top of page

Syuting di Bogor (Part V)

  • Gambar penulis: Caecilia Sherina
    Caecilia Sherina
  • 8 Des 2013
  • 5 menit membaca

Setelah memastikan bahwa si Bapak Genset beneran pinjam uang buat beli bensin, gue pinjemin dia uang dan lapor lewat HT ke produser, "Ini Cecil, aku pinjemin uang Rp50.000,00 buat Genset beli bensin." Gue melaporkan hal ini karena berharap uang gue diganti. Setelah itu 2 motor pun datang dan gue bersama para telko naik motor kembali ke pondok, melewati jalan kecil terjal nan gelap.


Jam 3 pagi, para talent prajurit minta dipulangkan karena mereka harus sekolah hari itu juga. Padahal masih ada beberapa scene lagi yang butuh prajurit. Gue mencoba menghubungi astrada 1 atau siapapun yang dengar, bahwa talent mau pulang, dibolehin apa nggak? Tapi nggak ada yang mau jawab. Rasanya kesal. FYI, saat itu sutradara, astrada 1 dan 2 sudah di lokasi syuting lain dan letaknya lebih jauh lagi. Jadi kami hanya bisa berhubungan lewat HT. Kenapa nggak bisa pakai HP? Karena HP gue mati dan nggak tahu mau charge di mana.


Jam 4 pagi, talent Jepang makin merengek pulang. Sampai gue dan telko lainnya kesel dan give up mempertahankan mereka. Kami melapor ke senior yang jabatannya lebih tinggi personally. Akhirnya mereka turun tangan dan Kak E mencoba menghubungi sutradara lewat HT. Baru deh dijawab sama astrada 1 (kalau bawahan yang ngomong nggak didengerin nih -_-).


Saat itu jam menunjukkan pukul 4.45 pagi. Astrada 1 memberikan jawaban bahwa syuting sudah bisa dimulai di Hutan Pinus jam 5 pagi nanti, which is 15 menit lagi! Lalu dia menyebutkan nama-nama talent yang dibutuhkan. Gue yang belum tidur sama sekali, dan baru selesai melahap mi goreng, bersama para telko langsung kocar-kacir bangunin talent dan nyuruh mereka siap-siap di-makeup. Sinting. Gue sebel banget, kok ngasih tau mendadak begini, dan baru dikasihtau setelah kita nanya berkali-kali! Ngeselin parah.


Sementara itu para prajurit diberikan pilihan oleh Kak E, "Mau tetep syuting atau pulang sekarang? Kru di Hutan Pinus sudah siap, tapi nggak tau ya kalau sampai di sana lo disuruh nunggu lagi." Dan para prajurit itu dengan lemah menjawab mau syuting, karena sudah nanggung.


Jam 6 pagi all talent standby di tempat, tapi syuting belum juga mulai. Entahlah kenapa. Menit-menit berikutnya rehearsal untuk delman kuda dan talent utama, dan syuting belum juga dimulai. Akhirnya matahari pun terbit, dan salah seorang prajurit bertanya ke gue, "Kak, syutingnya batal? Kok lampunya diberesin?"


Gue kaget dan bertanya balik, "Hah? Beneran???"


Dan ternyata bener. Syuting batal karena matahari terbit. Scene itu seharusnya malam hari, makanya nggak bisa diteruskan ketika matahari terbit. Gue jadi sebel parah karena anak-anak SMA yang meranin prajurit ini menunggu sia-sia, dan sekali lagi, tidak ada sepatah kata terima kasih dari sang sutradara untuk para extras. It felt like working 24 hours for nothing.


Jam 6 pagi, semua talent yang harus pulang pun dipulangkan dan talent yang menginap dikembalikan ke pondok. Sementara kami para crew berjalan kaki kembali ke pondok. Meskipun kesal, tapi hati gue terhibur oleh lawakan anak-anak kamera. Kita menikmati udara pagi Gunung Salak dan pemandangan yang cukup cantik. Sayang, gue lupa minta fotonya.


Sesampainya di pondok, semua orang tepar. Gue berharap syuting akan dihentikan dan kami dipulangkan ke Jakarta. Please banget! I'm super tired dan mood udah nggak bahagia! Akhirnya keluar pengumuman bahwa syuting akan dihentikan sementara karena para atasan mau rapat. Jam 11 siang akan dilanjutkan kembali dan jam 3 sore akan dihentikan selesai nggak selesai.


Gue nggak bisa tidur dan nggak ada napsu makan nasi uduk pake tempe pedes, bihun serta kerupuk doang. Jadi gue kasih aja ke Zooprykot. Terus gue ngobrol sama dia. Terus gue balik ke atas nge-charge HP. Terus gue cuci muka. Terus gue.... lupa.


ree

Jam 8 pagi mungkin, gue ngobrol sama Juju, gadis yang paling seru buat diskusi dan analisis film. Kami membicarakan banyak teknik film dan mencoba berlatih framing. Kami keluar ke lapangan di dekat kami dan mengamati berbagai flora dan fauna. Gue berasa gila. Gue membayangkan di antara jamur-jamur mini itu, ada kehidupan para peri. Terus gue nemuin banyak semut pohon dan laba-laba! Kami mengambil beberapa foto dan terus berdiskusi sampai akhirnya gue lelah dan memutuskan untuk tidur.


ree

Jam 12 siang, gue dibangunin astrada 2 disuruh syuting. Gue tanya scene berapa, dan setiap orang punya jawabannya masing-masing. Ini membingungkan. Akhirnya gue beli mi goreng lagi dan makan sendiri, karena lapar. Setelah itu gue mendengar ada lagu "Bangun Pemudi-Pemuda" dinyanyikan dengan sumbang. Gue menemukan sumbernya berasal dari beberapa extras yang sedang dilatih Zooprykot dan Kak Y. Para extras ini memerankan sekelompok paduan suara remaja dan suara mereka tidak bersatu sama sekali. Yang cowok nyanyi di kunci nada apa, yang cewek di kunci nada apa...


Gue iseng. Gue bantuin aja Zooprykot, biar gue ada kerjaan. Akhirnya sih setelah gue ikut camput ngajarin mereka, suara mereka less worse. Hahaha... At least mereka menyanyi di kunci awal yang sama!


Jam 1 siang, para extras ini berganti kostum dan akan segera dikirim ke lokasi syuting. Tiba-tiba HT yang gue pegang berbunyi, "TOLONG, PRODUSER! SIAPAPUN! ADA YANG KECELAKAAN!" Waktu gue denger HT bunyi kayak gitu, pikiran gue masih nggak jelas. Hujan gerimis turun menghujani gue, dan gue bingung mesti lari ke mana. Gue satu-satunya orang yang memegang HT, artinya gue adalah kunci komunikasi antara pondok dan lokasi syuting. Gue kaget. Shock. Bingung.



Gue langsung lari ke departemen produksi di pondok. Mereka lagi ngobrol santai dan gue menghancurkan suasana itu, "Kak! Ada yang kecelakaan!"


Kak R : Apa? Serius lo?! (langsung mengambil HT dan mengkonfirmasi.)


Ternyata benar, ada seorang anak bernama X mengalami kecelakaan. X adalah salah satu crew dari departemen artistik. Dia iseng mengendarai sepeda onthel di jalan terjal, dan rem sepeda ini blong. Akhirnya X tidak bisa menghentikan sepeda onthel yang tinggi dan besar itu. X menabrak seorang anak kecil dan terlempar ke parit. Kepalanya bocor. Anak kecil yang dia tabrak patah kakinya.


Itulah cerita yang gue dapatkan setelah beberapa jam kami hectic menyelamatkan talent dari hujan dan mengirim mobil untuk mengantar X serta anak kecil ke rumah sakit. Tentu yang punya anak marah besar. Anaknya masih sangat kecil. Hari itu hujan deras dan semakin mempersulit komunikasi serta transportasi kami. Semua syuting benar-benar dibatalkan. Talent yang udah pake kostum, dibiarkan terbengkalai. Semua fokus pada kasus kecelakaan karena kabarnya, sang ayah dari korban meminta ganti nyawa.


ree

Gue dan beberapa kawan yang nangkring di kemah mencoba berevaluasi sendiri (lebih tepatnya bergosip). Kami membuat kesimpulan bahwa syuting yang baik itu diawali dengan briefing dan doa. Seenggak-enggaknya doa deh! Apalagi lo syuting di gunung. Kita kan tinggal di negara yang penuh superstitious things yah, ya dihargai sajalah kepercayaan setempat. Tapi secara logika, kecelakaan ini juga terjadi karena X iseng! Sudah tau ini gunung dan jalanannya miring, terjal. Ngapain sih dia mainin props sepeda onthel yang tinggi banget itu?


Jam 8 malam, mobil tronton datang lagi menjemput kru. Gue pulang naik mobil itu. Kali ini mobilnya tidak disesaki dengan properti dll. Suasana di mobil cukup lega dan banyak yang bercerita pengalamannya melihat hantu. Katanya sih... Hantu-hantu di Gunung Salak itu tidak berkepala. Hiiiiyyyy... Untung gue nggak bisa lihat!


Jam 12 malam, gue tiba di halte Rs. Islam. Gue mengucapkan terima kasih dan sampai jumpa ke semua kru di mobil tronton. Lalu gue berjalan kaki sendirian, menyusuri gang-gang tercintah sambil mengucap doa, berharap gue nggak diculik dan diperkosa mendadak.


ree

Sesampainya di kostan, gue langsung mandi, berdoa panjang lebar karena takut ditempelin setan, dan tidur dengan lampu menyala. Hahaha... Serius, gue benci banget denger cerita setan karena imajinasi gue sangat tinggi sehingga gue bisa bayangin lebih serem dari ceritanya sendiri.


Anyway, bonne nuit!

Postingan Terkait

Lihat Semua
Syuting di Bogor (Part III)

Gue terbangun oleh suara berisik dua pemuda yang sedang bermain PES di kamar pagi itu. Nantinya gue akan tahu bahwa dua pemuda itu adalah...

Ā 
Ā 
Ā 

Komentar


Date

Let's connect on my social media!
  • Threads
  • Instagram
  • LinkedIn
  • YouTube
bottom of page