Syuting di Bogor (Part III)
- Caecilia Sherina
- 7 Des 2013
- 4 menit membaca
Gue terbangun oleh suara berisik dua pemuda yang sedang bermain PES di kamar pagi itu. Nantinya gue akan tahu bahwa dua pemuda itu adalah anak SMA yang meranin tentara Jepang. Jam di HP gue menunjukkan pukul 8 pagi. Gue kaget karena anak SMA ini belum pulang! Padahal janjinya syuting 1 hari doang, besoknya harus pulang untuk sekolah. Tapi ternyata dia masih ada di Cilendek...
Ya sudahlah, bukan urusan gue. Gue lanjut bangun dan siap-siap mandi. Gue lihat pemandangan sekitar, hujan turun rintik-rintik, udara begitu sejuk dan beberapa orang sedang tertidur, termasuk orang-orang penting. Berarti kesimpulannya: syuting sedang vakum. Terus di bagian teras rumah, gue lihat lebih banyak lagi anak SMA. Wah... berarti anak SMA yang shift hari ini sudah datang.
Jam 9 pagi itu gue masih nongkrong-nongkrong nggak jelas karena nggak tau mau ngapain. Terus datang Kak T ngedumel, "Gimana sih si astrada 1, kalau ditanya ketus banget. Dia suruh talent gue standby jam 7 pagi, tapi sampai sekarang nggak tau bakal syuting kapan. Tau gitu talent gue suruh sekolah dulu, nggak usah bolos. Ngapain sekarang mereka bolos kalau syutingnya masih lama?"
Gue manggut-manggut. Bener juga ini orang. Pelajaran gue petik dari kemarin: kalau syutingnya masih lama, nggak usah dipanggil dulu talent-nya. Buang-buang waktu orang aja, mana mereka juga nggak dibayar seberapa atau bahkan nggak dibayar sama sekali (?)
Kak T pun melanjutkan, "Sil, kalau syuting nggak boleh main otot-ototan, bisa berantem nanti." Jadi maksud Kak T ini, semua orang situasinya lagi capek dan kesel, jadi jangan menyulut api.
Tips dari Rapa kalau mau ikutan syuting:
Apa-apa jangan dimasukin ke hati. Apa yang bukan tugas lo nggak usah dipusingin. Urusan departemen lain biarkan menjadi urusan departemen lain, lo nggak usah sok-sok peduli mau bantuin. Nanti yang ada lo sendiri pusing dan kesel. Mendingan kerjain tugas lo sebaik mungkin. Yang penting dalam bekerja itu bukan hasil akhirnya, tapi bisa nggak lo bertanggung jawab atas pekerjaan lo.
Akhirnya gue ke warung donat di depan. Hahaha.. (Gue baru inget, kemarin gue sempet kabur gitu ke warung donat saking pegelnya nggak ngapa-ngapain.) Terus akhirnya gue balik ke kamar dan lihat kertas rundown dan floorplan astrada 1 tertinggal di situ. Gue langsung baca semuanya dan pelajari baik-baik.
Gue lihat di situ bakal ada syuting 2 tentara Jepang di lorong, tapi nggak ada floorplan-nya. Jadi gue terka-terka aja nih, pasti bakal syuting scene ini berikutnya. Gue udah siapin nama-nama talent yang bakal meranin 2 tentara ini. Taunya pas gue jalan keluar, dua orang talent sudah siap pakai kostum tentara. Wah gila, gue kaget mereka sudah dipilih dan yang dipilih adalah anak yang semalem sudah syuting di markas. Masalahnya di rundown itu sendiri tertulis harus 2 tentara lain, nggak boleh sama dengan yang ada di markas.
Gue pun memutuskan untuk pergi ke lokasi syuting mencari astrada 1. Kebetulan banget ketemu di jalan, jadi bisa langsung gue samperin. Ngeselinnya ini orang udah tau bakal gue samperin, dia sengaja nggak mau natap mata gue. Nyapa pun enggak mau.
Gue : Gue bisa minta waktu lo sebentar nggak? Lo sibuk banget?
Astrada 1 : Iya, bisa kok.
Gue : Abis ini syuting di lorong kan?
Astrada 1 : Iya.
Gue : Di rundown lo tertulis harus 2 prajurit yang nggak ada di markas. Tapi lo malah milih 2 prajurit yang ada di markas.
Astrada 1 : Yang milih mereka itu sutradara, bukan gue. Yaudah kalau emang harus diganti, ganti aja. Mikir gampang ajalah, Ce. Kalau mau ganti, ya ganti. Kayak contoh gue deh, semalem kan bla bla bla... Kayak gitu. Mikir gampang aja.
Gue dengerin semua bla bla bla dia dan hati gue dah kayak gunung api mau meletus. Tujuan gue ngajak dia ngomong cuma buat ingetin, supaya film yang sudah direncanakan ini berjalan sesuai rencananya. Inget, bahwa ini tuh filmnya senior, bukan film gue.
Dia nggak bisa menyuruh gue, "Mikir gampang ajalah." Karena ini bukan film gue dan jabatan gue cuma asistennya asisten! Nggak mungkin gue mikir gampang dengan mengganti prajurit tanpa persetujuan atasan. Pengen gue sentil itu astrada sebenernya. Cuman gue tetep berusaha mengerti karena dia belum tidur sama sekali, pasti capek banget. Jadi nggak heran kalau otaknya rada ngawur.
Sekitar jam 12-an, gue ngobrol sama astrada 2 dan manlok soal syuting di Gunung Salak. Kabarnya extras ibu-ibu di gunung tuh udah standby dari jam 7 pagi (dan sudah disuruh pulang lagi.) Kita rencana berangkat ke gunung jam 3 sore, setelah menyelesaikan scene tentara di lorong. Terus di gunung nanti, yang diutamakan adalah scene yang ada tentara, ibu-ibu dan kereta kuda. Soalnya itu yang harus dipulangin paling awal. Gue pun dengan cepat mencatat di kertas scene-scene apa saja yang ada tentara Jepang, ibu-ibu dan kereta kuda. Waktu itu si astrada 1 ada di belakang gue ngeliatin.
Jam 1 siang, setelah gue makan nasi dengan ayam lezat, syuting di lorong dimulai. Ngeselinnya itu selalu ketika talent udah gue panggil, udah gue siapin dll. pasti lokasi syuting masih dipersiapkan. Entah siapin lampu, ngedekor, atau baru pasang kamera. Isshh... Kalau masih lama, jangan suruh gue panggil mereka sekarang dong. Kan kasihan talent gue jadi harus berdiri di ruangan super panas dan nggak ada kerjaan.
Tips sebelum syuting:
Pastikan lighting, set dan kamera sudah dipersiapkan. Setelah semua hal itu siap, baru panggil talent untuk rehearsal. Jangan dicampur aduk, karena berbahaya. Takutnya si talent nutupin jalan kru yang lagi bawa lampu, terus mereka tabrakan, kecelakaan, dll. Apalagi kalau ruangannya kecil, panas dan sumpek, biasanya akan meningkatkan emosi setiap orang.
Jam 3 sore, syuting kelar!
Gue menanti aba-aba sutradara bahwa kita akan berangkat ke Gunung Salak. Rupa-rupanya penantian gue itu hanyalah mimpi belaka. Karena setelah syuting kelar, sutradara nggak sekalipun ngajak gue bicara, atau bilang ke semua orang kapan kami akan berangkat ke gunung.
Gue pun duduk di kamar dan astrada 1 datengin gue minta maaf. Gue sih kaget. Tapi yaudahlah kita bersepakat untuk adain briefing sebelum syuting berikutnya. Gue mohon banget sama dia buat kasih gue briefing dulu, biar gue tau mesti ngapain dan mesti nyiapin apa.
Gue mencoba memaklumi kekurangan astrada 1 karena dia masih semester 3 kayak gue, dan tugas yang dia emban terlalu berat. Ditambah lagi, nggak ada produser dan sutradara yang bantu arahin dia.
Setelah percakapan itu, astrada 1 tidur di sebelah gue. Terus sutradaranya dateng dan main game sepak bola di laptop sama kru lain. Gue heran kenapa kita nggak berangkat juga ke Gn. Salak. Tapi yaudalah, sore ini terlalu sejuk untuk dilewatkan. Gue pun tertidur di samping astrada 1...
Kisah bersambung ke Syuting di Bogor Part IV!








Komentar