top of page

Tahapan Membuat Film

  • Gambar penulis: Caecilia Sherina
    Caecilia Sherina
  • 16 Jan 2016
  • 4 menit membaca

Diperbarui: 26 Jun 2024

Gimana sih caranya bikin film yang proper? Apa sajakah istilahnya dan bagaimana tahapan atau workflow-nya? Berikut penjelasannya.


1. Development (Pengembangan Ide)

Bikin film yang ideal nggak cuma sekadar ngambil kamera, ngerekam, terus diedit dan publish. It's moooree than that! Tahap pertama sebenarnya tidak melibatkan kamera sama sekali. What you need to do is just sit down, relax, and discuss the 'idea' that you wanna talk about. Apa yang ingin lu sampaikan pada dunia? Itulah yang kami sebut dengan 'ide'. Misalnya lu mau bilang, "Gue ingin menyampaikan pada dunia, bahwa cinta itu buta. Maka 'cinta itu buta' adalah ide film lo."


Tahap ini biasanya hanya dilalui oleh produser, sutradara dan penulis skenario (triangle system). Pada umumnya, produser yang punya ide, terus dia cari sutradara yang cocok dengan idenya. Baru kemudian produser mencari penulis skenario yang bisa mengembangkan ide tersebut menjadi skenario film (screenplay). Tapi tidak ada aturan baku tentang hal ini. Bisa saja ide datang dari sutradara, atau dari bapak-bapak yang duduk di 7-11 dan tiba-tiba mengajakmu mengobrol.


Yang penting, dalam tahap ini, produser telah menemukan siapa yang akan menjadi sutradara dan penulis skenario. Ingat pula bahwa ketiga profesi ini boleh dikerjakan oleh satu orang yang sama (dan biasanya disebut sebagai auteur filmmaker).


Setelah ide telah dikembangkan menjadi sebuah skenario, maka inilah saatnya memulai tahap pra-produksi!


2. Pre-Production (Pra-Produksi)

Tahapan ini dimulai sejak final draft skenario telah di tangan dan siap dipecah-belah. Biasanya kami memulai tahapan ini dengan istilah 'breakdown skenario'. Artinya sang sutradara akan menganalisis skenario tersebut ke dalam berbagai aspek:


2.1. Analisis pesan/ide dan membuat director's statement

Sutradara menganalisis pesan di balik cerita dan memaparkan harapan serta keinginannya dalam membuat film. Alasan sang sutradara mengangkat topik tersebut biasa disebut sebagai director's statement.


2.2. Analisis film form

Sutradara menganalisis bentuk cerita dalam filmnya. Apakah tergolong dalam bentuk naratif atau non-naratif? Apakah mengikuti struktur sinema Hollywood klasik atau struktur lainnya? Apa sajakah pesan-pesan dalam cerita tersebut secara implisit, eksplisit, dst.


2.3. Analisis film style

Berdasarkan hasil analisis cerita di atas, kini sutradara bisa menentukan aspek teknis yang sesuai untuk menyampaikan filmnya. Aspek-aspek teknis tersebut, menurut David Bordwell dalam buku Film Art: An Introduction 8th Edition dapat dibagi ke dalam 4 aspek:


2.3.1. Mise-en-scĆØne

Dalam Bahasa Prancis, mise-en-scĆØne (dibaca mis-an-sen) adalah istilah dalam dunia teater yang memiliki arti "meletakkan sesuatu ke dalam scene," namun dalam dunia film, mise-en-scĆØne merujuk pada kuasa sutradara dalam mengatur apa saja yang nampak dalam frame film. Hal-hal yang nampak dalam frame adalah sebagai berikut:


  • Karakter. Sutradara harus menganalisis semua karakternya tidak hanya secara fisiologis (fisik), namun juga psikologis. Serta menentukan akting yang seperti apa yang dibutuhkan untuk film tersebut. Naturaliskah? Ekspresioniskah?

  • Makeup, hair style, dan efek spesial (bila ada). Pada adegan tertentu, wajah aktor seperti apa yang ingin diperlihatkan pada penonton? Wajah lelah? Wajah yang garang? Semua itu bisa dicapai tidak hanya melalui akting, tetapi juga dari makeup! Sekadar informasi, apabila kamu ingin aktormu terlihat lebih tegas dan garang, kamu bisa menebalkan alis matanya lebih gelap dan tajam. Apabila ada adegan aktor terluka dan semacamnya, sutradara juga perlu memperjelas luka macam apa yang ingin dicapai. Ingat, kata "terluka dipukul" tidak memberikan gambaran yang jelas. Sutradara perlu menentukan apakah lukanya benar-benar dalam sampai keluar nanah, atau hanya garis merah, dll.

  • Wardrobe. Wardrobe artinya kostum, ya situ taulah ya kenapa ini juga penting.

  • Setting. Sama seperti dalam teater, setting juga berarti lokasi adegan terjadi. Bila dalam skenario ada adegan dalam kafe, maka sutradara yang perlu memperjelas visual kafe seperti apa, serta mengapa harus kafe yang seperti itu yang ditampilkan dalam film.

  • Properti. Dalam setiap lokasi, pasti ada barang-barangnya dong? Barang-barang inilah yang disebut properti atau disingkat props. Biasanya props akan dibagi lagi menjadi props ruangan dan hand props. Props ruangan artinya props yang berhubungan dengan logika ruangan bersangkutan (misalnya setting coffee shop, ya berarti butuh alat penggiling kopi), sementara hand props artinya properti yang akan dipegang oleh aktor.


2.3.2. Sinematografi

Dalam aspek ini, sutradara memberikan gambaran type of shot, komposisi gambar, dan pencahayaan yang ingin dicapai untuk film tersebut.


Salah satu set dalam film TA gue


2.3.3. EditingĀ 

Setup editing budget minim


2.3.4. SuaraĀ 

Sisanya editing dan suara nggak usah gue jelasinlah ya. Pokoknya setelah sutradara selesai make up his mind dan membuat konsep penyutradaraan di atas, barulah produser bisa melakukan estimasi anggaran dan mencari kru yang tepat untuk produksi film tersebut. Pencarian kru pasti dimulai dari mencari chief per divisi. Kalau sudah dapat kaptennya (chief), barulah pekerjaan pra-produksi yang sebenarnya dimulai.


Para chief berikutnya akan membaca konsep penyutradaraan di atas dan mulai mengembangkan konsep divisi mereka menjadi lebih mendalam, jelas, sesuai dan menarik. Setelah terjadi kesepakatan bersama sutradara dan produser, barulah semua chief mulai mempersiapkan konsep ke dalam bentuk nyata.


Misalnya dalam divisi artistik, mereka mulai menyiapkan kostum, alat makeup, props, dll. Sementara divisi penyutradaraan mulai mencari aktor, divisi kamera mulai menyiapkan kamera dan peralatan pendukungnya, dan begitu pula dengan divisi editing serta suara.


Dalam setiap divisi ini, jumlah pekerjanya bisa mencapai puluhan orang untuk sebuah film layar lebar. Kalau kamu mau tahu lebih mendalam soal pilihan profesi dalam setiap divisi, silakan kamu Google sendiri atau cari buku-buku terkait yah.


Ketika semua persiapan sudah siap dieksekusi, masuklah kita ke tahap berikutnya!


3. Production/Shooting (Produksi/Syuting)

Pada tahap ini, semua divisi telah siap mengeksekusi konsepnya. Durasi syuting biasanya antara 2 hari hingga berbulan-bulan, tergantung kebutuhan masing-masing tim produksi. Tapi yang pasti sih selalu diusahakan seminim mungkin karena biayanya super mahal!


4. Post-Production (Pasca-Produksi)

Setelah gambar dan suara telah dikumpulkan, masuklah kita ke tahap peracikan! Film akan diedit oleh seorang film editor hingga mencapai tahap picture lock (tahap di mana gambar tidak akan diubah lagi). Sehingga setelah itu sound designer, visual effect artist, colorist, dan lainnya dapat mulai bekerja.


Setelah semua gambar dan suara sudah diperbaiki oleh masing-masing divisi, semuanya akan dikembalikan pada film editor untuk disatukan. Hasilnya disebut married print dan siap menempuh tahap mastering agar dapat diputar di bioskop atau tempat pemutaran lainnya.


5. Distribusi dan Promosi

Tahap terakhir ini tidak kalah penting dari tahap lainnya. Kalau dananya sudah keburu habis di produksi, akan sangat sulit membuat film ini dikenal karena promosi di tahap akhir pun tetaplah penting.


Demikian tahapan pembuatan film secara garis besar! Semoga semakin terbayang ya betapa sulitnya membuat film dan apalagi film yang bagus!

Postingan Terkait

Lihat Semua

Comments


Category

Date

Let's connect on my social media!
  • Threads
  • Instagram
  • LinkedIn
  • YouTube
bottom of page