
Search Results
174 hasil ditemukan dengan pencarian kosong
- Tugas Kuliah Dasar Fotografi: Kisah PSK
PSK, o bviously it sounds like a bad acronym, but I'm not referring to that acronym . So I mean it as Pelabuhan Sunda Kelapa, a harbour in the north of Jakarta. Last Sunday (12/09) I went there with Putry and Try. Kita ke sana dengan tujuan menyelesaikan tugas Dasar Fotografi yang ke-3. Kayaknya ini pelajaran yang paling seru deh, setelah kemarin membuat photogram dan pinhole camera , sekarang belajar menggunakan kamera DSLR. Dosennya minta kita dateng ke PSK jam 5 pagi. Waduh, agak susah ya karena kita nggak punya kendaraan pribadi. Sebagai 3 anak perantau yang nggak tau jalan, gue sok tahu ngajak naik Transjakarta. Hasilnya? Telat 2 jam. ( Seriously, f*ck that bus.) Gue bikin 3 tips penting buat kalian yang mau hunting . Selain yang pasti persiapkan kamera, lo wajib juga pakai kostum yang benar. PSK is a tough place. Debu beterbangan, asap mengepul, keringat bercucuran, bener-bener nggak mungkin lo pulang dengan wajah kinclong. Tips kedua, menurut gue lo harus berani menjelajah. Jangan diem di satu tempat aja. Gue butuh 2 hari untuk menyelesaikan tugas ini. Hari pertama mostly trying to understand this place; observing. Hari ke-2 karena udah tau medannya, gue mulai tau harus mangkal di mana. Kebetulan tugas gue ada 6 soal: Capture 6 photos that contains these techniques: freeze, motion blur, panning, selective focus, hyperfocal focus, and silhouette. Meskipun gue suruh lo menjelajah, tapi kalo lo menjelajah terus, you might lose "the moment". Sometimes you should just stand and wait for "the moment" to come and to be captured. :) Ketiga, sabar. Memenuhi 6 syarat yang diminta dosen bukan easy task , apalagi bikin foto panning . Beuh, mesti nunggu ada yang lewat dulu. Belum lagi kalau setting -an kamera kita salah. Nanti gue jelasin cara dapetin 6 teknik di atas di post berikutnya. Udah deh, segitu doang tips gue buat hunting . Yang pasti ekspedisi ke PSK sukses nambahin jerawat sama pegal linu! Hahaha... Tapi seru sih, naik-naik ke atas kapal, cari objek foto, ngobrol, kelilipan... Ups, yang satu ini nggak banget deh. Gue kelilipan pasir putih sampe nangis! Kelilipan kali ini bukan kelilipan biasa. Gue butuh waktu 1 jam buat ngeluarin pasir laknat itu dari mata gua. Ceritanya gue lagi jalan, eh tiba-tiba kelilipan. Udah gitu doang. Semua terjadi begitu cepat. Rasanya pedih banget dan gue langsung buta sebelah. Gue mencoba berjalan sambil menutup mata kanan gue yang kelilipan . Sambil air mata bercucuran, gue terus berjalan mencari Putri dan Try. Sial, mereka sudah jauh di depan. Ahkirnya gue berhasil memanggil Putri. Gue minta tolong agar ditiup. Aww.. so sweet sekali di antara debu dan pasir beterbangan, Putri meniup-niup mata gue. Sayangnya it didn't work . Sampai akhirnya kami dihampiri seorang ABK ( Anak Buah Kapal ), "Dek, ke rumah saya aja di depan. Saya punya obat tetes mata." Kami menolak ajakan itu karena rumahnya jauh. Lalu gue duduk di warung dan megap-megap. I thought I was gonna be blind forever. Seriously it freaked me out. Setelah beberapa lama akhirnya gue sadar kalau pasirnya tuh nyelip di kelopak atas, bukan di bawah ( DAMN! ). Jadi setelah beberapa attempts, I finally made it! Thanks to Putri Windah yang selalu tau how to deal with things. Setelah pasir laknat itu pergi, gue pun kembali hunting bersama para gadis Kali Pasir. :-* Anyway, hunting gue di hari ke-2 gue naik Kopamilet 02 dari Senen. Nggak lagi deh naik Transjakarta. Sudah busnya lama datengnya, jarak deket jadi berasa jauh. Sangat tidak efektif. Oh iya, satu pesan lagi dari gue jangan hunting foto di atas jam 10 pagi soalnya matahari mulai mengarah ke atas kepala. Masalahnya bukan cuma panas, tapi juga memperburuk foto. Ketika bayangan tepat berada di bawah objek, foto jadi terang semua, nggak ada dimensi, lo nggak bisa bikin foto silhouette . Nggak bisa explore technique . Nggak seru. Makanya bangun pagi. Apalagi kalau nggak hujan, wih awan cantik sekali jam 6 pagi! Tulisan ini awalnya dipublikasikan di Blog "Ma Vie est un Film" pada 15 Desember 2012 saat saya masih berusia 18 tahun. Beberapa kata yang kurang tepat / patut telah direvisi secukupnya tanpa menghilangkan keaslian cerita dan pemikiran saya di usia tersebut.
- Tahapan Membuat Film
Gimana sih caranya bikin film yang proper ? Apa sajakah istilahnya dan bagaimana tahapan atau workflow -nya? Berikut penjelasannya. 1. Development (Pengembangan Ide) Bikin film yang ideal nggak cuma sekadar ngambil kamera, ngerekam, terus diedit dan publish. It's moooree than that! Tahap pertama sebenarnya tidak melibatkan kamera sama sekali. What you need to do is just sit down, relax, and discuss the 'idea' that you wanna talk about. Apa yang ingin lu sampaikan pada dunia? Itulah yang kami sebut dengan 'ide'. Misalnya lu mau bilang, "Gue ingin menyampaikan pada dunia, bahwa cinta itu buta. Maka 'cinta itu buta' adalah ide film lo." Tahap ini biasanya hanya dilalui oleh produser, sutradara dan penulis skenario ( triangle system ). Pada umumnya, produser yang punya ide, terus dia cari sutradara yang cocok dengan idenya. Baru kemudian produser mencari penulis skenario yang bisa mengembangkan ide tersebut menjadi skenario film (screenplay). Tapi tidak ada aturan baku tentang hal ini. Bisa saja ide datang dari sutradara, atau dari bapak-bapak yang duduk di 7-11 dan tiba-tiba mengajakmu mengobrol. Yang penting, dalam tahap ini, produser telah menemukan siapa yang akan menjadi sutradara dan penulis skenario. Ingat pula bahwa ketiga profesi ini boleh dikerjakan oleh satu orang yang sama (dan biasanya disebut sebagai auteur filmmaker ). Setelah ide telah dikembangkan menjadi sebuah skenario, maka inilah saatnya memulai tahap pra-produksi! 2. Pre-Production (Pra-Produksi) Tahapan ini dimulai sejak final draft skenario telah di tangan dan siap dipecah-belah. Biasanya kami memulai tahapan ini dengan istilah ' breakdown skenario'. Artinya sang sutradara akan menganalisis skenario tersebut ke dalam berbagai aspek: 2.1. Analisis pesan/ide dan membuat director's statement Sutradara menganalisis pesan di balik cerita dan memaparkan harapan serta keinginannya dalam membuat film. Alasan sang sutradara mengangkat topik tersebut biasa disebut sebagai director's statement. 2.2. Analisis film form Sutradara menganalisis bentuk cerita dalam filmnya. Apakah tergolong dalam bentuk naratif atau non-naratif? Apakah mengikuti struktur sinema Hollywood klasik atau struktur lainnya? Apa sajakah pesan-pesan dalam cerita tersebut secara implisit, eksplisit, dst. 2.3. Analisis film style Berdasarkan hasil analisis cerita di atas, kini sutradara bisa menentukan aspek teknis yang sesuai untuk menyampaikan filmnya. Aspek-aspek teknis tersebut, menurut David Bordwell dalam buku Film Art: An Introduction 8th Edition dapat dibagi ke dalam 4 aspek: 2.3.1. Mise-en-scène Dalam Bahasa Prancis, mise-en-scène (dibaca mis-an-sen) adalah istilah dalam dunia teater yang memiliki arti "meletakkan sesuatu ke dalam scene," namun dalam dunia film, mise-en-scène merujuk pada kuasa sutradara dalam mengatur apa saja yang nampak dalam frame film. Hal-hal yang nampak dalam frame adalah sebagai berikut: Karakter . Sutradara harus menganalisis semua karakternya tidak hanya secara fisiologis (fisik), namun juga psikologis. Serta menentukan akting yang seperti apa yang dibutuhkan untuk film tersebut. Naturaliskah? Ekspresioniskah? Makeup, hair style , dan efek spesial (bila ada). Pada adegan tertentu, wajah aktor seperti apa yang ingin diperlihatkan pada penonton? Wajah lelah? Wajah yang garang? Semua itu bisa dicapai tidak hanya melalui akting, tetapi juga dari makeup! Sekadar informasi, apabila kamu ingin aktormu terlihat lebih tegas dan garang, kamu bisa menebalkan alis matanya lebih gelap dan tajam. Apabila ada adegan aktor terluka dan semacamnya, sutradara juga perlu memperjelas luka macam apa yang ingin dicapai. Ingat, kata "terluka dipukul" tidak memberikan gambaran yang jelas. Sutradara perlu menentukan apakah lukanya benar-benar dalam sampai keluar nanah, atau hanya garis merah, dll. Wardrobe . Wardrobe artinya kostum, ya situ taulah ya kenapa ini juga penting. Setting . Sama seperti dalam teater, setting juga berarti lokasi adegan terjadi. Bila dalam skenario ada adegan dalam kafe, maka sutradara yang perlu memperjelas visual kafe seperti apa, serta mengapa harus kafe yang seperti itu yang ditampilkan dalam film. Properti . Dalam setiap lokasi, pasti ada barang-barangnya dong? Barang-barang inilah yang disebut properti atau disingkat props. Biasanya props akan dibagi lagi menjadi props ruangan dan hand props . Props ruangan artinya props yang berhubungan dengan logika ruangan bersangkutan (misalnya setting coffee shop , ya berarti butuh alat penggiling kopi), sementara hand props artinya properti yang akan dipegang oleh aktor. 2.3.2. Sinematografi Dalam aspek ini, sutradara memberikan gambaran type of shot , komposisi gambar, dan pencahayaan yang ingin dicapai untuk film tersebut. Salah satu set dalam film TA gue 2.3.3. Editing Setup editing budget minim 2.3.4. Suara Sisanya editing dan suara nggak usah gue jelasinlah ya. Pokoknya setelah sutradara selesai make up his mind dan membuat konsep penyutradaraan di atas, barulah produser bisa melakukan estimasi anggaran dan mencari kru yang tepat untuk produksi film tersebut. Pencarian kru pasti dimulai dari mencari chief per divisi. Kalau sudah dapat kaptennya ( chief ), barulah pekerjaan pra-produksi yang sebenarnya dimulai. Para chief berikutnya akan membaca konsep penyutradaraan di atas dan mulai mengembangkan konsep divisi mereka menjadi lebih mendalam, jelas, sesuai dan menarik. Setelah terjadi kesepakatan bersama sutradara dan produser, barulah semua chief mulai mempersiapkan konsep ke dalam bentuk nyata. Misalnya dalam divisi artistik, mereka mulai menyiapkan kostum, alat makeup, props, dll. Sementara divisi penyutradaraan mulai mencari aktor, divisi kamera mulai menyiapkan kamera dan peralatan pendukungnya, dan begitu pula dengan divisi editing serta suara. Dalam setiap divisi ini, jumlah pekerjanya bisa mencapai puluhan orang untuk sebuah film layar lebar. Kalau kamu mau tahu lebih mendalam soal pilihan profesi dalam setiap divisi, silakan kamu Google sendiri atau cari buku-buku terkait yah. Ketika semua persiapan sudah siap dieksekusi, masuklah kita ke tahap berikutnya! 3. Production/Shooting (Produksi/Syuting) Pada tahap ini, semua divisi telah siap mengeksekusi konsepnya. Durasi syuting biasanya antara 2 hari hingga berbulan-bulan, tergantung kebutuhan masing-masing tim produksi. Tapi yang pasti sih selalu diusahakan seminim mungkin karena biayanya super mahal! 4. Post-Production (Pasca-Produksi) Setelah gambar dan suara telah dikumpulkan, masuklah kita ke tahap peracikan! Film akan diedit oleh seorang film editor hingga mencapai tahap picture lock (tahap di mana gambar tidak akan diubah lagi). Sehingga setelah itu sound designer, visual effect artist, colorist , dan lainnya dapat mulai bekerja. Setelah semua gambar dan suara sudah diperbaiki oleh masing-masing divisi, semuanya akan dikembalikan pada film editor untuk disatukan. Hasilnya disebut married print dan siap menempuh tahap mastering agar dapat diputar di bioskop atau tempat pemutaran lainnya. 5. Distribusi dan Promosi Tahap terakhir ini tidak kalah penting dari tahap lainnya. Kalau dananya sudah keburu habis di produksi, akan sangat sulit membuat film ini dikenal karena promosi di tahap akhir pun tetaplah penting. Demikian tahapan pembuatan film secara garis besar! Semoga semakin terbayang ya betapa sulitnya membuat film dan apalagi film yang bagus!
- Nonton Murah di Taipei
Bosen? Nggak pengen keluar duit banyak? Tapi nggak mau stuck di kosan? Kemaren gue baru tau kalau ada bioskop muyah-meyiah di Taipei ( and actually in some other cities too )! Bioskop ini memutarkan 8-9 film dan kamu cukup beli tiket satu kali untuk menonton semua filmnya! Gila kan? Gila kaann? Nama bioskop ini adalah Nǎn Shān Xìyuàn (湳山戲院) artinya secara harafiah bisa jadi teater Gunung Selatan. ( Funny enough, even Taiwanese belum tentu tahu kalau bioskop ini eksis.) Teater ini berlokasi di dekat Stasiun Xinyi, deket banget sama Taipei 101, apalagi dari Dongmen (tempat ane tinggal). Aku kemaren tinggal naik YouBike 10 menit nyampe deh. Kalau dari Taipei 101 juga tinggal jalan kaki 8-10 menit nyampe. Lokasinya emang agak nyelip di perumahan, tapi nggak jauh dan kamu bisa relying on Gmaps. Dalam bioskop ini kamu cukup membayar NT$ 140 (kalau dirupiahkan sekitar IDR 57,400) lalu kamu akan mendapatkan tiket kertas berwarna biru yang akan disobek-sobek sama ibu petugas di depan matamu, terus udah deh, kamu dipersilakan keluar-masuk studio manapun sesuka hati. Teater ini memiliki 4 studio A, B, C, dan D yang akan memutarkan 8-9 film berulang kali dan dengan subtitle Mandarin. But rest assured , film yang diputar mostly adalah film Hollywood produksi 2-3 bulan yang lalu. Jadi untung banget kalau kemaren belum sempet nonton! Seperti yang kamu lihat di atas ya, jadwalnya semua dalam Bahasa Mandarin. Jadi kayak gitu tuh kebiasaan orang Taiwan, judul mau Inggris kek, Jepang kek, Korea kek, semuanya diartikan ke dalam Bahasa Mandarin. Buat kamu yang belum jago, tenang aja kamu bisa Google jadwal pemutaran filmnya kok, nanti ada versi Inggrisnya. Atau bisa juga lihat poster filmnya di depan dan cocokkan judul mandarinnya dengan yang ada di papan jadwal. Di dalam bioskop juga jadwal ditempel di mana-mana udah kayak pengumuman nilai sekolah. TIPS Dalam teater ini nggak banyak jual makanan unyu. Cuma ada popcorn sama chiki-chikian, jadi bawalah makanan sebanyak-banyaknya sebelum kamu masuk. Kalau minuman bisa beli di vending machine . Tapi aku sarankan tetap beli di luar soalnya jarak antara 1 film ke film lainnya cuma 10 menit, jadi nggak bakal cukup buat keluar dan beli makan di warung. Tapi kalau kamu tetep mau keluar juga nggak apa. Tangan kamu bakal dikasih cap nggak jelas buat bolak-balik studio. Oh ya, jangan lupa juga bawa tissue, soalnya toiletnya nggak sediain air maupun tissue ( goodbye sanitation! ). FASILITAS Dengan membayar NT$ 140, kamu bisa pilih kursi sesuka hati dan di studio manapun. Studio A merupakan studio terbesar dan terletak di lantai 2. Besarnya sebesar kebanyakan studio 1 di 21Cineplex Jakarta. Tingkat kebersihan bioskop ini juga oke kok. Gue sih nggak menemukan masalah waktu itu. Audio system is definitely better than your laptop. Kalau kamu udah capek nonton, kamu juga bisa duduk-duduk di lounge sama bapak-bapak atau ibu-ibu di lantai 2. ( Btw, yes, this bioskop is mostly visited by older generation on weekdays ). Salah satu hal yang aku suka dari bioskop ini adalah ketika mereka tidak mematikan film sebelum credits -nya selesai. Jujur, gue kesel banget kalau 21cineplex di Jakarta matiin film sebelum end credits selesai. Lo kira yang bikin film some magical creatures hah?! Pay respect to the filmmakers, gaesss! Bikin film itu syusyah loh. Waktu itu (9/8) gue datang jam 12 siang, dapet nonton 3 film: 1. Florence Foster Jenkins (2016) 2. Alice Through The Looking Glass (2016) 3. Un Homme à la Hauteur (2016) Dua film pertama okelah, audio Inggris, gampang buat gue. Film ketiga dong, eng ing eng BAHASA PRANCIS SUBTITLE MANDARIN! Mati. Masalahnya gue asal masuk studio aja, yang penting gue nggak nungguin kelamaan gitu. Jadi gue juga random banget, nggak tahu film apa yang akan diputar. Eh taunya... Sepanjang film gue nguap-nguap. Kadang sok ketawa juga pas penonton lain ketawa. Tapi gue nangkep inti filmnya bahwa cinta nggak mandang fisik sih. Itu ceritanya si protagonis (wanita tinggi nan cantik) ketemu cowok pendek banget 136 cm dan dia tetep suka meskipun berbagai orang ngomongin di belakang. Sekian deh Petualangan Caecilia ke bioskop tua nan murah di Taipei! (Eh, bentar lagi aku pulang ke Indonesia loh...)
- CinemadaMare 2018: Perlu Bawa Apa?
Ini saranku untuk survive di Italia selama 3 bulan. Menurutku, yang paling penting diingat adalah jangan bawa baju kebanyakan, karena kamu pasti akan dapat kaos gratis dan belanja-belanji. Lebih baik fokus di peralatan yang lebih murah dibeli dan dibawa dari Indonesia. Mari kita mulai dari yang paling penting sampai penting nggak penting. (Untuk peralatan elektronik seperti HP, kamera, dan laptop tidak perlu kucantumkan ya). Untuk kasur dan sleeping bag disediakan dari panitia. PRIMARY Pakaian: 2 kaos 2 kemeja santai 3 tank top 1 dress 1 cardigan/sweater 1 set pakaian tidur. FYI, biasanya cewek-cewek nggak pakai bra dan yang cowok cuma pakai kolor. Jadi nggak perlu terlalu pusing dengan pakaian tidur. Tapi gue pribadi bawa piyama panjang karena malam di sini suka dingin!!! 1 jaket tebel (kalau malam bisa sampai 15°) 1 celana jeans panjang 1 celana jeans pendek 1 celana panjang kain katun 1 celana pendek kain katun 1 celana olah raga Untuk pakaian dalam, silakan pikirkan untuk 7 hari. Biasanya di hari ke-5 anak-anak pada laundry , atau cuci sendiri di toilet 1 sepatu nyaman (kamu akan jalan kaki setiap hari minimal 4 km) 1 sandal jepit/sandal gunung (untuk ke toilet, pantai dan naik bukit) Perlengkapan: 1 handuk medium (kalau kebesaran, susah jemurnya) peralatan mandi (beli di Itali juga murah kok) 1 gunting kuku 1 cermin (WAJIB! Karena nggak akan ada cermin di sini) 1 lotion pelembab karena kulit lo dijamin bakal kering dan mengelupas nggak karuan 1 sunblock lotion , karena panasnya suka nggak karuan juga 1 lip balm , karena bibir lo juga PASTI bakal pecah-pecah dan itu sakit Obat-obatan (mulai dari anti nyamuk, jerawat hingga obat tetes mata, semuanya penting banget. Medannya keras, bos. Jangan main-main sama kesehatan. Di sini susah cari dokter yang bisa Bahasa Inggris.) 1 bantal kecil 1 sunglasses , karena teriknya luar biasa 1 tas daypack yang nyaman buat membawa paspor, kamera, HP dan botol minum 1 map untuk menyimpan semua kertas-kertas perjalanan dan kegiatan Beberapa plastik dengan zipper untuk menyimpan makanan, baju kotor, apapun! Ingat, yang pakai zipper ! Peralatan makan: 1 botol minum 1 cangkir tahan panas (kalau mau bikin kopi atau susu hangat) 1 mangkuk/kotak Tupperware buat makan 1 set peralatan makan 1 pisau kecil buat masak kilat 1 gunting Situasi tempat tidurku selama 3 bulan SECONDARY Barang-barang penting, tapi nggak penting juga sebenarnya: 1 botol Bon cabe, siapa tahu rindu cabe dari kampung halaman Beberapa bungkus Indomie Beberapa bungkus kopi/teh bila kamu suka Gula, kalau kamu butuh bikin kopi manis Garam, untuk ditabur di salad yang pahit (tapi beli di Italia juga murah kok, cuman harus beli 1 kotak besar) 1 dompet khusus buat duit recehan 1 terminal karena kamu akan berebutan stop kontak dengan yang lain 1 headset dan sekumpulan lagu yang bisa didengarkan offline 1 penutup telinga apabila kamu nggak bisa tidur dengan suara berisik 1 penutup mata untuk membantumu tidur Buku bacaan, karena kadang kamu nggak tahu mau ngapain, nggak punya WI-FI dan terlalu lelah keluar atau berinteraksi dengan orang sekitar 1 kacamata renang, kalau kamu mau berenang di pantai Beberapa jepitan baju, supaya pas menjemur, bajunya nggak terbang ke mana-mana ADDITIONAL Barang yang penting nggak penting, tapi kayaknya enak juga kalau dibawa: 1 sprei untuk single bed 1 kompor listrik 1 penggorengan atau panci kecil 1 termos listrik 1 rice cooker kecil Beberapa kotak rokok & lighter karena rokok di sini mahal pisan ! Beberapa property syuting yang pasti berguna adalah pistol bohongan, alat pembuat gelembung sabun, topi dan kostum kantoran. Itu dia barang-barang yang seandainya kuketahui sebelum berangkat! Semoga berguna bagi cidiemmini (sebutan bagi peserta CinemadaMare) berikutnya!
- Visa Belajar Bahasa - Taiwan
Gugup. Ini pertama kalinya saya membuat visa Taiwan. Saya memang sudah sering ke luar negeri dan sudah pernah ke Taiwan. Tapi selama ini yang urus kalau bukan sekolah, kakak, ya paling negara bebas visa. Jadi nggak pernah tuh pusing mempersiapkan ini-itu. Kali ini saya urus semuanya sendiri untuk mendapatkan visa kursus Bahasa Mandarin di Taiwan. Mari, saya bahas cara dan pengalaman saya menempuh semua ujian ini! Syarat utama pembuatan visa Belajar Bahasa tahun 2024 bisa dibaca di sini: https://www.roc-taiwan.org/id_id/post/189.html Pilih nomor 10. Visa Belajar Bahasa Mengisi formulir aplikasi melalui website https://visawebapp.boca.gov.tw kemudian diprint dan ditandatangani basah (tidak boleh tanda tangan digital). 1 Fotokopi KK Indonesia atau Fotokopi ITAS/ITAP. 1 Paspor Asli dan 1 Fotokopi Paspor (halaman data saja) dengan syarat paspor harus berlaku 6 bulan ke atas. Jika kamu pernah keluar-masuk China di paspor lama dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, saya sarankan bawa serta paspor lama. 2 lembar pasfoto berwarna dengan latar belakang putih ukuran 4 x 6 (3 bulan terakhir). Surat keterangan kerja (jika ada). Bukti keuangan (transaksi 6 bulan terakhir dengan saldo minimum rata-rata USD 3,000 atau lebih). Sekolah di Taiwan harus terdaftar di Kemenderian Pendidikan di Taiwan https://depart.moe.edu.tw/ed2500/News.aspx?n=B9C5E550F0D6C668&sms=141E0BD754235129 Surat penerimaan dari sekolah di Taiwan (1 asli + 1 fotokopi, setelah proses visa selesai, dokumen asli akan dikembalikan). Ijazah dan transkrip nilai terakhir (asli+ 1 fotokopi, setelah proses visa selesai, dokumen asli akan dikembalikan). Bukti asli pembayaran sekolah bahasa (jika ada). Pemohon yang bukan pertama kali mengajukan visa belajar Bahasa wajib melampirkan transkip nilai dan absensi semester sebelumnya (1 asli + 1 fotokopi, setelah proses visa selesai, dokumen asli akan dikembalikan). Kedengarannya simpel ya. Ternyata, saya punya beberapa masalah saat membuat visa di tahun 2016: Saya nggak ngerti saya harus pilih jenis visa yang mana. Websitenya waktu itu kurang jelas; Saya nggak ngerti rekening tabungannya harus dicetak langsung oleh bank atau boleh internet banking , atau bagaimana; dan Saya sudah lulus tapi belum punya ijazah, terus saya bingung harus pakai bahasa apa. Kampus saya nggak punya jasa penerjemahan ke Bahasa Inggris. Sialnya, saya nggak tau mesti tanya siapa. Saya bisa saja telepon TETO, tapi entah kenapa saya takut dan malas menanyakan hal detail seperti itu. Jadi yaudah deh, saya tabrak lari aja. Masalah pertama saya selesaikan dengan MENEKAN TOMBOL SEMUA JENIS VISA. Ya, saya cobain satu-satu, karena toh salah juga nggak bakal dihukum siapa-siapa. Akhirnya saya mengerti bahwa saat pertama kali masuk ke website , saya harus pilih general application untuk membuat visitor visa dengan tujuan study. Oh, I learnt it the hard way. Masalah kedua, waktu itu saya pinjam buku tabungan papi karena duit saya sudah mau habis buat bayar uang kursus. Jadilah doi mengirimkan saya internet banking dia di 1 bulan terakhir, which was May . Ternyata saat saya kumpulkan ke petugas, cetakan internet banking yang saya print sendiri diterima, tapi tetap harus menyertakan buku tabungan asli, which I didn't bring it! Akhirnya saya dijadwalkan interview dengan nomor urutan 33 untuk menunjukkan buku tabungan yang tertinggal itu. Masalah ketiga, saya selesaikan dengan meminta surat keterangan dari kampus yang menyatakan bahwa ijazah saya masih dalam proses pembuatan. Ijazah dan transkrip saya sertakan agar lebih dipercaya dan tidak saya terjemahkan ke Bahasa Inggris. Soalnya saya pikir ini kan cuma untuk les bahasa, masak seribet itu. Beda kalau applying untuk kuliah di Taiwan ya pasti harus diterjemahkan dan dilegalisir institusi negara. Masalah keempat, sebenarnya bukan masalah sih. Cuma sebel aja kok di website resmi TETO bilangnya visa kursus bahasa seharga Rp460.000,00 ternyata pas saya daftar biayanya Rp650.000,00. Ini salah saya karena nggak bawa buku tabungan apa emang websitenya kurang update? Sekian deh proses persiapan pembuatan visa saya. Waktu mengumpulkan semua dokumen itu, pastikan kamu membawa semua lembaran ASLI ya! Jangan ngulangin kesalahan saya. Nanti yang lembaran asli akan dikembalikan kok. Mengenai interview , petugas akan mengabari saya lagi untuk membicarakan tanggalnya. Tapi ternyata keesokan harinya saya langsung dihubungi dan dikabarkan bahwa visa saya sudah jadi! Yeay! Saya nggak jadi interview . Proses visa selesai dalam 1 hari. Mantaplah, I'm coming , Taiwan!
- Colpo di Fulmine
Loh, nggak terasa sudah sebulan berlalu? Anyway , ini film minggu lalu yang kita kerjakan di Potenza. Makin lama CinemadaMare makin menantang nih! Biasanya deadline hari Sabtu, sekarang dipercepat ke Jumat. Jadi bayangin aja, kita cuma punya waktu 5 hari untuk bikin film pendek! Film Colpo di Fulmine yang aku kira sampah ini ternyata menang best film of the week , dan membuat Viktor sang sutradara menang 3 kali berturut-turut sejak 3 minggu lalu. Lumayan kaget banget. Setelah beberapa minggu ini berlalu, mulai terasa jenuh dan pengen kabur menyendiri. Tapi nggak tau mau ke mana, dan nggak mau repot keluar duit juga. Hahaha... Jadilah aku masih di sini bersama tim yang sama dan rutinitas yang sama. Mungkin yang semakin berbeda adalah hubungan antara aku dan lainnya, karena kita semakin akrab. Kemarin misalnya, tiba-tiba Viktor, Cecile dan Charbel ngide untuk tidur di bawah bintang-bintang malam. Cantik sih, sambil menikmati bintang jatuh dan lagu-lagu Bulgaria, tidur bersama angin sepoi-sepoi. Malam itu kita bercerita banyak tentang kebudayaan dari keluarga masing-masing. Ada yang ayahnya tajir banget tapi anaknya nggak mau manja, ada yang keluarganya miskin banget sampai dia harus berjuang mapan. Sementara aku, menceritakan bagaimana konservatifnya Indonesia soal agama dan gender roles . "Cil, lo kan editor bagus, udah nggak usah pulang ke Indonesia. Pindah aja ke Lebanon, masuk koper gue. Nggak akan ada yang ngecek, nggak ada yang peduli!" sahut Charbel bercanda dengan aksen Inggris-Arab yang kental. "Nggak, nggak usah ke Lebanon, nikah aja sama gue. Kita pindah ke Bulgaria, tinggal di flat gue. Tapi lo harus bersihin flat -nya, nanti setiap pagi gue siapin sarapan dan gue ajarin Bahasa Bulgaria. Gue kerja jadi director , lo di 'dapur' editing," Viktor si anak Bulgaria cekikikan bersama Cecile si Prancis yang cantik banget. Charbel yang berbadan besar pun menimpali, "Iya, Cil, lo nikahin aja cowok Bulgaria, yang mana saja deh. Habis CinemadaMare nggak usah pulang! Gue bayarin tiket lo ke sana." "Ke Bulgaria cuma €19 loh!" "Yang bener lo?!" tanya Charbel. "Beneran! Cil, besok beli! Buru!" Malam itu aku hanya bisa terngakak-ngakak, nggak tahu mau jawab apa. Kalau memang ada kesempatan kerja di Eropa, ya menarik sih. Tapi kalau nggak ada, nggak apa-apa juga, aku akan kembali ke Bali dan melanjutkan segala projek yang lama tertunda. Ngomong-ngomong, aku mulai rindu rumah :")
- CinemadaMare 2018: Festival Apa Ini?
Bagi para manusia umur 18 tahun sampai tak terbatas, suka film, suka jalan-jalan dan berani keluar dari zona nyaman, aku rekomendasi banget ikutan Festival Film CinemadaMare di Italia. Kalian bisa mendaftar di https://www.cinemadamare.com/en/ . Sebagai gambaran umum, festival ini sebenarnya lebih kayak summer camp atau acara jalan-jalan ketimbang bikin film. Jadi menurut aku, nggak usah terlalu dianggap serius dan nggak usah ekspektasi ketinggian. Acara ini mengharuskanmu ikut selama minimal 3 minggu , memiliki kemampuan filmmaking meskipun tidak profesional, dan memiliki kemampuan finansial yang cukup untuk membiayai pesawat PP dari negara asal dan konsumsi pribadi selama berada di Italia. Pihak festival akan menyediakan perizinan syuting, masterclass dengan filmmaker Eropa, akomodasi seadanya, transportasi dari satu kota ke kota lainnya, dan tempat tidur di kasur tiup serta sleeping bag . Di post berikutnya aku akan berikan tips barang-barang yang wajib dibawa untuk survive! Ngapain aja sih di CinemadaMare? Setiap minggunya kamu akan bekerjasama dengan siapapun yang kamu mau, untuk memproduksi film sebanyak yang kamu mau , tapi semuanya harus ditampilkan tepat waktu pada hari Sabtu jam 6 sore. Kamu boleh pilih mau jadi sutradara, produser, editor, apapun, yang penting kamu bisa bekerja dalam tim. Dan ingat, timnya akan terdiri dari berbagai manusia dari berbagai negara. Kebanyakan sudah berumur 24 tahun ke atas (sampai 40 tahun juga ada), tapi ada juga yang masih remaja. Kalau kamu mendaftarkan diri sebagai film editor , siap-siap setiap minggunya semua sutradara pasti akan mencarimu, bahkan booking dirimu dari 1-2 minggu sebelum. Kayak apa orang-orang yang ikut? Mayoritas yang ikut di sini bukanlah profesional (bahkan tidak semuanya bisa berbahasa Inggris)! Mereka adalah orang yang memang suka dengan film, tapi masih galau mau jadi apa karena di Eropa susah cari kerja. Sementara beberapanya lagi benar-benar profesional dan karyanya super amazing . Kamu bisa belajar banyak tentang kerjasama, kebudayaan, dan pembuatan film itu sendiri di festival ini. Oh iya berhubung pesertanya adalah orang seni, jangan kaget kalau akan banyak orang aneh. Ada yang bipolar , pendiam, otaku , nggak waras, creepy , pemarah, narsis, dan ada pula yang suka teriak-teriak kata kasar dalam bahasa negaranya sendiri di jalan! Sebenarnya lucu sih, tapi hati-hati juga ketika deadline semakin dekat dan semua orang mulai kelelahan, siap-siap panas-panasan dan berantem. Kalau kamu orangnya nggak sabaran, belajarlah jadi sabar. Soalnya nggak mungkin banget musuhan di dalam festival ini. (Mengingat kalian akan tidur bareng selama 3 bulan, hmm.. kayaknya nggak banget berantem.) Festival ini diadakan setiap tahun di sekitar bulan Juni-September. Jadi mendaftarlah di bulan April atau Mei dan pilih sendiri tanggal yang kamu suka. Tips: datanglah di hari Minggu sehingga kamu punya waktu untuk berkenalan dan bergabung dalam tim produksi. Kalau kamu datang di hari Senin-Jumat, kemungkinan besar anak-anak ini sudah berkelompok dan tidak akan mencari orang tambahan. Kalau masih ada pertanyaan, jangan segan untuk bertanya ke panitia.
- Gala Premiere "Chrisye" & Meletusnya Gunung Agung
Suatu sore yang indah di Bali, aku mendapat ajakan gembira dari Bang Inal, The Organism. Beliau tiba-tiba mengajakku, "Cil, dateng dong premiere -nya Chrisye tanggal 1 Desember ini di Epicentrum!" dan aku pun tersenyum, tertawa, terharu. Tidak sangka tiket PP Denpasar - Jakarta yang sudah kubeli sejak lama, pas sekali dengan tanggal premiere Chrisye (yass! Jadi tidak perlu reschedule! ). Aku terbayang kembali perjuangan mengedit film Chrisye kemarin, saat aku salah potong, diajarin cara mengedit lagi, revisi sana-sini, menontonnya berkali-kali untuk mengecek, hingga akhirnya pindah ke Bali dan lama melupakan projek tersebut lantaran jadwal rilisnya mundur terus dari September hingga ke Desember. Meskipun demikian, aku sangat bangga, satu lagi goal dalam hidupku terwujud: ingin mengedit film layar lebar (meskipun baru sebagai asisten). Tiket pesawat yang kubeli sudah ada di smartphone . Aku siap untuk berangkat ke Jakarta tanggal 29 November jam 12 siang. Sialnya, Bandara Ngurah Rai belum kunjung dibuka sejak dimulainya aktivitas Gunung Agung sehingga penerbanganku pun di- cancel . Sekitar 120.000 turis lainnya ikut terjebak di pulau dewata ini. Aku mulai putus asa. Tiba-tiba Beli Komang meneleponku, "Halo Cil, penerbanganmu bagaimana?" "Ya begitulah, Beli, cancel ." "Ibu Jasthi ngajak berangkat bareng dari Surabaya, kalau kamu mau ikut, kamu ke (Hotel) Sedasa secepatnya." PEEP. Telepon dimatikan dan pikiranku berkecamuk. Aku bingung tiket yang sudah kubeli itu perlu diapakan. Apakah sebaiknya refund , reschedule dari Surabaya, atau bagaimana. At the end , sambil mencari jawabannya, aku buru-buru packing minimalis (tidak jadi bawa koper) dan naik motor ngebut ke Sedasa. Ada 5 orang yang harus pulang ke Jakarta, dan kami berangkat bersama-sama dari Canggu ke Surabaya. Salah satu hal menarik yang kutemukan di Pelabuhan Gilimanuk Dalam perjalanan, aku mencoba menelepon maskapai penerbanganku berkali-kali. Namun tidak kunjung terjawab. Mau reschedule jadi tidak bisa, mau beli tiket dari maskapai lain juga tidak bisa lantaran semua tiket SOLD OUT (termasuk tiket kereta dan bus). Untungnya kabar baik datang. Salah satu pegawai Tante Jasthi di Surabaya menemukan calo yang menjual tiket pesawat malam itu juga. Kami sepakat membelinya dan semua biaya perjalananku ditanggung beliau. (Terima kasih, Tante Jasthi!) Senang rasanya bisa tiba di Jakarta tanggal 30 November jam 1.30 dini hari. Can't wait to see Gala Premiere Chrisye! Banyak orang menginap di bandara Jumat, 1 Desember jam 4 sore, aku naik Uber ke Epicentrum XXI bersama seorang driver dari Pekanbaru yang lumayan bawel (yang mana setelah aku turun, masih berusaha menyapa di WhatsApp, duh!). Dengan pilihan dress hitam-putih, makeup seadanya dan high heels 10 cm yang menyiksa, aku pun datang dengan kepercayaan diri tanpa membawa undangan. Yup, dan seperti yang bisa ditebak, aku diberhentikan di depan pintu masuk bioskop. "Maaf, Mbak, kalau nggak ada undangan nggak bisa masuk," ujar si satpam berbadan besar. Aku sedikit kecewa, kukira setidaknya bisa menunggu sambil duduk di dalam bioskop, namun ternyata harus berdiri selama 30 menit menantikan bos dan kawan-kawan datang membawa undangan. Ya biasalah, Cecil selalu datang kecepetan. Setelah undangan di tangan, kami pun menukarnya dengan tiket nonton, bersua dulu dengan kolega film lainnya lalu masuk ke teater masing-masing. Aku, Bang Inal, Ria dan Bang Bintang dapat kursi di teater 2, baris kedua dari depan. Sungguh, posisi itu paling tidak nyaman untuk menonton. Sebelum film dimulai, para penonton disuguhkan cuplikan foto-foto behind the scenes film Chrisye , seperti misalnya saat Ibu Yanti (istri Alm. Chrisye yang asli) sedang melihat layar bersama Mas Rizal sang sutradara, ada pula Mas Yadi Sugandi sang director of photography (DP), dan lain-lain. Sayangnya tidak ada satupun foto saat proses pengeditan, animasi, pewarnaan, sound mixing , maupun mastering . Kadang aku heran, kenapa bagian pasca-produksi kerap terlupakan. Setelah film dimulai, aku tak kunjung berhenti terpana. Mungkin karena ini adalah kali pertama aku menyaksikan sebuah proses panjang dari tidak ada hingga menjadi sesuatu; dari yang tidak berwarna hingga jadi berwarna-warni; dari yang masih potongan hingga menjadi sebuah film utuh. Aku kagum, terharu, dan senang bisa menjadi bagian dalam proses tersebut. Sepulangnya dari Epicentrum, kami berempat pun makan bersama di Pasar Festival - Tekko, menutup, "Malam yang sesunyi ini..." Saksikan film Chrisye di bioskop terdekat mulai tanggal 7 Desember 2017!
- (Jujur-jujuran) Rasanya Kerja Jadi Video Editor
Jadi video editor itu menurutku... 1. Beresiko sakit mata, punggung, lambung, dan kepala Kebanyakan melihat komputer dengan brightness 100% dan kebanyakan duduk memang tidak baik, apalagi ditambah kopi, gorengan, ciki-ciki, dan jadwal tidur yang berantakan. Saat senggang harusnya dimanfaatkan untuk istirahat atau berolah raga, tapi berhubung sudah capek (dan malas) jadi lebih banyak dipakai untuk nonton film, merokok, atau.. 9gagging . Alhasil, penyakitan deh. 2. Beresiko terlihat 'aneh' Berhubung video editor dituntut untuk kreatif dan imajinatif, kadang kalau mengedit bisa ngomong sendiri atau teriak-teriak menciptakan suara ledakan, telepon, dll. demi membuat film editannya terlihat lebih real . Selain itu, kebanyakan dari video editor kerja dalam kelompok yang kecil, atau bahkan sendirian. Jadi jangan heran juga kalau dia agak 'berbeda' saat diajak ngobrol. Maklum, kurang terbiasa bersosialisasi. (Meskipun ada sih yang tetap luwes ngobrol dengan siapapun.) 3. Makan banyak waktu Berharap memiliki pola hidup teratur dan sehat? Jangan harap itu terjadi. Biasanya editor bekerja di saat yang lain istirahat, dan istirahat di saat yang lain bekerja. Sulit untuk menyelipkan 2 jam ke gym dengan tubuh hampir remuk. Apalagi punya satu hari yang cukup untuk kerja, gym , dan quality time dengan keluarga serta pacar. Itu adalah mimpi yang... hampir tak mungkin terjadi. Seorang editor idealnya hanya bisa memilih salah satu varian: kerja dan quality time untuk diri sendiri, kerja dan quality time untuk pacar/sahabat, atau kerja dan quality time untuk keluarga. 4. Butuh kesabaran tinggi Mulai dari komputer ngadat, hang, crash ; klien yang nggak paham dengan apa yang mereka inginkan; revisi nggak habis-habis; dikejar deadline ; sampai software yang mendadak ketahuan bajakan; seorang video editor dituntut untuk selalu tegar dan tenang karena hidup adalah p e r j u a n g a n. 5. Susah cari pacar (Yang ini gue setengah bercanda.) Tapi kalau dipikir-pikir memang pelik cari pacar lantaran para editor ini suka sok sibuk dan 'aneh', dan yang suka sama orang 'aneh' itu sedikit. Pengalaman di atas kutulis selama aku mengabdi sebagai video editor di The Organism Post-Production Studio. Aku sangat bersyukur bisa diizinkan ikut mengerjakan film Chrisye (2017), film layar lebar pertamaku; di mana aku membantu sebagai asisten editor. Hari pertama kudapatkan materi, tugasku adalah sinkronisasi gambar dengan suara, lalu mengeditnya per scene . Hari demi hari kulalui bersama (materi) Chrisye. Scene demi scene kuedit, kususun, dan kupresentasikan pada senior editor untuk ditinjau kembali. Kadang ia memuji, namun lebih banyak mengkritik hasil editingku yang masih terlalu kaku dan tidak sesuai dengan materi. Kira-kira 14 hari lamanya kupersiapkan semua scene, yang memakan waktu sekitar 10 jam per hari. Setelah itu, mulailah senior editor menyatukan dan merapikan kembali editingku. Proses penyatuan ini memakan waktu sekitar 7-10 hari. Di atas aku dan senior, masih ada yang lebih senior lagi, atau bahkan sesepuh karena kepiawaiannya yang luar biasa. Begitu kami selesai menyatukan segalanya, sesi editing pun dilanjutkan bersama editor sesepuh dan memakan waktu berbulan-bulan. Proses ini lebih panjang, karena di titik ini, film mulai ditinjau kembali oleh semua pihak—tidak hanya filmmaker , tapi juga keluarga besar Chrisye. Dan di titik ini, para editor terus berpikir kreatif, mencari cara agar film dapat menyampaikan pesan dengan efektif, dalam durasi yang diinginkan, dan membuat emosi penonton bergejolak di momen yang tepat. Satu hal yang ingin kusampaikan dari pengalaman ini, aku sadar bahwa rupanya.. ... Uhuk uhuk... Aku tidak sebegitu cintanya menjadi film editor . Sungguh, aku tidak tahan duduk berjam-jam menghadapi layar MacPro, setiap hari, setiap pagi, bahkan saat akhir pekan. Aku merasa bersalah mengatakan ini, tapi sepertinya video editing (khususnya film layar lebar) bukanlah passion -ku. But don't take me wrong , aku masih mencintai film. Umurku juga masih 23 tahun. Ini bukan akhir dari segalanya. Banyak orang meyakini umur ini sebagai fase yang wajar untuk meragukan dan meneguhkan jati diri. Mungkin ini hanya kepenatan sementara, atau mungkin memang bukan ini bidang yang sesuai dengan kepribadianku. Pada akhirnya, aku tetap mensyukuri apa yang telah kupilih dan kujalani. Suatu kehormatan tersendiri telah diajak dan dipercaya dalam project ini. Aku ingin mengucapkan terima kasih kepada para senior editor yang telah bersabar membimbing dan memberikan banyak ilmu, termasuk memasok camilan free-flow yang luar biasa. Kami semua berharap film ini diterima serta disukai para penonton dari yang tua hingga muda, dan dari yang tidak kenal Chrisye hingga yang paling mengenalnya. Selamat menikmati.
- IKJ Tidak Ada Ospek: Mata Seni
Sore itu seharusnya gue langsung berangkat ke tempat magang. Tapi tiba-tiba HP bergetar dan sebuah pesan muncul, "Cil, mana lo, gua mau ngobrol." Gue tersentak. Pesan itu datang dari manusia yang tidak biasanya menghubungi gue! Ada apa gerangan? Apakah saya telah berbuat dosa??? Oh tidak! Pesan itu datang dari asisten dosen gue, namanya Mas Hengun. Sebelumnya beliau pernah ngasih gue kerjaan, tapi nggak selesai gue kerjain karena gue baru pertama kali ngedit pakai FCP (jadi lelet gitu ngerjainnya). Panggilan doi yang berikutnya ini gue prediksikan tentang kerjaan baru. Maka datanglah gue ke lokasi. Kucluk kucluk... "Yak, ada apa, Bang?" "Nggak ada apa-apa. Gimana kabar?" Jreng! Ternyata prediksi gue salah. Sebelum gue sempat menjawab pertanyaan sang asdos ini, tiba-tiba datang asdos lain, Bang Yoga. "Woy, Cil, gimana ama si ehem?" "Ehem? Ehem siapa?" "Ituuu... si bang ehem!" "Hah?" Gue bingung. Terus Mas Hengun ikutan bingung, "Kalian ngomongin siapa?" Lanjut cerita, rupanya si Bang Yoga ini ngomongin alumnus IKJ yang sedang diceng-cengin sama gua. Tapi karena gue nggak paham, jadi joko sembung segalanya. Sore itu kita membicarakan hal-hal yang tidak biasa. Kita ngegosipin asdos, mahasiswa, sampai para alumni FFTV. Haha. Iseng doang sih, melepas penat di kala peliknya hidup. Rencana awal gua untuk berangkat magang sampai rundung gara-gara kedua asdos ini terus-terusan ngomongin hal yang seru, salah satunya pula adalah Mata Seni—nama ospeknya IKJ. "Tau nggak Cil, kenapa gue mau temenan sama lo?" tanya Mas Hengun. "Nggak, kenapa?" "Soalnya banyak yang ngomongin lo. Jadi gue juga mau kenalan. Biar kayak, 'Eh, gue juga temenan loh sama Cecil.'" GUBRAAKK... Gua nyaris jatoh dari kursi. Terus si mas yang kocak ini melanjutkan, "Iya, Cil, gua orangnya kalau temenan pilih-pilih banget loh. Dulu gue nggak mau temenan sama semua mahasiswa yang nggak ikutan Mata Seni. Soalnya zamannya gue tuh, yang nggak ikut Matsen berarti bukan keluarga IKJ. Kalau bukan keluarga IKJ ya berarti dicuekin aja. Nah, pas tahun berapa tuh Matsen kan ditiadakan, ya gue anggap angkatan seterusnya bukan keluarga IKJ. Jadi kalau ada yang nanya gue atau lagi mau bimbingan Praktika Terpadu, gue jawabnya singkat gitu." "Parah lu," ujar Bang Yoga memotong. "Nah, terus berkat si Yoga ini, Cil, gue berubah. Si Yoga bilang ke gue kalau kita harus temenan sama siapapun. Awalnya gue masih enggan, tapi setelah gue lihat temen-temen seangkatan gue juga mulai berbaur sama anak baru, ya baru deh pas di angkatan lo, gue mau terbuka. Kelihatan kan beda banget? Pas di angkatan lo mah gue bantuin banget praktika kalian biar karya kalian beneran presentable!" Terus gue yang agak penasaran soal ospek, nanya ke Mas Hengun. "Mas, emangnya kenapa ospek IKJ ditiadakan? Emangnya ada yang sampai meninggal? Ada orang tua protes ke sekolah? Kenapa?" "Nggak sampai meninggal sih, tapi emang ada yang sampai luka parah. Pas ospek tuh lu bener-bener digembleng hampir sebulan. Berat banget. Tapi ya emang sesuai dengan situasi di dunia profesional yang berat. Jadi mental lo nggak kaget ntar." Jujur gue nggak ngerasain sih "beratnya" dunia profesional dalam bidang editing (atau mungkin belum). But anyway , balik lagi soal ospek, gue denger-denger dari sumber lain sih, itu ditiadakan karena mengurangi jumlah prospective student . Bayangin aja tahun 2005, cuma ada 40 mahasiswa. Tahun 2012 ada sampai 180 mahasiswa. Kalau ospek seserem itu masih ada, mungkin mahasiswa tahun 2012 cuma mencapai 80 (mungkiiinn!). Segitu deh informasi gue tentang ospek IKJ di zaman dahulu kala. Nggak lengkap sama sekali sih. (Habis susah ngorekinnya, pada jawabnya, "Parah." doang!) Tapi yah at least lo pada tau dah ya kalau IKJ udah nggak ada ospek lagi baik dalam skala universitas maupun fakultas. Update 16 Juni 2024 Setelah 10 tahun berlalu malang-melintang dalam dunia editing, aku tetap yakin bahwa ospek itu nggak penting banget. Dunia kerja keras bukan karena itu memang keras, tapi karena sifat biadab para manusia di dalamnya yang suka saling tikung, senggol-bacok dan mau selamat sendiri. Faktanya, kalau kita ketemu orang-orang baik, ya pekerjaan ini hanyalah pekerjaan. Nggak keras sama sekali. Sama capeknya dan sama menyenangkannya seperti pekerjaan lain.
- Cewek Pulang Malam = Cewek Tidak Baik
Akhir-akhir ini saya tergelitik membaca syarat-syarat penyedia kosan di daerah Pondok Pinang, Jakarta Selatan. Yup, this is something new for me. Semenjak bekerja di The Organism , studio pasca-produksi yang terletak di dekat Pondok Indah Mall 2, aku jadi harus bolak-balik Jakarta-Tangerang, dengan jarak tempuh 15 km. Mungkin kedengarannya biasa saja buat para pekerja tangguh yang menempuh jarak lebih awesome lagi. Tapi buat aku 15 km is fucking far and fucking exhausting. Oleh sebab itu, aku mulai mencari kosan, kontrakan, dan apartemen yang cukup besar, dengan harga terjangkau, dan mau menerima anjing. Tapi sekarang, lupakan ambisi saya membawa anjing ke kosan. Saya belum membahas hewan peliharaan saja, kosan-kosan di daerah sini sudah bikin dahi saya mengernyit. Hampir semua kosan di daerah Pondok Pinang meletakkan papan bertuliskan kurang lebih seperti ini: KOS PUTRI BAIK-BAIK. KOS PUTRI. TIDAK MENERIMA PEKERJA MALAM. Atau kalau kita cari di internet, maka di kolom deskripsi akan dituliskan: HANYA MENERIMA PUTRI BAIK-BAIK. Saya mau nangis bacanya. Kalau saya yang buka kosan, iya, saya juga pengen dapet penyewa yang baik hati, suka tersenyum, bayar tepat waktu, tidak merusak property dan sopan terhadap saya. Tapi kata 'baik-baik' di sini sayangnya tidak merujuk pada kualitas yang saya sebutkan di atas. Orang-orang daerah sini sepertinya sangat concern dengan wanita yang pulang kerja di atas jam 10 malam, bawa temen cowok ke kosan, tidur sama cowok, dan minum alkohol. Uhm... Jujur, saya termasuk dalam orang yang melakukan semua hal itu. Ya, saya pulang kerja antara jam 8-10 malam, bahkan kadang pagi buta. Tergantung project hari itu selesai jam berapa. Ya, kadang saya bawa temen cowok ke kosan karena kita mau marathon film atau sekadar ngobrol santai tanpa terganggu banyak orang. Ya, kadang saya tidur sama cowok karena kita udah sahabatan banget dan tidur bersama itu sama saja dengan bekerja di ruangan yang sama. Bedanya cuma yang satu dalam keadaan mata tertutup dan yang satunya lagi mata terbuka. Ya, saya juga suka minum alkohol, dan tidak pernah merusak atau melukai orang saat tipsy . Apakah saya bukan orang 'baik-baik'? Apakah saya masuk dalam kategori cewek nggak bener? Jawabannya memang bebas, semua boleh mengecap saya buruk. Tapi saya tidak merasa demikian dan cukup sedih kalau orang menilai saya sama buruknya dengan orang yang jelas-jelas merugikan orang lain. Ibaratnya kamu samakan saya dengan pencuri sepeda saya. Jujur, saya nggak rela disamakan dengan doski. Perilaku saya nggak ada yang merugikan orang lain. Saya mau pulang malam, bawa temen cowok, tidur sama siapapun, dan minum apapun, tidak ada orang yang dirugikan secara materi maupun emosi. Jadi buat saya klasifikasi 'tidak baik-baik' ini absurd. Sebenarnya, Anda berhak membuat peraturan kosan yang menyatakan bahwa pria dilarang masuk, atau pagar akan dikunci jam 10 malam. Sayangnya, sangat tidak etis mendeskripsikan wanita yang membawa teman pria dan pulang di atas jam 10 = wanita tidak baik. Ya, itu adalah prasangka yang terlalu terburu-buru. Tidak baik menghina orang sebelum Anda benar-benar mengenalnya. Akhir cerita, saya gagal menemukan kosan, kontrakan, dan apartemen yang pas. Good luck bagi semua pekerja wanita Indonesia yang merasakan hal sama. Aku yakin kita wanita 'baik-baik' kok. Tapi ya terserah orang juga kan mau mengecap kita apa? :)
- Mata Kuliah Semester 6
So far , semester 6 adalah semester paling anjing yang pernah gue rasain. Bener-bener tugasnya bertubi-tubi, materinya lagi susah-susah, dan tuntutan hidup entah kenapa lagi bertambah berat. Anyway by the way , FFTV sekarang punya website khusus untuk lihat hasil rekap studi. Lemayanlah, gebrakan baru walau agak telat di zaman sedigital ini. Nama website -nya i-cinemafftv.net Ini gue catetin buat diri gue sendiri yang suka lupa. Udah sekian, yuk mari kita mulai review mata kuliah di semester paling anjing ini. RABU Komputer Editing II (10.00) Tentang : kali ini kita diajarin memperdalam software Avid dan Final Cut Pro dengan mengedit 2 video: drama jaman baheula banget sama dokumenter tentang revitalisasi pasar di Bengkulu. Sialnya selain praktek editing, si dosen ngasih tugas paper banyak banget. Yang pertama bikin analisis film Memento, yang kedua analisis film feature terserah tapi harus analisis per shot. Anjing banget sumpah gue ngerjainnya udah mau kesel, mesti ambil screenshot film satu-satu, di- save , terus disusun yang rapi dalam table , terus dianalisis.. Hoeekk!!! Nggak mau lagi kerjain tugas kayak begitu. Kata gue : sebenernya gue nggak belajar Avid atau pun FCP sama sekali, soalnya komputer kampus kayak taik. Jadi sehari-hari gue dateng cuma ngobrolin karir editing sama si dosen terus pulang, atau nggak gue nggak dateng kuliah sama sekali. Wahaha... Hak Cipta dan Undang-Undang Penyiaran Serta Perfilman (13.00) Tentang : kita bakal belajar seluk-beluk hak cipta dan UU yang berlaku di Indonesia. Kata gue : lumayan penting sih buat tau beginian, at least to make you aware , kalau kita nggak bisa sembarangan bawa-bawa merk dalam film, terus gimana caranya melindungi karya intelektual kita, dst. Sayangnya materi kuliah dibawakan dengan sangaaaaaatttt membosankan dan repetitif. Belum lagi dosennya kalau telat nggak kira-kira. Gue sampe berantem sama doi gegara itu doang. Akhirnya gue usut doski sampe ke Kaprodi (Kepala Program Studi) tapi kayaknya nggak jadi apa-apa, malah yang ada gue jadi beken di kalangan dosen sebagai "pemberontak". Desas-desusnya sih di semester depan mata kuliah ini bakal ditiadakan karena dianggap nggak signifikan sampe dijadiin materi khusus selama 6 bulan. KAMIS Apresiasi Kesenian (13.00) Tentang : kelasnya Mas Seno Gumira nih! Gileee... Ketje parah bro. Sejak awal kuliah kita dikasih tau SAP (Satuan Acara Perkuliahan) kalau kita bakal nonton 12 film dan di setiap pertemuan kita akan diskusikan di kelas. It might sound boring to some people , tapi kalau lu emang filmmaker sejati, justru kelas ini adalah ajang untuk melihat film dari sisi yang berbeda. Oh ya, terus ada tugas paper -nya juga, ngerangkum buku gitu sama analisis film. Banyak deh PRnya, bikin enek juga. Enek-enek enak gimana gitu. Mau pinter tapi lelah juga. Hahaha... Kata gue : semua film yang dipilihin dosen dan asdos asik. Dosennya berwawasan banget, dan mampu mengendalikan forum dengan baik sehingga diskusi tidak melenceng terlalu jauh. Sayangnya diskusi selalu alot karena mahasiswanya pada nggak niat mikir dan nggak niat diskusiinnya juga. Gue asumsi kalau satu kelas isinya orang-orang yang rajin baca buku dan nonton film pasti diskusinya bakal seru parah. Kelasnya agak mirip-mirip kelas filosofi gitu. Asik deh buat muter otak! Suara IVA (15.00) Tentang : di kelas ini kita digembleng habis-habisan untuk ngerti teori suara, khususnya yang berhubungan dengan editing film nanti. Kita dikasih berbagai simulasi juga supaya nggak ngawang, kayak nyiapin video untuk ADR ( Automatic Dialogue Replacement ) dan music scoring . Kata gue : baru kali ini gue nemu dosen suara yang bisa "ngajar". Selama ini dosen suara FFTV suka ngalor-ngidul ngajarnya, nggak terstruktur, nggak berbasis referensi konkret, dan nggak ada prakteknya. Jadi susah untuk dipahami. Di kelas yang sekarang ini gue bener-bener ngerasa "ngejer" berbagai ilmu yang ketinggalan di semester-semester lalu. Salut sama dosen yang satu ini. JUMAT Teknik Perekaman Audio whatever ... (13.30) Tentang : tujuan dari kelas ini adalah sebagai kelas praktek penggunaan alat audio, agar para calon editor film nggak cuma ngerti materi visual, tapi juga ngerti materi audionya. Serta supaya dia bisa kerjasama yang baik dengan sound designer . Terus di kelas ini kita dibagi per kelompok untuk membuat satu music video , yang mana lagunya harus direkam sendiri (tapi boleh pakai lagu ciptaan orang lain). Kata gue : sayangnya di kelas ini, berhubung alat dari kampus rada kayak taik dan dosennya sendiri kurang termotivasi, jadinya gue lebih sering nggak masuk daripada masuk. Habisnya kalau masuk nggak jelas. Cuma disuruh bikin lagu, main sendiri, rekam sendiri, kumpulin. Tamat. Alatnya cuma satu pula, jadi tuker-tukeran lama banget, bikin makin males kuliah kalau nggak jelas gitu. Kelas teorinya juga nggak jelas, agak kacangan gitu. Maksud gue, sesuatu yang bisa dibaca dalam waktu 1 jam aja, nggak perlu sampai beberapa kali pertemuan. Jadi pathetic deh kelasnya. Metode Penelitian (15.00) Tentang : kita bakal diajarin caranya membuat karya tulis ilmiah yang baik dan benar. Kata gue : BOORRRIIINNGGG... Kalau cuma tata cara penulisan mah gue bisa baca sendiri. Yang susah itu memahami dan membedakan apa yang mau diteliti, apa kajian teoretis, dst. Emang sih si dosen mau membantu kita memahami hal tersebut. Namun doski suka gonta-ganti jadwal kelas seenak jidat, jadinya gue nggak bisa keep up with his class , dan seringkali jadwal gue juga clash sama kelas lain. Resekh kan? SABTU Psikologi Visual (08.00) Tentang : widih... kelas paling sadis seantero semester nih. Kita bakal menganalisis film pakai psikoanalisis Jacques Lacan dan Slavoj Žižek. Pusing tujuh keliling! PRnya juga paper bertubi-tubi gitu. Kata gue : semakin susah pelajarannya, semakin menarik buat dipelajari. Tapi tetep aja gue nggak fully understand this topic . Bener-bener butuh anak yang rajin baca buku dan nonton film, sementara wawasan gue kurang banyak gitu. Stase (10.00) Tentang : ini nama kerennya PKL (Praktek Kerja Lapangan) di kampus. Di kelas ini kita dibantu cari tempat magang yang tepat sama sang koordinator, bersikap kerja yang baik, bikin laporan yang baik, dll. Kata gue : yah namanya magang ya gitu ajalah ya. Kerja, bikin laporan, sidang. Nggak ribet kok. Cuma lelah aja. 9. Editing IV (15.00) Tentang : Kelas favorit eike nih. Kali ini materinya adalah "memberi ruh pada film". Wuedeehhh... Judulnya agak gimanaaa gitu, tapi seru tetep. Seperti biasa kelas ini dipenuhi dengan teori, analisis film, dan praktek editing yang cukup menguras jiwa-raga. Kata gue : s eperti yang sudah saya katakan sebelumnya, makin susah kelasnya, makin menarik untuk dipelajari. Jadi gue selalu excited to attend this class . Bener-bener berasa "kuliah" dan buku referensinya juga asik gitu buat dibaca di rumah. Overall , satu semester ini tugasnya badass banget. Bener-bener nguras waktu-jiwa-raga. Capek parah parah parah. Sumpah nggak bohong. Kecuali lo nggak peduli dapet nilai berapa, ya silakan dikerjain seadanya aja sih. Sekian review semester paling anjing! Sampai jumpa di semester 7!















