Om Swastiastu, Mari Kita Kos di Bali!
- Caecilia Sherina
- 26 Okt 2017
- 5 menit membaca
Diperbarui: 3 Jan
Pertama kali aku menceritakan niat untuk pindah ke Bali, beberapa teman mengernyitkan dahi.
"Lo serius mau pindah ke sana? Gue ngerti Bali is fun, tapi liburan dan tinggal itu beda loh."
Betul, liburan dan tinggal itu berbeda. Aku datang ke Bali dengan beberapa ekspektasi:
Dapat rumah kontrakan oke dekat pantai
Tinggal bareng temen
Bawa Apple, anjingku ke sini
Dan ternyata...

Mencari kontrakan di daerah Canggu susah banget. Cari lewat internet mahal banget, sementara kalau lewat door to door rumahnya either mengerikan or dimahal-mahalin karena wajahku seperti orang Jepang.
Dan ternyata anjing dilarang keluar-masuk Bali. Jadi anjingku, Apple tidak bisa masuk Bali karena tidak mendapatkan izin dari Dinas Peternakan Provinsi. BOOM! Sebel, tapi mau gimana lagi. Aku sudah berusaha (dan dibantu banyak pihak) untuk mewujudkan semua ekspektasi itu. Yaaa.. mungkin pelan-pelan bisa, atau mungkin pupus sajalah impian tersebut.
Meskipun demikian, aku sangat berterima kasih kepada Tante Jasthi yang sudah seperti mama sendiri, membiayaiku menginap di Sedasa Lodge selama seminggu ini. Aku juga sangat terbantu oleh para staff Sedasa yang ramah, yang senantiasa menemaniku mencari rumah kontrakan, bahkan mengajariku cara naik motor. (Yes, honestly speaking, gue baru bisa naik motor di Bali.)

Shared space di Sedasa Lodge
Dua malam pertama di Bali terasa mengerikan, lantaran aku tidak bisa apa-apa di sini. Tidak bisa panggil Gojek, tidak bisa Bahasa Bali, dan tidak punya tempat tinggal permanen. Saat mencari rumah juga bikin deg-degan karena semua warga pasti memelototiku. Aku sudah kenyang dikejar makelar rumah, anak kecil, bahkan anjing warga. Tapi karena sekarang sudah bisa naik motor, sudah ketemu Mega (teman lama di SMA) dan akhirnya ngekos bareng dia, sekarang sudah tenang.
Ya, aku paham, liburan dan tinggal itu berbeda. Tapi setelah sebulan tinggal di sini, aku merasa tinggal di Bali bener-bener seru. Aku rasa keputusanku pindah ke sini tetap keputusan terbaik. Di sini ramai, tapi tidak terlalu ramai, sepi tapi juga tidak terlalu sepi, tradisional tapi tidak pula terlalu terbelakang.
"Tapi kalau lo tinggal di Bali, terus bosen, liburannya ke mana? Gue sih mending di Jakarta, kalau penat langsung ke Bali."
Semua orang bebas berpendapat, tapi kalau aku secara pribadi nggak suka liburan ke satu tempat yang sama berulang-kali. Jadi aku nggak masalah untuk tinggal di Bali dalam jangka panjang.
Bagi kalian yang juga berminat untuk tinggal di Bali, khususnya daerah Badung, here are things to consider based on my experience in 2017:
1. AKOMODASI (KOS DI BALI)
Bermimpi untuk tinggal dekat pantai? Well, actually it is possible bila kemampuan budget kalian mencapai 5 juta ke atas per bulan. Kalian bisa sewa villa atau mengontrak rumah. Rata-rata rumah kontrakan yang dekat pantai, seperti contohnya daerah Canggu Permai buka harga dari Rp25.000.000,00 sudah dapat 2-3 BR dengan garasi, toilet dan ruang tamu. Daerah ini biasanya sepi, masih dipenuhi sawah-sawah dan tetangga internasional.
*Saat mencari rumah kontrakan, hati-hati didatangi calo out of nowhere. Kalau mau cari lewat OLX.com bisa, tapi belum begitu efisien.
Untuk kaum realistis dan pemula dalam segi finansial, silakan merapat ke tengah kota sedikit. Sekitar 8 km dari Pantai Berawa ada perumahan Dalung. Di sini banyak kos-kosan dan rumah kontrakan. FYI, di Bali kebanyakan kosan bisa murah karena tidak dapat perabot. Jadi kalau mau yang gampang full furnished, biaya per bulannya sekitar Rp700.000,00 ke atas.


Sebagai gambaran, kos aku sendiri seharga Rp1.270.000,00 dengan fasilitas full furnished, AC, air panas, dapur bersama, dan dibersihkan sebulan 2 kali.
Sementara untuk rumah kontrakan di Dalung Permai dan Buduk, buka harga dari Rp12.000.000,00 (untuk penduduk non-Bali) dan ukurannya cukup besar kalau tinggal sendirian. TAPI hati-hati, rumah-rumah murah ini cepet banget lakunya. Siap-siap spare 1-2 bulan untuk mencari rumah kontrakan terbaik.


Pemandangan terasering dari jendela kamar kosku di Dalung
2. TRANSPORTASI
Tidak ada bus dan angkot, bahkan ojek online kadang ditolak di beberapa spot. Untuk lalu-lalang di Bali agak pelik bila tidak punya motor sendiri. Mobil online yang tersedia pun kebanyakan Uber, tapi kurang praktis karena jalanan di sini sempit dan suka macet di jam pulang kerja.
Untuk menyewa motor biasanya Rp50.000,00 per hari dan Rp500.000,00 per bulan, sementara untuk menyewa mobil dengan supir bisa seharga Rp500.000,00 per hari dan Rp5.000.000,00 per bulan. Hati-hati soal bensin karena pom bensin besar sangaaaaaaaat jarang dan jauh. Kebanyakan jual pertalite curah dan Pertamini, DAN mereka mulai tutup kalau sudah jam 8 malam.
3. KONSUMSI
Bagi pemakan segalanya, I think Bali is heaven. Hahaha... No kidding, makanan sini kok enak-enak dan terjangkau ya. Untuk satu nasi bungkus (dengan nasi berlimpah, ayam, babi, ini, itu, macam-macam) dihargai Rp10.000,00 Kemudian banyak juga chinese food, bakso, sate, dll. Semuanya dalam harga yang masuk akal. KECUALI kalau makan di restoran dengan Bahasa Inggris dan dekorasi yang cantik, yaaa.. udah pasti mahal.
Demikian pula bila kamu ingin menjadi vegetarian, bisa banget kok mengatur nutrisi di sini. Harganya oke. Apalagi harga buah-buahan. Mangga (kalau sedang musimnya) seharga Rp14.000,00 bisa dapat 2 buah, anggur segenggam untuk porsi 1 orang Rp9.000,00 dan untuk jus buah mulai dari Rp6.000,00
Kalau lapar tengah malam, ini yang agak susah. Biasanya warung yang buka sampai pagi itu warung burger, buritto, dan sate. Tapi harganya suka mahal. Begitu pula dengan pesan makanan 24 jam lewat GoFood, pilihannya juga mahal-mahal dan hanya ada di Seminyak (yang terdekat dari Canggu).
4. INTERNET
Biasanya tempat yang menawarkan wifi gratis, koneksi internetnya sucks. Termasuk wifi di kosanku saat ini. Jadi baru-baru ini aku pesan online mobile wifi (mifi) dari Smartfren. Kata temen-temen sih provider terbaik di sini ada Telkomsel, XL, dan Smartfren. Indosat sering hilang sinyal kalau aku masuk ke pedesaan di Bali.
Untuk pemasangan modem di rumah, yang aku suka (budget wise) cuma paket Biznet, tapi cover area-nya nggak begitu luas. Sisanya Speedy dan beberapa brand lokal yang aku kurang tahu.
5. KEAMANAN DAN KESEHATAN
Aman sih aman. Hampir nggak ada ada kasus pencurian, perampokan, ataupun cat-calling di jalan. Tapi tetap waspada terutama saat malam hari, karena jalanan mulai sepi dan gelap. (Gue pernah dibuntutin bapak aneh dan dikejar anjing jalanan.)
Oh ya, kalau kamu mau memelihara anjing di sini, hati-hati banyak yang suka maling anjing untuk dijual lagi atau untuk dikonsumsi (FOR REAL!) Btw, anjingnya nggak bisa dibawa dari Jakarta. Bali sudah memperketat dan melarang jalur keluar-masuk hewan baik dari darat maupun udara. Bagi yang masih ngeyel, hati-hati hewan kesayangannya dihukum dan disuntik mati di tempat.
Kemudian untuk masalah keamanan dengan orang Bali sendiri, menurut aku sih nggak ada masalah. Mereka nggak pusing mengurusi pakaian maupun perilaku orang asing di sini. Asal kamu baik, ya mereka baik. Kamu senyum, ya mereka senyum. Cuman mungkin, ada beberapa warga yang sedikit sentimen terhadap sekelompok agama tertentu sejak kasus Ahok kemarin, dan aku rasa hal ini nggak hanya terjadi di Bali ya. Hampir semua warga Indonesia memang jadi agak pecah karena isu agama dan politik kemarin. But then again, as long as you are nice, most people will be nice.
Kalau mau ke dokter, rumah sakit agak jauh. Tapi apotek yang bagus banyak.

6. HIBURAN
Ini yang menyenangkan dari Bali. Kebanyakan hiburannya bersifat outdoor. Misalnya clubbing di sebelah sawah, boxing di pinggir jalanan asri, yoga di pantai, ataupun nonton film sambil makan makanan vegan. Hiburan-hiburan ini cukup mahal kalau mau diikuti properly. Jadi kalau mau menghibur diri versi murah, aku biasanya...
Beli miras di toko swalayan (kalau di bar mahal), setelah tipsy baru ke club
Belajar yoga dari YouTube saja, pakai alas seadanya
Nonton film bajakan, atau ke Cineplex di Denpasar saat weekdays
Duduk-duduk saja di pinggir pantai
Demikian review aku tentang tinggal di Bali pada tahun 2017.
Semoga kehidupanku semakin berfaedah di sini!
Comments