Syuting di Bogor (Part I)
- Caecilia Sherina
- 16 Nov 2013
- 5 menit membaca
Tanggal 10 November gue dan kawan-kawan berkumpul di Taman Ismail Marzuki buat berangkat bareng ke Bogor, syuting TA senior. Janjinya sih ngumpul jam 3 langsung berangkat, tapi nyatanya jam 6 sore baru berangkat naik mobil tronton tentara (yang nyupir tentara beneran loh).
Nah, sebelum gue lanjutkan kisah ini, ada baiknya gue tegaskan dulu kalau gue nggak akan menyebutkan judul film dan nama sutradara bersangkutan. Tujuan gue bercerita cuma buat berbagi, supaya yang nggak tahu jadi tahu dan yang tahu bisa menilai dengan bijaksana. Terima kasih.

Kembali ke cerita, gue sudah standby di TIM dari jam 2:15 siang gara-gara takut ditinggal. Soalnya temen gue yang jadi Astrada 1 bilang standby aja jam 2 siang. Taunya sampai di sana, nggak ada satupun kru atau orang yang gue kenal. Gue terjebak sendirian di TIM dengan tas Doraemon gue yang agak gede dan berat... Gue mencoba tetap bersemangat dengan mengunjungi pameran lukisan di sebelah XXI. Meskipun banyak orang ngelihatin dengan heran karena gue bawa-bawa tas gede kayak mau pulang kampung, gue tetep sok cool dan menikmati lukisan-lukisan indah karya Syahnagra Ismail.Ā
Jam 2:45 Zooprykot ngajak gue ketemuan di depan XXI. Kita nongkrong di situ sampai semua teman kita datang. Lucunya, orang yang nyuruh gue standby jam 2 siang itu malah dateng jam 3 lewat :) Menurut gue itu salah satu contoh orang nggak punya perasaan. Dia tahu nggak sih rasanya nunggu berjam-jam tanpa kepastian?
Jam 3 lewat banget gitu akhirnya kami berkumpul dengan para senior dan kembali menunggu sesuatu yang gue nggak tahu apa itu. Gue agak segan mau tanya, takutnya dibilang banyak cincong. Jadi gue diem aja, ngikut aja. Jam 4an mobil akhirnya datang. Mobil tronton tentara yang ukurannya kecil, soalnya yang bakal naik mobil ini cuma 20 orang. Aslinya sih crew ada banyak banget, cuman beberapa crew seperti departemen artistik sudah standby di Bogor dari jauh-jauh hari, karena mereka harus mempersiapkan set.
Jam 5 gue kelaperan. Gue ngajak beberapa anak seangkatan ke 7-11 (Sevel) dulu cari makan. Tapi karena kami yakin pasti masih lama berangkatnya, kami nongkrong dulu deh di Sevel. Baru sekitar jam 6 gue di-PING! dan disuruh naik mobil. Dengar-dengar dari senior sih kita itu nungguin anak departemen kamera daritadi. Katanya mereka baru tau berangkatnya jam 3 sore dan sempet ada yang harus pergi beli sesuatu dulu, makanya lama banget. Gue nggak tau deh beli apaan. Yang pasti, jadi pelajaran buat gue, semua crew harus benar-benar dipastiin tau jam ngumpul dan jam berangkat itu jam berapa!
Perjalanan lumayan lancar, meskipun nggak pakai doa dulu. Gue, karena agak parno, jadi bawa rosario segala. Hehehe... Jaga-jaga deh buat berdoa. Sekitar jam 7 malam kami sudah tiba di Cilendek, Bogor.
Pas turun, mata gue langsung lari ke tenda seafood dengan bau yang yummy banget. Gue kira kita turun untuk makan, taunya kaga. LOL! Turun dari mobil, kita langsung masuk ke sebuah rumah yang hancur banget karena masih dicat dan dibangun menjadi lokasi syuting. Gue sempet mondar-mandir kepo pengen lihat kayak apa sih tempat syutingnya. Sayangnya gue nggak bisa ambil gambar karena sudah gelap dan kamu tahulah Blackberry bisa foto apa sih gelep-gelep?
Beberapa menit kemudian senior gue ngajakin kita taruh barang di rumah belakang yang bentuknya kayak pendopo. Jadi ruangannya terbuka gitu, tapi tetep ada atap. Di ruangan itu ada banyak sekali barang: kursi, sofa, lukisan, meja, dll. Pokoknya padat dan tidak teratur. Sangat berantakan, dan gue agak bingung mau taruh tas di mana. Di otak gue yang gue pikirin itu: tidur di mana? Toilet di mana? Makan malam dapet nggak sih, kalau nggak dapet gue pengen beli seafood di depan. Hehe...
Jam 8 malam, gue dapet kabar kalau kita bakal dikasih makan jam 10 malam nanti. Glek! Gue udah laper banget padahal. Tapi yasutralah, harus kuat! Jam 9 malem gitu mereka rapat, dan gue nggak ikutan karena gue.. nggak diajak. Gue kan jadi asistennya asisten sutradara 2 ya, tapi gue ngerasa jabatan itu cuma jadi nama doang (soalnya yang ngangkat gue bukan sutradaranya langsung).
Akhirnya gue duduk tidak terlalu jauh dari mereka yang rapat, supaya siapa tahu mereka lihat gue, dan gue diajak rapat. Taunya sih tetep dicuekin. Hahaha... Yaudah deh, mungkin gue emang nggak terlalu berguna saat itu.
Ketika produser bilang ini saatnya rapat per divisi, gue langsung lari deketin sutradara gue dan aktif bertanya, "Kak, besok gimana yah? Saya harus ngapain?" Gue sudah cukup mengerti bahwa di sini sistemnya harus elo yang aktif, harus elo yang bertanya. (Padahal ya logikanya, yang butuh bantuan itu kan yang mau TA, kok malah gue yang cari-cari dia?) Tapi yasudahlah. Si sutradara dengan baik memberitahu, "Gue butuh bantuan lo buat nemenin gue ngobrol sama Kitamura. Soalnya dia nggak terlalu lancar Bahasa Indonesianya. Terus lo ajarin semua tokoh Jepang yang perlu speaking."
Gue langsung tanya balik dong, "Jam berapa besok, Kak?"
Dan dia cuma jawab, "Pagi."
Sudah ada yang aneh dengan acara syuting ini. Bagaimana mungkin seorang sutradara nggak tahu jadwal pasti kapan talent-nya dateng? Terus kapan syutingnya dimulai? Waktu itu gue langsung diam sih. Gue perhatiin aja sutradara dan astrada 1-nya. Pengen tahu apa yang lagi mereka rapatin dari tadi. Gue denger-denger Hiro (nama talent) nggak bisa syuting besok. Jadi harus dicari penggantinya, segera. Terus astrada 1 lagi nyuruh manlok (manajer lokasi) buat nge-print rundown day 1.
Astrada 1 : Tolong print file rundown day 1. Rundown day 2 belum dibuat. Besok baru dibikin.
Manlok : Oke, nggak di dalem folder kan ya! (Buru-buru nyalain motor dan cabut.)
Saat itu gue tahu, sesuatu yang buruk akan terjadi. Soalnya syutingan macam apa ini masa jadwal baru diprint dan baru dibuat H-1. Udah gitu nggak jelas, gue sebagai crew ngerasa nggak ngerti. Ini di mana? Ini bakal jadi lokasi syuting scene berapa saja? Kami harus ngapain sekarang? Nanti kami tidur di mana? Besok crew call jam berapa?
Ketika gue mempertanyakan ini, gue cuma pengen mempersiapkan diri semaksimal mungkin untuk menolong syutingan senior gue. Menurut gue, informasi seperti ini bukan crew yang wajib mencari tahu, tapi pemimpin produksi (sutradara atau produser gitu) yang wajib memberikan informasi ini langsung saat briefing. Seharusnya semua crew dikumpulkan dan diperkenalkan, misalnya kayak gini:
"Malam kawan-kawan, selamat datang di Cilendek. Ini adalah lokasi syuting untuk hari pertama kita besok. Kita bakal syuting 14 scene (misalnya). Crew call jam 5 pagi besok, jadi siapkan diri kalian. Ini rundown day 1 untuk kalian semua. Malam ini kalian boleh tidur di mana saja, ada kasur tersedia boleh diangkut ke mana pun. Kalau mau sholat silakan di ruang yang sana. Anak wardrobe boleh taruh barang di sana, anak logistik di sini, artistik di sana, bla bla bla..."
Yup, menurut gue harusnya ada orang yang memimpin. Seharusnya setiap orang juga dikasih rundown. Jangan cuma si astrada dan chief departemen yang punya! Lah kan yang kerja semua orang, bukan cuma chief-nya. Sayangnya informasi di atas tidak diberikan kepada crew, jadi lo mau tidur ya terserah. Nggak tidur juga terserah. Mau sholat di mana juga terserah. Mau ngapain ya terserah. Mau bangun jam berapapun besok juga terserah.

Akhirnya gue dan Rapa menggotong sebuah kasur dari ruangan entah-di-mana ke entah-di-mana juga dan tidur terlunta-lunta + kedinginan di situ. Dalam hati gue ngedumel, "Tau gini gue bawa selimut, euy!"
Sekitar jam 12 malam semua orang masih mondar-mandir dan berisik. Alhasil gue nggak tidur nyenyak. Terus si Rapa pamitan sama gue, berhubung dia telko (talent coordinator) jadi dia bakal tidur di hotel bareng talent-talent dia. Gue cuma ngangguk-ngangguk aja karena sumpah udah ngantuk banget. Beberapa menit kemudian seorang senior bilang permisi ke gue. Dia adalah anak wardrobe. Dia tidur di sebelah gue dan malam itu pun berakhir dengan ketenangan.
Baca post selanjutnya untuk tahu gimana serunya (baca: kacaunya) syuting DAY 1!







Komentar