ada yang gratis. Nggak ada beasiswa juga untuk manusia macam aku yang udah usia 30 tahun tanpa prestasi yang wah-wah-wah. Aku nggak punya uang untuk kuliah film di Jerman, dan nggak punya prestasi untuk cari beasiswa. LOL.
Jadilah aku mencoba pindah jalur. Awalnya aku coba daftar kuliah Manajemen, berarti kan ranahnya ekonomi yah? Ya kebayang dong, udah pasti aku ditolak berkali-kali? Dan betul, aku gagal pindah jalur ekonomi, gengs.
Akhirnya aku cek lagi di DAAD, dan ketemu jurusan komunikasi yang masih cocok sama aku. Nama jurusannya "Communication and Design for Sustainability", di Hochschule Neu-Ulm (HNU). Jadi ini bukan universitas, lebih kayak sekolah tinggi yang mengedepankan praktek ketimbang teori. Tapi gelarnya tetep S2 di Master of Arts. Nah, cocok nih.
Sekarang aku ketemu kampus yang kusuka, saatnya mendaftar kan? Eits, tidak semudah itu, Ferguso. Persyaratan pertama yang paling menyebalkan adalah mempersiapkan VPD atau Vorprüfungsdokumentation.
Apa itu VPD?
VPD adalah "dokumentasi tinjauan awal" yang dirilis oleh Uni-Assist, sebuah badan jasa di luar kampus yang membantu menyetarakan ijazah S1 Indonesia ke dalam standard Jerman. Biaya peninjauan ini tidak murah, dan harganya tergantung dari masing-masing kampus.
Website Uni-Assist: https://www.uni-assist.de/en/how-to-apply/plan-your-application/vpd/
Jadi kalau mau kuliah di Jerman, siapkan dulu VPD yang sesuai dengan kampus yang kamu pilih. Misalnya kamu mau kuliah di TU Ilmenau, ya VPDnya harus untuk TU Ilmenau, nggak boleh VPD untuk kampus HNU.
Kebanyakan kampus punya syarat seperti itu, tapi pada faktanya aku menemukan beberapa kampus yang juga nggak pusing dan mau terima VPD dari kampus apapun. Jadi kadang-kadang, kamu bisa pakai satu VPD untuk melamar ke beberapa kampus.
Nah, VPD ini biayanya berkisar antara ā¬30-70. Lumayan ya, beb? Dan butuh waktu 1-6 minggu untuk diproses oleh Uni-Assist, DAN dokumen ini hanya akan berlaku selama 1 tahun. Habis itu expired. Gila nggak?
Maka cepat-cepatlah mempersiapkan VPD di bulan April, karena biasanya bulan Mei semua kampus serentak buka pendaftaran untuk winter season. Dan kalau kamu baru bikin VPD di bulan Mei, wassalam! Kamu bakal nunggu hampir 2 bulan cuma buat dokumen sialan itu karena pihak Uni-Assist pasti lagi kebanjiran order.
Dan kamu tahu dokumennya kayak apa? Cuma kayak gini.

Bayangkan berapa Euro yang sudah melayang cuma buat aku melamar ke beberapa kampus di Jerman, dan ditolak. Padahal VPD aku isinya sama aja, cuma beda di tulisan nama kampus yang dituju. Jadi cuma untuk perbedaan nama kampus itu, aku harus merogoh kocek ratusan Euro!
VPD udah Ready, Terus Apa?
Setelah kamu menemukan jurusan yang cocok buat kamu, punya sertifikat Bahasa Inggris / Jerman, VPD juga siap di tangan, langkah berikutnya adalah melengkapi persyaratan kuliah lainnya yang selalu bikin kesel. Antara dia peduli sama jurusan, nilai S1 dan prestasi kamu, ATAU dia peduli banget sama jumlah SKS kamu semasa kuliah. (Belum lagi surat motivasi dan surat-surat lainnya!)
Dalam kasusku, Hochschule Neu-Ulm (HNU) mewajibkan calon mahasiswa untuk lulus 210 ECTS. Istilah ECTS di Eropa dan SKS di Indonesia sebenarnya mirip tapi punya hitungan yang berbeda. Kamu bisa pakai kalkulator ini untuk mengecek berapa jumlah ECTS kamu https://oia.feb.ugm.ac.id/credit-transfer-great/
TAPI, ini cara perhitungan SKSnya UGM. Sebenarnya tidak bisa disama-ratakan dengan kampus lain. Aku kan lulusan IKJ, sebenernya beda sama UGM. Tapi paling nggak, bisa aku jadikan acuan referensi.
Nah, kampus HNU ini punya syarat tambahan: jika tidak lulus 210 ECTS, maka calon mahasiswa wajib menyertakan bukti kerja selama 6 bulan yang masih 1 jurusan dengan bidangnya. Untungnya aku punya bukti kerja di VICE Media Singapur. Jadi pas banget, udah dalam Bahasa Inggris, nggak perlu diterjemahkan dan aku bisa lolos persyaratan tersebut.
Catatan:
Penting banget kumpulin surat-surat referensi/rekomendasi, konfirmasi kerja dan surat kontrak dari tempat kamu bekerja! Pastikan juga semua surat ini dalam Bahasa Inggris.
Tentu langkah berikutnya adalah upload semua data tadi ke website pendaftaran masing-masing kampus. Kebanyakan kampus punya websitenya sendiri, tapi ada juga yang bisa mendaftar lewat Uni-Assist. Jadi ya kamu baca-baca lagi aja disuruh apa.
Hal Apa Lagi Yang Perlu Dipersiapkan?
Satu lagi hal penting, yaitu mengecek status universitas dan jurusan lamamu di ANABIN https://anabin.kmk.org/no_cache/filter/institutionen.html Ada beberapa kampus yang membutuhkanmu menyertakan dokumen ini.
Jadi intinya ANABIN ini menyimpan seluruh data mengenai kampus-kampus dunia dan statusnya di mata Jerman. Di website ini kamu bisa cek apakah kampus kamu sudah diakui, atau belum sama sekali. Wassalam kalau kampus lo nggak diakui, karena lo akan jadi orang pertama yang harus bayar jutaan Rupiah demi memohon kampus lo diakui oleh ANABIN. Aku nggak tahu prosesnya gimana, tapi aku pernah lihat salah satu anak Indonesia share mengenai hal ini di YouTube.
Untungnya, kampus aku masih diakui, meskipun agak-agak dipertanyakan. Jadi aku sertakan 1 dokumen lagi dari website BAN-PT untuk mempertegas bahwa kampus dan jurusanku legit.
Dokumen ini nantinya juga akan dibutuhkan saat pengajuan visa, jadi ya better dipersiapkan dari sekarang. Karena kalau ada apa-apa, it always takes MONTHS to get things right. Jadi prepare semuanya sedini mungkin sebelum terlambat.
Sudah Daftar Kuliah, Sekarang Apa?
Saatnya menunggu kabar dari kampus. Biasanya mereka cuma butuh 1 minggu untuk membalas. Jadi waktu itu cepet banget aku denger kabar ditolak / diterima. Berikut contoh kalau kamu diterima di kampus daerah Bavaria:

Aku pikir kalau diterima, bakal ada tulisan ACCEPTED atau apalah gitu ya. Tapi ternyata mereka punya istilah VALID. Lah, aku bingung dong, valid? Apanya yang valid?

Pas aku pencet si kata VALID itu, ternyata penjelasannya kurang lebih: dokumen Anda sudah kami cek dan sesuai dengan persyaratan. Saat ini kami akan mengecek apakah kuota masih cukup. Jika masih ada kuota, maka Anda akan segera menerima Surat Penerimaan (Letter of Admission atau LoA).
Jadi bisa dilihat pada gambar, di kotak kuning atas itu ada tulisan bahwa di akhir Juni nanti akan ada LoA yang dikirim. Yaudah, seneng dong aku!
Tepat tanggal 12 Juni 2024, aku menerima notifikasi lagi bahwa LoA sudah bisa di-download dari website kampus. Isinya seperti ini:

Perlu diketahui bahwa Zulassungsbescheid artinya Surat Penerimaan Bersyarat. Jadi aku belum benar-benar diterima di HNU. Adapun persyaratan yang harus dipenuhi adalah:
Memiliki asuransi selama kuliah nanti, dan pihak asuransi wajib mengkonfirmasi kampus secara langsung (meski digital) tanpa melalui perantara.
Registrasi ulang tanggal 16 Juli
Membayar biaya administrasi sebesar ā¬70 untuk semester pertama
Mengumpulkan sertifikat Bahasa Jerman minimal A1
Gila ya? Hahaha... Perjalanan masih panjang!
Pada postingan berikutnya aku akan share tips memilih asuransi, blocked account dan persiapan Visa Nasional Jerman hingga memilih tempat tinggal. Ingat kawan, perjalanan masih panjang!
Halo kak, izin bertanya, dokumen dari website BAN-PT itu kalo boleh tau dokumen apa ya? dan itu langsung download dr websitenya gitu kah?