top of page

Search Results

174 hasil ditemukan dengan pencarian kosong

  • Ulang Tahun ke-21

    This 2015, I turnt to be 21! Finally it's legal for me to buy alcoholic drinks! Hehehe... Ulang tahun kali ini sangat mengesankan karena wishes beberapa teman lucu-lucu banget. Misalnya: Yang ultah Caecilia, yang didoain malah Jessica. Ada juga yang missed call gue, dan pas gue chat ada apa, dia jawab, "Ada hal penting yang harus kita bicarakan." Terus ada lagi si Ken-ken, nyanyi lagu selamat ulang tahun pake nada serak-serak basah. Felt so gay, but unyu at the same time . Haha... Pada akhirnya, I just wanna say, "I'm relieved and I feel so grateful for being here, today, still healthy as fuck." Terima kasih pada Yang Maha Kuasa, orang tua tercinta, kakak-kakak gua, teman-teman dan pacar karena membuat hari ini menjadi salah satu hari yang indah dalam hidupku yang kelam. Eh? Pokoknya terima kasih banyak!!!

  • Kiat Sukses Praktika Terpadu

    Asiikk... Judulnya kedengeran keren gitu ya. Btw, tips ini berdasarkan pengalaman gue bersama angkatan 2012 yang melakukan praktika di tahun 2015. Mungkin sudah tidak relevan dengan generasi sekarang. Pendahuluan dulu bagi yang tidak kuliah di IKJ, jadi begini, di IKJ itu ada mata kuliah yang namanya Praktika Terpadu. Matkul ini berbobot 4 SKS, dan entah kenapa telah menjadi momok bagi semua mahasiswa yang ingin lulus dengan bahagia. Di matkul ini lo bakal melakukan praktek dengan budget Rp6.000.000,00 (dibiayai kampus) dan bekerja sesuai mayor yang lo miliki. Mahasiswa yang gagal mendapatkan mayor belum bisa mengambil matkul ini. Berhubung gue udah dapet mayor as an editor , jadi gue boleh ambil Praktika dan dikelompokkan secara acak oleh pembimbing Praktika. Gue dapet sekelompok dengan Gill sebagai produser dan Puput sebagai sutradara. Kami hanya bertiga, jadi sisa profesi yang nggak ter- cover seperti penulis skenario dll. perlu kami tutup dengan mencari bantuan dari adik kelas. Tapi tetep kami bertiga yang bertanggung jawab. Jadi si Puput sutradara merangkap penulis skenario dan DP, si Gill produser merangkap sebagai production designer , sementara gue editor merangkap sound designer . Nah, di bawah ini adalah kiat sukses menurut gue pribadi: 1. Berdoa sebelum Koordinator Praktika menentukan anggota kelompokmu Sistem pembentukan kelompok dalam mata kuliah Praktika dibuat berdasarkan jumlah sutradara yang tersedia. Di kelas Praktika gue saat ini ada 24 sutradara, sehingga jumlah kelompoknya otomatis menjadi 24. FYI, jumlah ini adalah jumlah terbanyak sepanjang sejarah Praktika. Lo perhatiin aja tuh dari sutradara-sutradara yang tersedia, yang mana yang brokap dan yang mana yang punya visi. Berdoa sama Yang Maha Esa biar lo nggak dikelompokin sama yang brokap. Hahaha... 2. Being multi-talented is a plus Sejarah menunjukkan bahwa jumlah sutradara selalu lebih banyak ketimbang jumlah produser, editor, dll. Sehingga dapat dipastikan bahwa akan ada kelompok yang tidak memenuhi ketujuh peminatan. Misalnya ada kelompok yang punya produser, tapi nggak ada editor. Terus ada yang punya editor, tapi nggak punya produser. Di sinilah gunanya memiliki banyak talenta. Jadi sebaiknya JANGAN MALAS belajar dari sekarang caranya mengedit film, mengedit suara, mengaransemen musik, atau yang lainnya karena peminat di bidang ini super sedikit dan lo bakal mampus nyari temen yang bisa bantuin di saat kepepet! 3. Stop being a bitch; deal with it Kalau kelompok udah ditentuin, dan lo dapet temen yang brokap, TENANG. Koordinator nggak akan ngumpulin brokap jadi satu. Pasti dibuat seimbang, dan lo pasti bisa atasi kebrokapan temen lo. Haha. Jadi berhenti mengeluh, ngatain partner , atau pun menangisi keadaan, karena life must go on. Kalau lo nggak lulus Praktika, lo nggak bisa lulus kuliah. Kalau partner lo bener-bener nggak kerja, laporin aja ke Koordinator. Jangan baper, jangan emosian, be logical . Kalau gue sih sukanya emosian, abisnya gemesh. 4. Jangan main-main dengan Praktika Mungkin selama ini lo anggap kuliah kayak maen-maen, lantaran dosen lo suka gabut, cabut mendadak, atau lo-nya emang males kuliah. Tapi untuk Praktika, gue saranin lo hati-hati. Jadwal Praktika selama satu semester pasti akan di- provide oleh Koordinator, jadi keep aware of time. Jangan sampai telat ngumpulin apapun itu karena dampaknya adalah langsung gagal Praktika. Meskipun ada yang namanya "negosiasi", tapi proses birokrasi ini sangat melelahkan dan makan waktu, yang meskipun lo berhasil diizinkan lanjut Praktika, belum tentu lo bisa kembali menata jadwal dengan baik. 5. Siapkan waktu yang banyak untuk Praktika Jangan ambil SKS banyak-banyak atau pun kerja part-time . Gue aja cuma ambil 18 SKS masih mau mampus. Soalnya Praktika bukan sekadar nulis laporan, syuting, bikin pelem, terus kumpulin . Nggak, Bro , nggak sesederhana itu. Ada segenap proses yang harus ditempuh demi naik ke tahap berikutnya. Proses itu adalah bimbingan, script conference , bimbingan, dan sidang. Bimbingan itu bisa berkali-kali tergantung kebrokapan film lo, dan bimbingan itu tak kenal waktu ataupun tempat. Bahkan di hari Minggu yang damai pun, lo bisa mendadak disuruh nemuin pembimbing di Depok jam 9 malem. Sialnya, bimbingan itu wajib. Kalau lo nggak bimbingan, lo nggak dapet tanda tangan, kalau lo nggak dapet tanda tangan, lo nggak bisa maju ke tahap berikutnya, on the other hand, Praktika lo the end! 6. Biarkan sutradara membuat film yang dia suka Ini adalah saran dari temen baik gue pada saat gue bertempur habis-habisan sama sang sutradara, lantaran gue nggak suka satu pun ide cerita dia. Menurut gue, lebih baik debat di awal (dan selesai), mumpung belum keluar duit daripada nyesel di akhir. Kalau emang lo nggak setuju dengan ide cerita temen lo, bilang; SAY IT OUT LOUD with logical reason . Film selalu dinilai dari segi ceritanya dulu, baru ke aspek yang lain. Meskipun gambarnya aje-gile, atau ada animasi 3D super canggih, kalau ceritanya brokap, nggak logis dan maksa, maka film lo fix to the max gagal. TAPI , ada baiknya lo tetap membiarkan selera sutradara mendominasi. Soalnya kalau sutradara nggak suka ngerjain filmnya, film lo bakal brokap. Inget, bahwa sutradara punya tanggungan lebih berat, jadi sebaiknya dia bener-bener suka dengan apa yang dia kerjain. 7. Buat cerita yang feasible Feasible yang gue maksud adalah memungkinkan untuk dibuat dengan anggaran seminim mungkin. Jangan bikin cerita yang terlalu hebring, soalnya deadline kalian mepet-pet-pet. Tapi juga jangan bikin cerita yang terlalu sederhana, soalnya nanti nilai kalian jelek. Kalau kalian memang merasa mampu membuat film yang membutuhkan banyak teknik, maka kerjakan, and stick with it , karena kalau berhasil, nilai kalian bakal tinggi. Tapi kalau ragu banget, udah drop it aja. Tips dari abang-abangan gue dulu adalah buat cerita yang hanya membutuhkan satu lokasi. Soalnya yang namanya pindah lokasi itu nggak cuma keluar biaya di penyewaan tempat, tapi juga transportasi. Inget bahwa yang mesti lo bawa itu nggak cuma 10 manusia, tapi puluhan manusia beserta puluhan alat besar dan kecil yang nggak boleh hilang atau rusak. Terus di tempat yang baru juga harus ada basecamp buat naro barang-barang yang belum terpakai dan buat talent duduk nunggu giliran syuting. Jadi hati-hati dengan imajinasi liarmu! 8. Jangan sembarangan memilih PRODUSER! Nah, ini nih tips paling dahsyat yang gue nyaris lupa. Buat kelompok yang nggak dapet anak mayor produksi, sebaiknya pilih satu orang yang benar-benar bisa diandalkan, rapi dan smart . Sutradara tidak disarankan merangkap sebagai produser , soalnya kerjaannya bakal terlalu banyak dan umumnya untuk anak yang masih dalam tahap belajar, akan sangat berat, ditambah deadline yang sempit. Produser itu kerjaannya bukan cuma soal duit, tapi juga perizinan, jadwal, dan hampir semuanya dari tahap awal hingga akhir. Kalau sutradara memimpin tim produksi buat bikin film sesuai visinya, maka produser adalah orang yang men- supply semua kebutuhan sutradara dalam merealisasikan visinya tersebut. Contohnya, sutradara pengen protagonisnya diperankan oleh Joe Taslim, maka produser yang bakal kocar-kacir nyari manajer Joe Taslim dan nego sampe gila buat merealisasikan permintaan si sutradara. Terus yang ngurusin transportasi, akomodasi, konsumsi, peralatan, dll. itu ya produser. Jadwal juga produser. Biar kata dibantu asisten juga tetep aja susah! Berat banget. Jangan dianggap kerjaannya enteng. Sekali dia salah bikin deal , langsung brokap semua. Ini Hasil Praktika Terpadu Kami Menurut gue nggak bagus, tapi pada saat itu dengan segala keterbatasan dan pengetahuan kami yang masih awam, ini udah keren banget. Perjuangannya gila-gilaan. Jadi gue tetep bangga udah pernah menciptakan karya ini bersama teman-teman gue yang keren-keren. Terima kasih sudah bekerja sama denganku, kawan!

  • Tugas Bikin Film, Peralatannya Siapa?

    Baru-baru ini gue bikin account Ask.Fm dan muncullah pertanyaan-pertanyaan lucu seputar kuliah di IKJ. Ada satu manusia nih, yang kayaknya getol banget nanya hal yang sama sampai berkali-kali. Terus gue jawabnya sembarangan gitu. LOL. Maaf ya? Agak ngeselin ya jawaban gua? Jadi begini sodara-sodara, barangkali ada yang punya pertanyaan sejenis anak ini. Pertama, izinkan gue mengubah mindset kalian dulu. Film itu nggak selalu membutuhkan kamera mahal, sound recorder paling mutakhir, atau pun peralatan lighting kece badai. Jadi stop berpikiran bahwa lo harus merogoh kocek untuk membeli semua alat-alat itu. Zaman sekarang, bikin film bisa pakai HP kali? Ngerekam suara juga udah oke pakai HP doang. Lighting ? Pakai aja lampu sekitar lo. Sebuah film bisa tetap dibilang bagus cuma karena ceritanya bagus loh. Jadi? Stop tuh ketakutan mesti beli peralatan mahal. Nah, gimana kalau lo punya cerita keren dan butuh peralatan kece badai demi menciptakan film yang layak dikompetisikan secara nasional? Lo bisa menyewa dari teman, kampus atau pun tempat rental. Gue sendiri sih mengawali kuliah dengan satu kamera DSLR Canon D500 dan laptop Lenovo. Itu udah cukup. Lo nggak punya kamera pun nggak masalah, paling lo mesti agak capek aja nyari temen yang mau pinjemin kameranya buat menyelesaikan tugas Fotografi. Semester 2, kamera DSLR dan laptop gue dicuri orang. Gue juga ngeri gimana mau kuliah tanpa kedua alat itu. Tapi ternyata yang paling penting itu laptop, soalnya banyak tugas makalah dan esai. Sementara kamera agak jarang digunakan. Kenapa? Karena gua selalu mengajukan diri sebagai film editor , maka gue lebih butuh laptop untuk mengedit. Akhirnya gue survived kok di FFTV tanpa punya kamera DSLR.. sampai sekarang. Tapi ya emang, gue tetep butuh laptop, jadi bokap gue pinjemin laptop dia waktu itu. Oleh sebab itu, kalau mau beli peralatan membuat film, lo timbang-timbang dulu mayor lo apa. Mau mayor Penyutradaraan? Mayor Editing? Mayor Sinematografi? Kalau udah tau tujuan, baru bisa bikin skala prioritas. Lo nggak wajib membeli semua barang, tapi juga tidak dilarang untuk membelinya. Kalau punya sendiri memang lebih enak. Selain bisa berlatih, eksplorasi dan eksperimen, lo juga bisa akrab sama peralatan lo. Jadi kerjanya bisa lebih efisien waktu.

  • Mulai Memikirkan Pernikahan

    Diam-diam gue nge- follow Instagram salah satu wedding company terkenal, yang hasil dokumentasinya super ciamik dan menawan. Tahun ini, full of surprise , mereka buka lowongan pekerjaan sebagai video editor . Gilak, gue sampai teriak-teriak dalam hati. Senyum bahagia tak dapat terbendung lagi. Mungkin orang-orang yang ada di bus hari itu bertanya-tanya, "Ngapain ini cewek senyum-senyum kayak orang gila?" Malam itu juga gue langsung kirim CV, foto, dan surat lamaran. Yak, gue tulis surat lamaran itu dengan penuh cinta dan semangat bekerja. Gue udah nggak mikirin lagi gimana caranya gabungin pekerjaan dan perkuliahan. Hahaha... Pokoknya daftar dulu! Urusan keterima atau nggak, belakangan aja. Masalahnya perusahaan ini perusahaan favorit gue banget. Gue fans karya video mereka, sekalipun itu cuma wedding video . Ternyata, surat lamaran gue dijawab! Gue belum fix diterima, namun besok gue akan dites. Makanya hari ini gue belajar sebanyak mungkin tentang wedding videography . Sambil nontonin berbagai wedding video , tiba-tiba gue jadi kepikiran. I started to wonder. Yup, wondering about my own wedding. What would it be like? I'm 21 years old, Guys. Udah nggak heran kalau gue mulai memikirkan wedding gue sendiri... Lucunya, kemarin terjadi percakapan yang awkward antara gue dan pacar. Saat itu kita lagi menunggu mobil travel yang akan membawa gue pulang ke Jakarta. Kita duduk di halaman rumahnya yang luas, ditemani belasan burung Canary. Di sela-sela perbincangan tak berujung, tiba-tiba doi menanyakan hal yang cukup mengguncang jiwa dan raga. "Three years more, is it okay for you?" Terus gue diem. Kita berdua mengerti arah percakapan ini tanpa perlu mengucapkan kata yang sakral tersebut. Kita saling bertatapan dan keadaan hening; hanya kicauan burung meramaikan suasana. Melihat gue diam saja, he continued talking, "Three years would be enough for you to get a master degree, right? And then..." Yak, lagi-lagi gue hanya tersenyum lebar. Tetap tanpa suara sehingga gue rasa ia pun menyerah. So he said, "Okay, let's not think about this. Hahaha.." Sejak awal jadian, hampir semua orang sudah memperingatkan kalau umur dia cukup jauh dan gue harus siap ditanya soal pernikahan. Bahkan ibu gue sampai memastikan, "Emang kamu sudah siap menikah?" Jujur, belum, dan tentu saja belum! Pernikahan = the end of my profession, youth, and having fun . Gue yakin jadi istri dan ibu adalah pekerjaan full time yang sebaiknya nggak disambi sama pekerjaan full time lainnya. Soalnya kasihan, nanti anak-anak gue yang kena imbas buruknya. Selain itu, gue ingat banget kata-kata Raline Shah di film Supernova (2014), bahwa pernikahan itu nggak cuma antara seorang pria dan wanita, tapi juga antara sebuah keluarga dengan keluarga lainnya. Artinya gue nggak akan cuma menikahi satu orang pria, tapi juga menikahi seluruh keluarganya. MEIN GOTT, THAT'S DEEP AND SCARY. I don't think I'm gonna be ready in three years! Tapi, meskipun gue takut, sejujurnya seru juga sih membayangkan if I were to tie the knot with him . Yang gue tahu, I got to live in a nice house. It doesn't have to be big, but it's gonna be hella artistic. Menurut gue penting banget to have a partner who understands art. Udah segini dulu yang bisa gue pikirkan tentang pernikahan.

  • Ulang Tahun ke-20

    Tanggal 23 Mei lalu adalah hari ulang tahun gue. Umur gue sekarang 20 tahun. Sudah tidak pantas lagi disebut remaja, meskipun sikap gue masih banyak yang kayak anak SD. Hari itu gue bahagia, bisa menghabiskan waktu bersama kawan-kawan tercinta. Gue nonton ke bioskop, masak bersama, makan malam bersama, memotong kue bersama, kuliah bersama, pokoknya banyak melakukan hal seru bersama. Mereka sudah seperti keluarga buat gue. Kita udah kenal satu sama lain dengan cukup baik. Sudah saling tahu kejelekan dan kelebihan masing-masing, dan kita sudah saling belajar untuk menghargai satu sama lain. Hari ini gue berumur 20 tahun. Hari ini gue belajar.. apa ya? Belajar untuk tegar dan kuat mungkin? Belajar untuk menerima penderitaan sebagai bagian dari hidup yang tak terelakkan. Belajar untuk lebih mencintai orang yang benar-benar mencintai gue mungkin? Afterall, gue mau berterima kasih kepada Maning, Ghifar, Gill, Try dan Sam yang selama satu minggu ini terus meluangkan waktu untuk menghibur gue. Terima kasih juga buat Larry luthfianza, temen gue yang ngawur tapi sekalinya ngasih saran, beuh kena banget!!! Terus terima kasih buat Mega, Maya, Dea, Nateng dan Rheza yang juga masih keep in touch sama gue! I can't wait to see you guys at Bali! Terima kasih banget juga buat Ken-ken dan Donna yang nggak bosen temenan sama gue dari TK. Terakhir, terima kasih untuk ayah dan ibu gue. Ketika gue tau rasanya kehilangan seperti ini, gue jadi sadar betapa dahsyatnya cinta orang tua gue... Mau gue jahat atau nggak, mereka nggak akan pernah ninggalin gue. Suatu hari nanti, gue juga ingin menjadi orang tua sebaik orang tua gue. Sekian ucapan random gue di hari ulang tahun. Selamat malam!

  • Bawa Bule ke Kampus

    Sebuah pesan singkat masuk ke HP gue pada hari Jumat malam. Pesan itu berasal dari kakak kedua gue. "Rin, tolong jemputin si Jepang sama Jerman ya besok, gue ada meeting jam 10-2 siang." Sebelumnya kakak gue emang udah cerita bahwa bakal ada backpacker dateng nginep di rumah. FYI, keluarga gue emang membuka pintu bagi para backpackers yang mau homestay lewat aplikasi Couchsurfing.org Backpacker -nya satu dari Jerman dan satu lagi dari Jepang. Yang dari Jepang itu udah kenalan sama gue lewat Facebook. Tapi dia cuma berniat hang out aja, nggak sampai menginap. Yaudah deh, gue bikin janji sama mereka. Sama si Jepang jam 11.30 siang, sama si Jerman jam.. 5 pagi! Shiiitt... Si Jerman ini datang naik kereta dari Semarang dan tiba di Jatinegara jam 5 pagi di hari Sabtu. Terus gue males bingits jemput di Jatinegara. Ya kali deh! Gue suruh dia lanjut keretanya ke Stasiun Cikini. Eh tau-taunya dia malah jalan kaki dari Jatinegara ke Cikini. "You're crazy," kata gue ke doi sambil ketawa-ketawa. Terus doi cuma bilang, "I like walking..." dengan senyum tak berdosanya, tipikal orang Jerman yang hobi jalan kaki. Pagi itu, ketika hari masih gelap, gue jemput dia naik bajaj. Awalnya gue nggak ngeh kalau itu tuh dia. Gue inget dari foto profil Whatsapp-nya kalau dia berambut keriting. Tapi pas gue sampe di stasiun, yang ada cuma bule botak. Yaudah gue lewatin ajah... Eh taunya pas gue telepon, yang bunyi malah HP si botak. Wis , berarti beneran dia Jerman yang gue cari. Berkenalanlah kami secara properly . Nama dia Raphael, datang dari Jerman tahun lalu. Baru potong rambut Jumat lalu. Sudah berkelana di Indonesia selama 9 bulan. Dia volunteer menjadi guru SD di Semarang bersama beberapa orang asing lainnya. Terus si Jerman ini merupakan backpacker pertama yang gue kenal yang bisa Bahasa Indonesia dengan baik. Sedap! Kami pun naik bajaj kembali ke kostan. Gue udah bilang ke dia kalau gue ada kuliah jam 8 pagi. Jadi pilihannya, dia tungguin gue di kampus, atau ikut kuliah juga. Akhirnya dia pilih ikut kuliah. Hahaha... Kebetulan hari itu kuliahnya Sejarah Kebudayaan Indonesia, dan dosen gue baik banget ngebolehin dia duduk di kelas. Kocak gitu deh, dia dengerin lecture dosen gue. Satu jam berlalu, gue perhatiin si Raphael, terus dia nyengir bilang, "Dingin banget..." (He said it literally in Indonesian.) Hahahaha... Ngakak dah gua kesian. Iseng, gue tanya ke dia setelah kelas usai, "Gimana rasanya setelah kuliah tadi?" "Rasanya menarik sekali bisa belajar sejarah dari perspektif orang Indonesia. Saya kan biasanya lihat dari perspektif Jerman." Kemudian percakapan pun berlanjut ke politik. Gue cukup terkesan karena dia aware dengan isu-isu hangat di sekitarnya. Ya nggak sia-sialah dia tinggal 9 bulan di Indonesia. Seenggaknya dia tau goyang oplosan juga. LOL. Kami jalan lagi menuju Galeri Cipta II di Taman Ismail Marzuki buat lihat pameran lukisan. Terus temen gue, Sam, nyamperin dan ikut makan siang bersama. Kita naik motor bertiga ke depan gedung Euro buat makan bakso Gondangdia yang terkenal enak ituuu... Dan emang top banget lah ini bakso. Favorit gua! Puas makan, kami jalan ke Museum Djoang, melanjutkan pelajaran sejarah Indonesia secara mandiri. Terus pulangnya ngejemput si Jepang yang bernama Nakagome. Namanya agak susah disebut, jadi disingkat menjadi Gome saja. Setelah itu kami pun pulang ke rumah gue di Tangerang bersama-sama. Nakagome ini seorang penari dari Jepang yang juga volunteer untuk menjadi guru tari anak-anak. Kerjanya cuma satu minggu, sisanya dia liburan doang. Selain menari, dia juga seorang penulis naskah komik dan editor komik. Kece nggak sih? Nah, rencana sore ini adalah pergi menuju Pekan Raya Jakarta di Kemayoran! Tapi kami mesti menunggu kakak kedua gue pulang dulu dari meeting itu. Sambil menunggu, kita ngobrol bertiga di ruang tamu. Topik dibuka oleh Gome dengan pertanyaan simpel, "How old are you?" Gue jawab, "I'm 20 years old." Terus Raphael yang duduk di sebelahnya juga jawab, "I'm 20 too." "HEEE...?!" pekik Gome dengan suara khasnya orang Jepang, "You look really older!!!" Terus Raphael nyengir, "Maybe because of my beard," dan kami pun mengangguk-angguk mengiyakan dengan tawa membahana. Kayaknya emang bener banget tuh orang yang bilang kalau bule itu mudanya boros muka, tuanya awet muda. Tak berapa lama kemudian, datanglah kakak gue dan kami bersiap pergi. Gue excited banget nih pengen shopping . Hahaha... Kira-kira jam 4 sore kami berangkat dan jalanan padat sekali. Lamaaa banget di mobil sampai tiba-tiba si Gome bilang, "Maaf, sepertinya saya sakit perut." Kami kaget. Terus dia lanjut ngomong lagi, "Saya butuh ke toilet." Kami tambah kaget karena ini lagi di jalan tol dan macet parah. Bokap gue sampe nyuruh dia pipis di pohon aja. Hahaha... Terus kakak gue yang nyeletuk, "Iya kalau dia cuma mau pipis! Ini kayaknya lebih dari pipis." Untuungg aja si Gome bisa bertahan. Akhirnya di Kemayoran langsung stop di SPBU dan dia pun ngacir ke toilet. Kayaknya sih BAB, soalnya lama banget ditungguin. (Usut punya usut ternyata dia kepedesan saat makan siang di rumah gue tadi, jadi dia nggak kuat, keringet dingin pengen BAB sepanjang perjalanan.) Udah deh, abis itu ke PRJ, jalan-jalan, makan, pulang, ketawa-tawa, nonton bola, tidur. Oh iya, gue beli sleeping bag merk apa ya... Bagus gitu, lumayan, kalau dilipet hasilnya kecil banget. Harganya IDR 245,000

  • Serba-Serbi di Semester 6

    Since I finally got the mood to write. Let me say whatever things I wanna say yeah? Maafkan apabila terlalu random dan tidak dalam struktur yang baik. Pertama, fuck you nyamuk. I tried to exterminate it, however I was outnumbered.  Kedua, gue lupa siapa tuh yang pernah bilang, "Sabar, nanti juga kalau udah mendekati semester akhir, pelajarannya makin santai. Tinggal pusingin TA aja." Karena apa yang dia katakan benar-benar bullshit dan patut dapet tamparan. WTF MAN, SEMESTER ENAM ADALAH SEMESTER PALING JAHANAM DARI 5 SEMESTER SEBELUMNYA. Apa-apaan ini tugas tidak terkontrol. Meskipun gue nggak nunda-nunda pekerjaan juga tetep aja. AJEGILE... Bener-bener nggak terkontrol! Gue sampai udah stuck , nggak tahan, dan akhirnya pura-pura bego nggak mau ngerjain. Sakingnya gue capek dan sumpek banget dapet PR nggak ada habisnya. Gila, kalau gue bertahan ngerjain, mungkin gue udah sinting kali. Selain semester yang penuh kejahanaman ini, entah kenapa pertengahan tahun 2015 adalah tahun peruntungan asmara bagi saya. Hahaha... Gue nggak ngerti lagi deh kenapa jadi banyak cowok PDKT. Perasaan biasanya hidup gue gersang banget. Mendadak banyak cinta bertebar di udara. Mendadak ditembak sana-sini. Mendadak gue tertawa lebih banyak. Setelah itu semester 6 juga membawa dilema yang sangat besar. Berbagai tawaran pekerjaan yang menggiurkan datang. Kontrak-kontrak menarik bertebaran, dan mata gue hampir hijau membayangkan hasilnya. Gue telah terlena dan maruk mengambil semuanya. Pada akhirnya gue benar-benar stress sampai sakit, dan akhirnya seseorang menampar gue dengan mengatakan, "You bite more than you can chew." dan sejak itu.. uhuk..! Gue mencoba belajar untuk menolak, sekalipun harus tega menyakiti orang yang gue kasihi. Ketiga, gue mau officially say kalau gue punya pacar. Doski tinggalnya rada jauh, nggak di Jakarta, dan umurnya 6 tahun lebih tua dari gue. Kadang dia jadi lawakan di kampus. Asdos 1 : Ayo para jombloers buruan cari pacar. Mahasiswa : Iya, Mas. Iya... Gue : Mas, saya sudah punya pacar. Asdos 1 : Yang pacarnya nggak di kampus nggak diitung. Berarti tetep jomblo. Gue : Tap.. tapi.. Mas... Mahasiswa : Iya, Sil, nggak diitung. Lo tetep jomblo. Titik. Gue : Tap.. tapi... Atau misalnya... Revin : Sil, gue denger lo udah dilamar... Gue : Siapa yang bilang? Revin : Gill. Gue : BAJINGAN SI GILL. Revin : Jadi beneran? Gue : MENURUT LO?! Revin : Gue mau jadi bestman lo, Cil. Gue : Ogah. Atau misalnya... Dosen : Sil, kamu jadian? Gue : Iya, Mas, saya jadian. Dosen : Kamu beneran jadian?! Gue : Iya, Mas, kenapa ya? Dosen : KAMU KOK NGGAK IZIN SAMA SAYA DULU?! Gue : Kenapa saya harus minta izin? Dosen : KENAPA KAMU BIKIN KEPUTUSAN TERLALU TERBURU-BURU?! Gue : LOH TAPI SAYA UDAH PIKIRKAN BAIK-BAIK. Dosen : Saya nggak terima. Kamu putusin dia, bilang kamu masih perlu waktu berpikir. Kuliah selesai, yang lain boleh pulang, tapi kamu tinggal di kelas! Gue : ??!! Pada akhirnya gue ditahan karena diajak makan sama asdosnya dia. Jadi gue pulang kuliah makan-makan dulu. Ahaha.. Sial ini pada bikin panik aja. Gue kira ada apaan. Sambil makan malam rame-rame itu, terjadi lagi percakapan kocak (yang rasa-rasanya mirip adegan cliche di komik serial cantik). Asdos 1 : Bro, liat umur, buruan cari calon istri. Asdos 2 : Iya, kan gue nungguin Sesil lulus kuliah. Gue : Nggak mau. Asdos 2 : Halah, lo nolak karena lo ada pacar kan? Gue tungguin (putusnya). Gue : Biarpun aku single , kita nggak akan jadian, Kak. Asdos 2 : APA?! Kenapa?! Emang gue kurang apa lagi?! Pertanyaan itu nggak gue jawab, sampai akhirnya pas diantar pulang, dia tanya lagi face to face , "Sil, gue kurang apa lagi..." dan pertanyaan itu tetap tidak gue jawab hingga saat ini. Selain kejadian lucu bersama orang-orang di atas, ada lagi yang menggemparkan. X : Sil, gue mau ngomong sama lo. Gue : (dengan polosnya) kerjaan ya? Aduh, maaf lagi sibuk banget nih, Kak. X : Sibuk banget nih? Dengerin dulu aja deh, kali-kali bisa bantu. Gue : Haduh, gimana ya aku udah nggak kepegang lagi, Kak. (Sambil berjalan cepat supaya bisa pulang ngerjain tugas) X : Besok kita ketemuan deh ya, gue jelasin dulu. Gue : Yah baiklah... Esoknya... Gue : Jadi apa projeknya, Kak? Nggak mau minta tolong ke anak editing lain aja? Mereka juga pasti bisa kok, apalagi kalau dibayar. X : Iya yah, kalau dibayar yah? Gue : Iya, jadi apa projeknya, Kak? X : Gue suka lo, Sil. Gue : .... Kemudian gue menjawab dengan wajah merah, canggung, bingung, tolol, dan pura-pura senyum, "Maaf, Kak, saya sudah punya pacar. Terima kasih dan tetap semangat ya!" Gue bener-bener nggak tahu kalau dia mau nembak. Sumpah gue kira mau ngasih kerjaan. Habis gimana yah... Kita jarang ngobrol, masak tiba-tiba bisa suka. Rasanya itu ciri khas anak SMP yang suka sembarang nembak cewek asal lihat fisik aja. Tapi yah bagaimanapun juga pria itu pun mengatakan bahwa dia tahu fakta gue punya pacar, tapi tetap mengutarakan perasaannya agar terlepas dari kesusahan hati... Oh peliknya asmaramu, Kak! Selain kisah-kisah cinta yang (menurut gue) kocak tadi. Baru-baru ini gue diterima kerja di PH wedding AXIOO. Jadi sehari-hari selain kuliah, gue kerja part-time mengedit video wedding orang kelas menengah atas. Di sana pun gue kenalan berbagai teman baru lagi yang menyenangkan. Akhir kata, meskipun sekarang hidup gue semakin sibuk dan melelahkan, tapi gue tetap bahagia, karena di sekitar gue ada banyak orang-orang yang penuh dengan cinta. I will cherish this moment for sure! :)

  • Senioritas di Kampus-Kampus Indonesyah

    Hari ini gue mau bahas soal senioritas ah. Mumpung lagi bulan-bulannya OSPEK. Gue denger beberapa cerita dari temen yang baru aja selesai menjalani OSPEK. Ceritanya seru-seru tapi bikin gue nggak habis pikir. Kalau di perkuliahan itu ada OSPEK universitas sama OSPEK fakultas. Kalau di kampus gue sih kaga ada OSPEK, yang ada cuma hari orientasi biasa. Beberapa tahun yang lalu kampus gue punya OSPEK, namanya Mata Seni (MATSEN). Tapi sudah ditiadakan untuk memberantas senioritas dan perundungan yang menyebabkan berkurangnya peminat mahasiswa baru ke kampus ini. Jadi, menurut gue senioritas di kampus itu masih banyak yang nggak jelas, nggak mendidik, dan nggak bener. Kegiatan OSPEK itu masih menjadi kedok untuk berplonco-ria, alasan yang dibuat-buat untuk bisa mem- bully junior. Gue sebel aja dengerin cerita temen gue yang OSPEK-nya aneh-aneh. Cerita kesatu Gue denger dari temen gue yang kuliah peternakan, dia emang udah masuk kuliah dari tahun lalu, tapi baru sekarang OSPEK fakultas. Soalnya selama 1 tahun itu belajarnya masih umum, belum benar-benar tentang peternakan. Jadi baru tahun ini dia di-inisiasi menjadi anak peternakan. Dia cerita ke gue kalau dia mesti bangun pagi-pagi untuk lari keliling kampus, push up , sit up , terus dengerin presentasi apa gitu... Kemudian siangnya: lomba passing kotoran kerbau. Gue jujur, tersentak mendengar kalimat itu. "Pakai tangan, K?" tanya gue yang shock abis. "Iyalah!" "Terus kalau jatuh gimana? Kotorannya kan nggak padet-padet amat..." "Ya pungut lagi." Anjrit. Tapi ternyata itu belum seberapa karena setelah itu, temen gue nambahin lagi, "Yang gue nggak tahan itu pas kelompok gue menang lomba transfer eek kerbau, taunya kami tetep dipeletin tai domba di muka!" "HAH?! DI MUKA?!" gue shock lebih parah lagi. "Iya." "Lo setuju K, dengan kegiatan macam itu?" "Mau nggak mau, soalnya kewajiban." "Yang jadi panitia kasihan juga dong mesti siapin tai yang banyak..." "Yah, kan kampus gue punya peternakan sendiri. Tinggal ke sana. Ya ampun, Rin baunya nggak nahan. Tiga hari gue mandi, tetep nggak ilang baunya!" Duh, gimana ya. Bersihin tai anjing aja baunya kadang bikin mual, apalagi tai kebo yang segede gaban? Cerita kedua Temen gue masuk jurusan... apa ya namanya pokoknya semacam Biologi gitu deh. Terus OSPEK-nya sebulan lebih dan kegiatannya itu hampir kayak kuliah. Ada kegiatan ngasih makan ikan apa gitu namanya. Lupa gue. Pokoknya Biologi banget dah. Terus seperti biasa, para mahasiswanya diajarin cara demonstrasi. Diajarin gimana caranya bersikap kalau diserang polisi, etc. Lah? Ngakak gua, nggak relate . Terus temen gue nanya, "Kalau kampus lo, diajarin demo juga nggak?" Gue jawab, "Kampus gue mah demonya pake graffiti, poster, film, ya pokoknya bikin karya deh." "Ih, cerdas banget." "Iya," jawab gue sambil ketawa. Padahal sebenernya yang menyindir pemerintah lewat karya itu kayak cuma satu-dua orang aja dari satu kampus. Lebih banyak mahasiswa kayak gue yang nggak peduli urusan politik. Cerita ketiga Kalau yang ini bukan cuma pas OSPEK, tapi juga pas MAKRAB (Malam Keakraban) dan acara-acara kebersamaan lainnya. Dia jurusan teknik mesin, dan katanya kalau udah ada acara, pasti solid banget dari senior sampe alumni bakal dateng. Sayangnya most of the alumni bukannya dateng ngasih motivasi malah lebih banyak ngerusak. Gue sih heran aja, masa bikin acara, yang harus dipikirkan adalah, "Gimana kalau alumni lo ada yang minum-minum terus bawa senjata tajam?" Buset dah... Ini alumni apa algojo? Dan ternyata emang terjadi beneran, pasti. Junior diplonco bukan main. Pas acara camping , dikasih makan nggak manusiawi, disuruh cium ketek temen sebelah dalam jangka waktu yang nggak sebentar, mandi massal pakai sabun colek, terus ada cerita antar temen disuruh saling tampar pula.  VIOLENT BANGETTTT! Nanti kalau sudah tahun ke-2 pangkatnya naik, tugasnya bukan diplonco kayak begitu lagi, tugasnya lebih kayak TALCO (talent coordinator) yang ngurusin kemauan alumni (kalau TALCO sih ngurusin kemauan talent atau aktor ya). Temen gue bilang, "Misalnya ada alumnus yang pengen makan KFC, yaudah deh lo mesti dapetin itu makanan meski di hutan sekalipun." "Terus kalau itu mustahil?" "Pinter-pinter aja ngelobi supaya permohonannya lebih baik." "Kalau nggak pinter ngelobi?" "Ya dikatain, dimarahin." Tahun ini sih katanya lebih mendingan karena pihak kampus kontrolnya lebih ketat. Itu pun baru sekarang gara-gara tahun lalu, ada alumnus yang bawa senjata tajam dan diarahkan ke juniornya. Ngeri nggak sih lo? TIDAK BISA BERKATA-KATA Dari ketiga cerita di atas, gue mau tambahin sedikit ya soal pengalaman gue. Gue diplonco pertama kali pas SMP. Rambut gue dikuncir sesuai jumlah tanggal. Gue inget banget nyokap gue komentar, "Kamu yang diospek kok mami yang repot..." dan gue ngakak inget itu. Hari gue OSPEK penuh dengan dimarahin. Soalnya gue banyak salahnya. Hihi... dan hukumannya adalah beliin senior coklat. Hal paling indah yang gue inget sih pas disuruh kumpulin tanda tangan, gue seneng banget bisa dapetin tanda tangan senior gue yang ganteng. Eits... Masuk SMA, nggak ada OSPEK. Cuma acara kenalan a la anak SD gitu. Nggak seru. Bahkan gue nggak inget ngapain aja. Gue suka banget kalau pas OSPEK disuruh kumpulin tanda tangan, karena lo jadi kenal dengan senior. Sayangnya pas kuliah, lagi-lagi nggak ada OSPEK. Tapi gue denger-denger OSPEK-nya ditiadakan karena cukup ekstrim juga. Katanya siiihhh... lo disuruh makan siang rame-rame pake kaos kaki temen lo gitu.  Jadi ceritanya pas gue kuliah ikutan acara, senior gue traktirin kita nasi. Makannya bareng-bareng dengan cara nasi bungkusnya digabung jadi satu. Jadi makannya pake tangan. (Ini persis seperti hal yang gue terapkan waktu gue nge-OSPEK junior di SMP.) Terus temen gue ngajak makan si senior, "Bang, ayo makan bareng!" "Gue mau makan bareng tapi ada syaratnya." Temen gue itu dengan cepat bertanya lagi, "Apa, Bang?" "Setiap orang pegang kaos kaki temennya, terus nasinya lo masukin dulu ke kaos kaki, lo kocok-kocok terus baru dimakan. Gimana? Setuju nggak?" Gue shock dengernya dan gue diem aja. Tapi temen gue yang tadi langsung berseru, "Setuju, Bang! Tapi lo ikut makan juga kan?" "Iya, gue juga sama. Jaman OSPEK dulu begini cara makannya biar kompak, susah-seneng bareng," jawab si senior. Gue dengan sangat berani, waktu itu menolak. Hahaha... Waktu itu gue berargumen seperti ini, "Gue tau senior kita yang bayarin ini semua dan kita harus balas budi. Tapi nggak harus begini kan caranya? Nggak harus balas budi sekarang kan? Kita bisa traktir dia makan besok. Gue sangat tidak setuju kita makan dari kaos kaki. Lo mesti tau, ini kaos kaki gue 2 hari belum dicuci. Berapa banyak bakterinya? Okelah, mungkin lo kuat. Tapi gue enggak." Terus temen gue itu bilang, "Nggak apa-apa, Sil. Ini juga biar kita solid. Susah bareng, seneng bareng." Dan ternyata jawaban dia itu bikin gue makin panas. Gue jawab dia lagi, "Ini namanya bukan susah bareng, tapi mempersulit diri. Tapi yaudalah, kalau memang semua setuju makan kayak begini, gue mau bilang apa lagi. Gue ikutin mayoritas kok." Pada akhirnya satu-persatu temen gue mulai speak up . Lebih banyak yang nggak setuju ketimbang yang setuju. Jadi berdasarkan voting, kita tetep makan bareng tapi nggak pake kaos kaki dan senior gue nggak jadi ikut makan. Dari pengalaman ini sih gue mau bilang kalau senioritas kampus itu sering nggak jelas dan nggak perlu lo turutin. You better stand up for yourself kalau lo yakin lo benar. Nanti juga muncul temen yang nggak setuju dan nge- back up di belakang. Tapi tentunya berargumenlah yang baik dan sopan. Gue ngerti sisi positifnya, lo punya kenangan yang lucu buat diceritain ke cucu lo. Tapi apakah lo bangga? Ngg... Lo bangga cerita ke cucu dan temen lo, "Eh dulu mama makan dari kaos kaki loh." atau, "Dulu papa cium ketek temen papa loh." Gue akuin itu adalah unforgettable memories , tapi juga nggak membanggakan dan nggak perlu dibanggakan. Gue sangat nggak terima alasan, "Biar lo makin solid, kompak, sehati-sejiwa, susah-seneng bareng." THOSE ARE TOTALLY BULLSHIT! Terus apakah lebih baik OSPEK ditiadakan? Itu juga gue nggak setuju. Akibatnya gue nggak kenal banyak orang. Gue nggak terlalu deket sama mereka. Menurut gue, OSPEK atau acara keakraban lainnya itu penting. Penting banget. Tapi seharusnya dibuat yang bener. Lo, sebagai mahasiswa yang berakhlak , punya otak, punya wibawa, coba bikin acara yang masuk akal dan manusiawilah. Tunjukkan lo ini mahasiswa. Masak memperlakukan orang kayak anjing. Buat apa sih orang dipeletin tai domba? Emangnya kalau dia kerja di peternakan nanti, dia bakal tempelin tai ke mukanya? I don't think it's funny. It's a disgrace to humanity. Gue sedikit okelah dengan cerita passing kotoran kerbau, tapi dipelet tai domba ke muka? It's a big NO. Muka loh! Megang kepala orang aja nggak sopan, apalagi peletin tai ke mukanya! That is bullying. Lo nggak ngajarin hal berguna dengan nempelin tai ke muka orang. Malah yang ada lo menciptakan dendam. Dendam untuk junior yang berikutnya. See? Nothing good comes out of it. Lo juga nggak bakal solid cuma gara-gara lo suap-suapan dalam 1 hari. Solidaritas nggak terbentuk dalam 1 malam. Kalau lo mau bikin angkatan yang solid, OSPEK-nya emang harus 1 bulan dan dengan kegiatan yang bermoral. Misalnya semua kelompok ditantang bikin pameran dan harus sukses menjaring penonton. Terus kumpulin dananya buat charity . Atau datengin perumahan terdekat, bikinin shelter sampah. Atau apalah gitu yang berkontribusi buat masyarakat dan kemajuan negara. Tapi gue tau junior yang nggak tau diri itu juga pasti ada. Makanya senioritas itu penting juga. Terus ngatasinnya gimana? Bikin hukuman. Bikin hukuman yang mendidik dan manusiawi. Use your authority to make people become better. Misalnya ada 1 salah, semuanya harus dihukum atas nama solidaritas. Gue setuju dengan hukuman push up atau sit up . Mereka nggak harmful , jadi nggak apa. Yang terpenting juga setelah dihukum, ditanya lagi, "Kalian tau nggak kenapa dihukum?" jadi yang dihukum ngerti salahnya di mana and hopefully nggak diulang lagi. OSPEK itu belajar mengenal kampus lo, temen lo, senior lo, dosen lo dan juga lingkungannya. Acara keakraban itu harusnya bikin lo makin semangat belajar karena sudah kenal dengan medan tempurnya. Bukannya jadi momok. Sekian dari gue. Tulisan ini awalnya dipublikasikan di Blog "Ma Vie est un Film" pada 30 Agustus 2013 saat saya masih berusia 19 tahun. Beberapa kata yang kurang tepat / patut telah direvisi secukupnya tanpa menghilangkan keaslian cerita dan pemikiran saya di usia tersebut. And so far, I still stand true to my thoughts.

  • Profesi Dalam Departemen Artistik

    Dalam pembuatan film, umumnya orang cuma tau director, producer, script writer dan director of photography ( British bilang sih itu cinematographer ). Padahal sebenernya masih ada editor, animator , bahkan anak artistik! Nah, kali ini gue mau berbagi soal departemen artistik. Kalau produksi film sederhana sih biasanya cuma kenal art director dan asistennya. Tapi mengikuti standard Hollywood, sebenernya posisi anak buah art director juga punya nama dan tugas tersendiri. Yok mare kita bahas! Semua data gue translate berdasarkan kemampuan gue sendiri, jadi kalau ada kata-kata yang nggak tepat atau aneh, boleh dibaca sendiri versi Bahasa Inggrisnya dari sumber. Gue nggak translate nama profesi ke Bahasa Indonesia soalnya gue nggak tau apa Bahasa Indonesianya. Let’s just leave it that way. Sumber buku gue cantumin di akhir post. Set Designer SET DESIGNER bertanggung jawab atas design dan pengawasan pembangunan set berdasarkan ide dan masukan dari PRODUCTION DESIGNER. Dalam skala produksi kecil, pekerjaan SET DESIGNER dapat ditangani oleh ART DIRECTOR atau PRODUCTION DESIGNER. SET DESIGNER bertugas untuk merencanakan dan menciptakan elevation drawing (gambar yang menunjukkan sisi depan, belakang ataupun samping sebuah set dan ketinggiannya). Elevation drawing ini digunakan untuk mengkonstruksikan sebuah set, draft blueprint berdasarkan konsep, deskripsi, atau gambar konseptual. Kemudian SET DESIGNER juga mengawasi konstruksi set dan modifikasi apapun yang diperintahkan PRODUCTION DESIGNER atau SUTRADARA. SET DESIGNER berkolaborasi dengan SUTRADARA dan DOP untuk merencanakan bagaimana set akan ditampilkan dan diambil gambarnya.  Set Decorator SET DECORATOR bertanggung jawab atas dekor set atau lokasi. Dekor termasuk karpet, benda-benda untuk pencahayaan, furnitur, jendela, gantungan dinding, dan semua detail dari dekorasi ruangan interior. Dekor harus merefleksikan periode, karakter, dan inti cerita. Lead Man LEAD MAN, atau asisten SET DECORATOR menempatkan objek, furnitur, dan elemen dekor yang lain yang dibutuhkan di set. Swing Gang Set dressing crew = SWING GANG, dia bekerja di bawah LEAD MAN untuk mencari dan mengumpulkan kebutuhan dekor. Hair and Makeup HAIR CREW melakukan riset, menciptakan dan mencocokkan gaya rambut yang pas untuk karakter, cerita, tempat dan waktu agar sesuai dengan point of view SUTRADARA atas ceritanya. MAKEUP ARTIST harus berada di set untuk mengaplikasikan makeup sebelum shooting setiap harinya dan untuk touch up saat shooting berlangsung. Construction Coordinator CONSTRUCTION COORDINATOR bertanggung jawab atas pembentukan set sesuai gambar dan draft dari ART DEPARTMENT, sekaligus mengawasi construction crew . Konstruksi set berbeda dengan konstruksi konvensional dalam beberapa hal yang jelas. Set tidak dibuat permanen strukturnya sehingga umumnya dibuat dengan kayu datar yang dilapisi canvas atau papan lagi.  Set dapat menjadi bagian dari struktur yang menciptakan ilusi ruangan yang besar, atau sebagai detail yang menunjukkan ruangan luas di sekitarnya. Construction Crew Construction crew terdiri dari banyak pekerja seni: CARPENTERS: Mayoritas set menggunakan kayu. Maka CARPENTERS yang handal sangat dibutuhkan untuk membangun set dan berfungsi saat shooting ketika masalah berkenaan dengan set terjadi. PAINTERS: Set harus dicat. Lokasi yang sudah ada biasanya dicat ulang untuk menciptakan objektif design yang lebih baik. Ahli dalam bidang ini paham mengenai bagaimana kamera membaca warna dan tekstur, dan bagaimana lighting mempengaruhi permukaannya. Pemilihan cat berdasarkan hasil yang diinginkan, budget dan masalah estetika. Cat tidak harus permanen. Property Master PROPERTY MASTER bertanggung jawab atas objek dan props yang dipegang dan digunakan aktor. Dia bekerja dengan SET DECORATOR dan PRODUCTION DESIGNER untuk mengidentifikasi semua props yang dibutuhkan dan bertanggung jawab untuk mendapatkannya. Location Manager Menarik nih karena biasanya Manajer Lokasi di Indonesia dianggap terpisah dari departemen artistik. LOCATION MANAGER bertanggung jawab atas lokasi selama pra-produksi dan saat produksi hingga kru selesai menggunakan lokasi, karena ia harus mengurus masalah keamanan property dan peralatan. Location Scout Setelah berdiskusi dengan SUTRADARA dan PRODUCTION DESIGNER, LOCATION SCOUT mencari lokasi yang diindikasi di skenario. Dia mengambil foto dan video untuk ditunjukkan dan dilaporkan kepada PRODUCTION DESIGNER. Setelah itu, LOCATION SCOUT akan membawa PRODUCTION DESIGNER dan SUTRADARA menuju lokasi. Begitu lokasi telah dipilih, LOCATION SCOUT harus melakukan perjanjian dengan pemilik atau pengawas lokasi. Greensman GREENSMAN bertanggung jawab untuk merawat dan memelihara rumput, bunga, pohon dan tanaman lainnya. Lokasi dapat diubah menjadi landscape yang kreatif dan berurusan dengan continuity serta spesifikasi wilayah. Buyer BUYER bertugas untuk membeli furnitur, dekor, baju, props, dan elemen design yang lain. BUYER harus kenal dengan vendor dan sumber, dan memiliki kemampuan bernegosiasi yang baik. Scenic Artist SCENIC ARTIST mencipakan latar bercat, lukisan, simbol, material ilustratif, cover majalah, buku dan mural sesuai cerita. SCENIC ARTIST dapat melukis di hot spots , bayangan, atau faktor apapun yang berurusan dengan DOP saat produksi.  Pekerjaan scenic juga penting untuk touch up dan menjaga set setiap harinya. Costume Designer COSTUME DESIGNER menciptakan dan memilih kostum yang akan dipakai aktor. COSTUME DESIGNER harus memiliki pengetahuan akan baju secara periodik dan paham akan karakter dalam cerita.  Kostum dapat dipahami, digambarkan, lalu dibuat dari awal berdasarkan karakter tokoh dan aktor yang memainkan peran tersebut. Production Illustrators PRODUCTION ILLUSTRATOR melukis atau menggambar konsep dari PRODUCTION DESIGNER atas design set atau design momen dalam film. Draftsman DRAFTSMAN membuat gambar teknis yang menjelaskan detail rencana pembangunan set.  Gambar ini harus akurat dan seragam untuk menciptakan skala yang sebenarnya, seperti gambar untuk kebutuhan arsitektural. Set Dresser SET DRESSER bekerja di bawah pengawasan SET DECORATOR dan bertanggung jawab dalam peletakan dekor di set. SET DRESSER yang berpengalaman memiliki latar belakang dalam hal furnishing dan dekorasi, cita rasa style , dan pemahaman design yang bersifat storytelling . Art Director  Dia mengawasi art department crew di lokasi set dan melaporkannya langsung ke PRODUCTION DESIGNER.  Umumnya PRODUCTION DESIGNER tidak berada di lokasi shooting karena meeting dengan kepala departemen yang lain, sementara ART DIRECTOR bekerja bersama shooting crew setiap hari.  ART DIRECTOR, sebagai asisten eksekutif PRODUCTION DESIGNER menerima telepon dan bertanggung jawab akan urusan dengan vendor dan logistik yang mencari material dan membawanya dari dan ke set.  Bila tidak ada PRODUCTION DESIGNER, maka ART DIRECTOR yang bertanggung jawab atas design film tersebut.  Production Designer Design produksi adalah seni visual dan kerajinan dalam storytelling sinematik. ( Look dan style film terbentuk oleh imajinasi, kesenian, dan kolaborasi dari SUTRADARA, DOP, dan PRODUCTION DESIGNER).  PRODUCTION DESIGNER bertanggung jawab meninterpretasikan skenario dan visi SUTRADARA atas film, dan mengartikannya secara visual sehingga aktor dapat mengembangkan karakter dan mempresentasikan ceritanya.  Dalam arti seluruhnya, proses dan aplikasi design produksi membuat pengadeganan dalam metafora visual, palette warna, arsitektural dan periode yang spesifik, lokasi, design dan set itu sendiri.  Ia juga berkoordinasi dengan kostum, makeup dan gaya rambut.  PRODUCTION DESIGNER harus menginterpretasikan dan mentransformasikan cerita, karakter dan tema naratif ke dalam gambar yang mencakup arsitektural, dekor, ruangan, tonalitas dan tekstur.  PRODUCTION DESIGNER menggunakan sketsa, ilustrasi, foto, model dan storyboard produksi untuk merencanakan setiap shot dari detail mikroskopik hingga makroskopik.  PRODUCTION DESIGNER adalah kepala dari ART DEPARTMENT. Sumber: LoBrutto, Vincent. The Filmmaker’s Guide to Production Design. Chapter 5: The Art Department, pp. 43-56. New York: Allworth Press, 2002. Tulisan ini dipublikasikan di Blog "Ma Vie est un Film" pada 31 Juli 2013 saat saya masih berusia 19 tahun. Beberapa kata yang kurang tepat / patut telah direvisi secukupnya tanpa menghilangkan keaslian cerita dan pemikiran saya di usia tersebut.

  • Workshop American Film Showcase (AFS)

    Beberapa waktu lalu, tepatnya tanggal 6-7 Februari 2014, gue dan 3 mahasiswa IKJ mendapatkan kesempatan untuk mewakili kampus dalam workshop film pendek dokumenter. Workshop ini dibintangi (cailah) oleh Richard Pearce dan Freida Mock dalam rangka acara American Film Showcase yang diadakan selama beberapa minggu di 4 kota besar di Indonesia. Acaranya cukup eksklusif karena setiap universitas hanya bisa mengirimkan 4 mahasiswa. Gimana ceritanya gue bisa terpilih ikut? Waktu itu, gue lagi membantu senior mengedit film dokumenter untuk acara launching buku Slamet Rahardjo, terus tiba-tiba dia tanya, "Sil, mau ikut workshop nggak? Diajak Mas German." "Workshop apa, Kak?" "Workshop bikin film," jawab senior gue. Kemudian tanpa ba-bi-bu-be-bo gue langsung jawab iya, padahal gue belum tau itu tanggal berapa, di mana, dan printilan lainnya. Yang gue pikirin saat itu adalah, "Apapun yang ditawarin dosen gue, pasti dahsyat dampaknya." Akhirnya setelah mengiyakan ajakan senior yang bernama Agni, gue baru dijelasin pretelan acara ini. Jadi ceritanya workshop -nya bakal full English gitu gara-gara pembicaranya sutradara Amerika. Terus acara ini disponsori oleh U.S. Embassy . Wah, gue semakin excited untuk ikut. Keesokan harinya, Mas German nge-LINE gue dan tanya, "Kamu mau ajak siapa dari angkatanmu untuk ikutan workshop ini juga?" Jujur aja, pertanyaan ini serem banget. Masalahnya temen gue banyak! Jadi temen yang mana yang harus gue ajak? Gue mencoba berpikir sejenak. Nama-nama yang terlintas di otak gue, waktu itu: Ghifar, Gill, Luthfi dan Juju. Mereka semua orang yang passionate soal film dan pengetahuannya banyak. Tapi gue cuma boleh pilih salah satu dari mereka. Akhirnya gue memutuskan untuk memilih Juju. Tapi gue felt guilty sama Luthfi karena gue yakin dia pasti seneng banget kalau denger pembicaranya orang Barat. HAHAHA... Ya, gue dan Luthfi itu pengen banget sekolah di luar negeri, jadi gue yakin dia bakal seneng kalau diajak. Yaudah, gue coba mengajukan 2 nama: Luthfi dan Juju. Biar Mas German yang pilih. Ternyata mereka berdua terpilih, dan jadilah kami satu tim! Kak Agni sebagai director , gue editor , Luthfi script writer , dan Juju cinematographer . Selanjutnya gue merasa berdosa karena nggak memilih Ghifar dan Gill. Yah, ini adalah pilihan yang sulit. Mohon maafkan daku kawan. Bersambung ke post berikutnya!

  • Bikin Ekskul Filmmaking di Tangerang

    Belum lama ini, g ue menawarkan diri ke sekolah lama gue, SMPK Sang Timur Karang Tengah buat bikin ekskul filmmaking . Seru kan? Gue sendiri yang ngajar. Gue sendiri yang bikin poster dan materinya. Gue sangat berharap jadwal kuliah semester 3 bersahabat sih. Gue bener-bener harus free setiap hari Sabtu buat ngajarin anak-anak SMP belajar bikin film pendek. Semoga materi gue bisa bikin mereka bersemangat untuk bikin yang lebih kreatif lagi. Terus hasil filmnya bakal dikompilasi dan di- screening ! Syukur-syukur bisa diikutkan festival film. Waktu gue upload posternya, attention netizen cukup heboh sih. Ada yang bilang, "Kok pas gue lulus baru ada?" Terus ada yang bilang, "Mau bantuin dong." Terus ada juga yang bilang, "Jadi pengen sekolah lagi..." Tapi dari semua komen itu, yang paling bikin ngeri adalah komen senior gue di kampus yang bilang, "Udah ngajar aja lo.." Yah kira-kira seperti itu, Gue jadi nggak enak. Err.. berasa gue belagu banget gitu. Baru semester 3 aja udah sok ngajarin anak orang. Padahal tugas film gue di kampus juga nggak kece-kece banget. Taappiiii... Yah namanya juga usaha. Kalau emang gue bisa bantu orang, why not ? Kan meskipun gue nggak pintar-pintar amat, anak-anak itu juga belum sepintar gue. Jadi itungannya tetep lebih pinter gue, hehe... Dan gue juga senang sekali mempersiapkan materi untuk mengajar. I'm super excited with my first day, next week! Tulisan ini awalnya dipublikasikan di Blog "Ma Vie est un Film" pada 15 Agustus 2013 saat saya masih berusia 19 tahun. Beberapa kata yang kurang tepat / patut telah direvisi secukupnya tanpa menghilangkan keaslian cerita dan pemikiran saya di usia tersebut.

  • Sidang Praktika Terpadu

    Nggak pake lama, langsung aja ya gue mau bahas soal sidang Praktika Terpadu kemarin pada tanggal 31 Januari 2015. Mungkin pada bingung nih, gue semester berapa sih? Kok udah sidang aja? Yak, jadi di kampus tercintah, ada empat hell gate yang mesti lo tempuh untuk lulus kuliah. Audisi Mayor Sidang Praktika Terpadu Stase Sidang Tugas Akhir Apaan tuh??? Yang pertama, Audisi Mayor itu penentuan lo mau jadi apa. Sutradarakah? Editorkah? Atau apaan? Itu pakai audisi. Audisinya ngapain? Tergantung pembimbing mayor masing-masing mau suruh lo ngapain. Yang kedua, Sidang Praktika Terpadu , nah itu yang baru aja gue lewatin. Di FFTV tuh ada mata kuliah namanya Praktika Terpadu (4 SKS). Tugas lo adalah bikin film berkelompok sama orang-orang yang dipilih secara random , dengan budget terbatas, dan syarat seabrek-abrek. Mostly ini kayak simulasinya Tugas Akhir (TA) cuman lebih susah (menurut gue). Nah, Praktika Terpadu itu jangan dikira cuma bikin pelem terus puterin dan kumpulin. Nggak, Bro, ini ribet banget. Lo mesti bikin laporan yang tebelnya bisa sampe 300 halaman dan difotokopi berkali-kali. Dalam mata kuliah ini sendiri ada tiga hell gate yang mesti lo tempuh: Script Conference Preview (tes gambar, warna dan suara) Sidang Praktika Terpadu Basically, Script Conference juga kayak sidang. Cuman di tahap ini film lo baru berupa ide dan desain konsep. Jadi lo mesti yakinin ketujuh pembimbing bahwa film lo tuh oks banget dan layak dijadiin film beneran. Ketujuh pembimbing yang harus diyakinkan adalah pembimbing penyutradaraan, produksi, penataan suara, editing, penataan kamera, skenario, dan penulisan. Yak, bahkan penulisan pun harus diperhatikan karena ini makalah serius banget. Setelah lolos Script Conference , lo bakal dikasih dana Rp6.000.000,00 dari pihak kampus untuk merealisasikan konsep film lo. Jadwal syuting semuanya ditentukan dari Koordinator Praktika Terpadu. Jadi semuanya terjadwal dengan rapi dan bikin deg-degan karena nggak fleksibel sama sekali. Banyak banget kasus talent nggak bisa dateng, padahal jadwalnya nggak boleh diubah-ubah. Soalnya ini berkenaan dengan penyewaan alat juga. Kan sewa alatnya bergilir dan mesti tukeran sama anak-anak yang mau TA. Setelah selesai syuting, balik lagi ke tahap pembimbingan. Kali ini anak editing sama suara mesti bolak-balik nemuin pembimbingnya buat kasih lihat hasil karya mereka. Nanti lo bakal dikomentarin, dikasih masukan dan tanda tangan. Setelah film lo dinyatakan almost done , lo bakal maju ke tahap Preview . Di sini film lo bakal diputer di proyektor besar. Jadi lo bisa lihat apakah warnanya sudah tepat, apakah gambarnya cukup jelas, suaranya kekencengan nggak, dll. Kalau para pembimbing lo bilang film lo udah oke, baru deh lo diizinkan ikut sidang. Nah, tiba di hari sidang! Semua mahasiswa Praktika Terpadu wajib mengenakan kemeja putih dan bawahan hitam. Di tahap ini film lo akan diputar dan ditonton oleh dosen penguji. Jadi tugas pembimbing udah selesai sampai tahap Preview , ini saatnya film lo diuji oleh para maestronya! Gue dan kawan-kawan bersyukur film IMPAS beneran bikin penonton ketawa. Jadi nggak salah nih kalau kami sebut film kami bergenre drama keluarga, komedi. Terus tibalah saatnya disidang. Kami duduk bertiga di depan para penguji. Pertanyaan pertama yang dilontarkan Bpk. Sam Sarumpaet adalah, "Kenapa kalian mengangkat tema Betawi?" DAG DIG DUG Kenapa ya? Yang jawab harus sang sutradara, karena itu pilihan cerita dia. Lah gua kan cuma editor aja. Terus temen gue karena deg-degan parah, agak ngalor-ngidul jawabnya. Sementara gue dan produser setengah panik juga. Hahaha... Pertanyaan demi pertanyaan pun diajukan buat kami bertiga, mulai dari pemilihan musik, lalu kenapa ini jadi seperti itu, kenapa itu jadi seperti ini, dst. Untunglah kami bisa menjawab dengan baik dan tidak terbata-bata. Banyak kesalahan yang kami buat di film itu, tapi gue optimis nilai buat kami tetep bagus, karena overall it wasn't a big problem. (Baris belakang, kiri ke kanan) Wazna Rahmi, Sam Sarumpaet, Gerzon R.A., Subagio B., Sentot Sahid Akhir sidang, kami ngajak semua penguji dan koordinator untuk foto bareng. Jeng-jeng! Inilah kelompok 24 dengan filmnya yang berjudul IMPAS! Film pendeknya bisa kamu saksikan di YouTube berikut ini:

!
Widget Didn’t Load
Check your internet and refresh this page.
If that doesn’t work, contact us.
  • Threads
  • Instagram
  • LinkedIn
  • YouTube
bottom of page