top of page

Mulai Memikirkan Pernikahan

  • Gambar penulis: Caecilia Sherina
    Caecilia Sherina
  • 27 Mei 2015
  • 2 menit membaca

Diam-diam gue nge-follow Instagram salah satu wedding company terkenal, yang hasil dokumentasinya super ciamik dan menawan. Tahun ini, full of surprise, mereka buka lowongan pekerjaan sebagai video editor. Gilak, gue sampai teriak-teriak dalam hati. Senyum bahagia tak dapat terbendung lagi. Mungkin orang-orang yang ada di bus hari itu bertanya-tanya, "Ngapain ini cewek senyum-senyum kayak orang gila?"


Malam itu juga gue langsung kirim CV, foto, dan surat lamaran. Yak, gue tulis surat lamaran itu dengan penuh cinta dan semangat bekerja. Gue udah nggak mikirin lagi gimana caranya gabungin pekerjaan dan perkuliahan. Hahaha... Pokoknya daftar dulu! Urusan keterima atau nggak, belakangan aja. Masalahnya perusahaan ini perusahaan favorit gue banget. Gue fans karya video mereka, sekalipun itu cuma wedding video.


Ternyata, surat lamaran gue dijawab! Gue belum fix diterima, namun besok gue akan dites. Makanya hari ini gue belajar sebanyak mungkin tentang wedding videography. Sambil nontonin berbagai wedding video, tiba-tiba gue jadi kepikiran. I started to wonder. Yup, wondering about my own wedding. What would it be like? I'm 21 years old, Guys. Udah nggak heran kalau gue mulai memikirkan wedding gue sendiri...



Lucunya, kemarin terjadi percakapan yang awkward antara gue dan pacar. Saat itu kita lagi menunggu mobil travel yang akan membawa gue pulang ke Jakarta. Kita duduk di halaman rumahnya yang luas, ditemani belasan burung Canary. Di sela-sela perbincangan tak berujung, tiba-tiba doi menanyakan hal yang cukup mengguncang jiwa dan raga.


"Three years more, is it okay for you?"


Terus gue diem. Kita berdua mengerti arah percakapan ini tanpa perlu mengucapkan kata yang sakral tersebut. Kita saling bertatapan dan keadaan hening; hanya kicauan burung meramaikan suasana. Melihat gue diam saja, he continued talking, "Three years would be enough for you to get a master degree, right? And then..."


Yak, lagi-lagi gue hanya tersenyum lebar. Tetap tanpa suara sehingga gue rasa ia pun menyerah. So he said, "Okay, let's not think about this. Hahaha.."


Sejak awal jadian, hampir semua orang sudah memperingatkan kalau umur dia cukup jauh dan gue harus siap ditanya soal pernikahan. Bahkan ibu gue sampai memastikan, "Emang kamu sudah siap menikah?" Jujur, belum, dan tentu saja belum!


Pernikahan = the end of my profession, youth, and having fun.


Gue yakin jadi istri dan ibu adalah pekerjaan full time yang sebaiknya nggak disambi sama pekerjaan full time lainnya. Soalnya kasihan, nanti anak-anak gue yang kena imbas buruknya. Selain itu, gue ingat banget kata-kata Raline Shah di film Supernova (2014), bahwa pernikahan itu nggak cuma antara seorang pria dan wanita, tapi juga antara sebuah keluarga dengan keluarga lainnya. Artinya gue nggak akan cuma menikahi satu orang pria, tapi juga menikahi seluruh keluarganya. MEIN GOTT, THAT'S DEEP AND SCARY.


I don't think I'm gonna be ready in three years!


Tapi, meskipun gue takut, sejujurnya seru juga sih membayangkan if I were to tie the knot with him. Yang gue tahu, I got to live in a nice house. It doesn't have to be big, but it's gonna be hella artistic. Menurut gue penting banget to have a partner who understands art. Udah segini dulu yang bisa gue pikirkan tentang pernikahan.

ć‚³ćƒ”ćƒ³ćƒˆ


Category

Date

Let's connect on my social media!
  • Threads
  • Instagram
  • LinkedIn
  • YouTube
bottom of page