Summer Job at AXIOO
- Caecilia Sherina
- 20 Agu 2015
- 3 menit membaca
Diperbarui: 16 Jun 2024
Liburan semester ini gue isi dengan something a bit different. Kalau biasanya liburan gue jalan-jalan ke luar kota, liburan kali ini gue membiarkan diri gue stuck bekerja "kantoran".
Sebenernya nggak kantoran juga sih, karena tempat gue kerja bukan gedung perkantoran gitu melainkan sebuah rumah besar yang dimanfaatkan sebagai kantor. Jadi gue kasih tanda petik deh di kata kantoran. Hehe... Nah kerjaannya apa? Mari kita bahas!
Beberapa minggu setelah program magang gue berakhir, gue ngeliat lowongan kerja di Instagram. Kebetulan gue emang follow akun perusahaan dokumentasi wedding ini. Gue nggak sebutin nama deh ya, tapi gue kasih petunjuk sedikit, perusahaan ini (setau gue) no. 1 dalam bidang dokumentasi acara pernikahan, anniversary, dan birthday. Tarif jasa dan produknya mahal jadi nggak heran kalau client-nya orang berada. Nah gue nge-follow Instagram perusahaan ini udah lama, karena gue suka hasil video dan foto mereka.


Singkat saja, gue lolos audisi dan diterima. Cuman bos gue waktu itu bingung gitu, "Kamu belum lulus kuliah mau kerja full-time di sini? Gimana caranya? Emang kamu nggak butuh... belajar?"
Bukannya nggak butuh sih, cuman gue lagi butuh uang banyak untuk biayain film Tugas Akhir gue di semester 7 ini. Jadi gue harus banget dapet kerjaan yang gajinya gede.
Nah, gue denger-denger dari senpai di kampus, kerjaan yang paling cepet dapet duitnya itu wedding. Kalau film layar lebar atau iklan sih gajinya bisa aja gede, cuman lebih bersifat projekan dan suka lama duitnya turun. Sementara kalau kerja di TV, kondisinya lebih nggak feasible buat gue. Kerja di TV itu ketat banget jadwalnya, suka over-time, dan (lagi-lagi asumsi gue) palingan gajinya kecil buat fresh-graduate.
Untungnya tempat gue kerja saat ini (wedding) gajinya cukup dan dapat makan enak 4x seminggu. Tau sendirilah penderitaan anak kostan, suka nggak punya waktu belanja + masak, jadi gizinya nggak terurus dengan baik. Terus lebih okenya lagi, si bos bebasin jam masuk gue dan setuju jadiin gue full-timer dengan gaji pegawai tetap meskipun gue belum lulus kuliah. AWW YIISSS!!!
Awal gue masuk tuh bulan Juni lalu, berarti sekarang udah mau 3 bulan gue di sini. Jujur aja gue capek. Kerjaan nggak ada habisnya! Tiap satu project, gue harus bikin jadi movie (kurang lebih 30 menit), dan edisi-edisi khusus sesuai request client. Setelah itu bakal di crosscheck sama pak bos. Pertama kali gue ngedit, gue bikin kesalahan banyak banget sampai harus rombak dari awal.
Yang bikin kerjaan ini challenging banget buat ukuran gue tuh, the amount of stock shot they produce in one event. Selama ini gue ngerjain wedding sih, belum pernah yang laen. Nah acara pernikahan orang kaya itu nggak cuma resepsi doang di ballroom hotel, tapi juga ada persiapannya, kadang pertunangannya, upacara minum teh (teapai) khusus untuk etnis Chinese, holy matrimony, resepsi, dan kadang sampai after party (yang isinya cuma joget-joget sambil minum minuman keras).
Untuk satu event, biasanya ada 3-5 shooter (videografer) dengan tons of shots. Kalau dirangkum semua stock shot-nya bisa berdurasi 10-15 jam. Uh! Kebayang kan capeknya? Ngedit wedding orang udah berasa ngedit film dokumenter! Eh, wait, wedding emang masuk genre dokumenter?

Serunya lagi, di sini ngedit video wedding-nya nggak sekadar diedit berurutan. Kita, sebagai editor tetep harus create story, tension, dan climax supaya terasa sinematik, tidak membosankan, dan worth the price (for the couples who paid us!).
Alhasil gue jadi berasa "latihan" praktek banget. Kalau biasanya gue masih bisa mengatur shot di pra-produksi, kali ini gue bener-bener has no choice dan harus maksimalin apa yang udah tersedia. Terus gue juga belajar tips-tips seru dari senpai di "kantor". Di sini editornya ada banyak banget, tapi kerjaannya nggak habis-habis. Mantap!
Curcol dikit nih, waktu koordinator magang gue tau gue kerja di perusahaan wedding, doski kaget banget dan langsung nyuruh gue berhenti, "Ngapain kamu kerja di situ? Kamu nggak belajar apa-apa. Balik lagi aja ke tempat magang kamu yang sebelumnya."
Gue bukannya nggak suka kerja di sana, cuman masalahnya I need money so badly dan tempat kerja gue sebelumnya nggak ngasih gaji atau pun makan (dan tempatnya jauh banget pula!). Habis energi gue kerja di sana. Yang ada kuliah gue bukannya makin baik, malah jadi makin berantakan.
Lagipula gue belajar macem-macem kok di sini. Nggak sia-sia sama sekali. Lumayan banget nambah pengalaman. Tapi kalau pekerjaan gue saat ini mau dijadikan karir for a life time, ya jelas nggak pas karena somehow it's a dead end job. Kan gue kuliah film tujuannya buat masuk industri film layar lebar, sebagai film editor atau director. Nah, kalau di wedding kerjaannya over the years will be pretty stagnant and there isn't really a prestige on the profession. Ditambah lagi yang akan menikmati karya kita paling cuma the bride and the groom. It's too private, it's not enough to give us fame. Jadi gue ngerti banget, but, ada but-nya lagi nih. I like it for now and it's good enough for me, sooo??? WHO CARES! Hehehe...








Komentar